Suku Bali – Siapa yang tak kenal dengan Bali, salah satu provinsi yang mencerminkan wajah Indonesia di mata dunia ini disebut sebagai Pulau Dewata. Secara keseluruhan memiliki luas wilayah sekitar 5.636,66 km² yang terdiri dari 8 Kabupaten dan 1 Kota.
Mulai dari Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Karangasem, Klungkung, Tabanan, dan Kota Denpasar. Secara keseluruhan wilayah administratif Bali terbagi menjadi 51 Kecamatan dan 564 Desa.
Suku Bali adalah etnis asli yang berasal daerah Bali, baik itu yang bermukim di Nusa Penida, Lembongan, Ceningan, Serangan, Mejangan, dan daerah-daerah lainnya di Pulau Dewata. Etnis yang memiliki kebudayaan dan kebiasaan unik ini bahkan sudah terkenal hingga ke mancanegara.
Kebudayaan di Pulau Bali didefinisikan sebagai ekspresi interaksi manusia Bali dengan lingkungannya. Tak hanya itu segala hal yang berbau adat pasti berkaitan dengan kekuatan spiritual. Hal menarik apa lagi kira-kira yang tersaji dari Suku Bali? Mari kita ulas lebih lanjut!
Mengulas Tentang Sejarah Suku Bali
Jejak sejarah Suku Bali telah ditemukan sejak zaman prasejarah. Seperti penemuan kapak genggam di wilayah sebelah timur dan tenggara Danau Batur, Kintamani diduga berasal dari zaman Paleolitik. Bukti sejarah dari zaman Neolitik ditemukannya pahatan yang telah dihaluskan di beberapa daerah di Pulau Bali.
Tahta batu dan punden berundak merupakan sisa sejarah dari zaman Megalitikum. Penemuan ini membuktikan bahwa masyarakat Bali sudah memiliki kepercayaan sejak dahulu kala. Dimana setiap roh orang yang meninggal akan naik ke tempat yang lebih tinggi melalui tingkatan punden berundak.
Sebelum pengaruh agama Hindu masuk ke pulau Dewata, diyakini bahwa leluhur suku Bali berasal dari keturunan orang-orang Tonkin (Kochin China), bagian dari keturunan ras Austronesia. Mereka hidup berkelompok (thani/ banua) di bawah pimpinan seorang Jro Gde (Sahing 16).
Persekutuan ini menjadi cikal bakal lahirnya keturunan kelompok Bali Mula (Bali asli) yang mendirikan desa-desa baru di wilayah Bali. Setiap wilayah dipimpin oleh seorang ketua yang disebut sebagai Pasek Bali.
Sebagian sumber sejarah menyebutkan jika suku asli Bali adalah keturunan Bali Aga, penduduk Bali yang berasal dari daerah pegunungan. Namun menurut Wikarman (1998) keturunan Bali Aga merupakan hasil perkawinan silang antara penduduk Bali Mula dan Wong Aga (orang Aga).
Sejarah mencatat jika suku Bali Aga berasal dari golongan orang-orang membawa pengaruh Hindu ke Bali pada kisaran tahun 700 M. Wong Aga merupakan sebutan bagi Rsi Maharkandya (Bujangga Waisnawa) dan para pengikutnya yang datang dari di India untuk menyebarkan agama Hindu di Bali.
Sejak pengaruh Islam memasuki daratan Jawa, Madura, Bugis, dan Sasak pada abad ke-14, sisa-sisa penduduk Kerajaan Majapahit berimigrasi ke Bali dan membawa pengaruh ajaran Jawa-Hindu. Mereka inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya suku Bali Majapahit di Pulau Dewata.
1. Perkembangan Kebudayaan di Bali
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa asal-usul Suku Bali terbagi menjadi tiga periode:
Bali Awal, merupakan keturunan asli yang lahir dari zaman prasejarah, dimana kala itu terjadi penyebaran penduduk di segala penjuru Nusantara.
Bali Aga, penduduk yang kini diduga orang asli Bali. Merupakan penduduk yang berimigrasi ke Bali pada masa awal mula perkembangan Hindu di Nusantara. Penduduk ini kemudian menetap lama di Bali dan bercampur baur dengan orang-orang Bali Mula.
Terakhir Bali Majapahit, penduduk yang berimigrasi dari Jawa kala kekuasaan kerajaan Majapahit runtuh. Keberadaan Bali Majapahit cukup kuat di Bali dalam mempengaruhi berbagai aspek, mulai dari agama, seni rupa, arsitektur, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Tak hanya agama Hindu, persebaran agama Islam juga masuk ke Pulau Bali. Namun hanya sedikit dari masyarakat Bali yang mau menerima Islamisasi, di antaranya masyarakat di Kabupaten Jembrana, Buleleng, Karangasem, dan Badung.
Pada masa itu (abad ke-16) Bali dikuasai oleh Kerajaan Gelgel di bawah pimpinan Raja Dalem Waturenggong didampingi oleh seorang penanda Hindu bernama Dang Hyang Nirartha. Kerajaan Hindu yang berkuasa silih berganti hingga akhirnya Bali dikuasai oleh VOC pada abad ke-18.
Awal abad ke-20 menjadi mula perkembangan baru bagi kebudayaan masyarakat Bali. Dimana pengaruh budaya barat mulai masuk dan menimbulkan variasi serta ciri khas dari masing-masing sub-kelombok Suku Bali. Ahli budaya dan sejarawan membagi variasi ciri khas budaya masyarakat Bali ke dalam tiga kelompok:
Tradisi Kecil, ciri khas yang ada pada masyarakat Bali Aga yang disebut juga sebagai masyarakat kuno dari daerah pegunungan. Mereka kebanyakan mendiami wilayah Tenganan di Karangasem dan Trunyan di Bangli.
Tradisi Besar, budaya yang berkembang seiring dengan ajaran agam Hindu yang tersebar luas di wilayah dataran Bali.
Tradisi Modern, budaya yang mulai berkembang sejak zaman penjajahan memasuki Nusantara. Akulturasi kebudayaan mulai terjadi, baik pengaruh antar budaya dari dalam negeri sendiri maupun pengaruh dari budaya luar yang dibawa penjajah.
2. Adat Istiadat Suku Bali
Hingga kini mayoritas penduduk Bali menganut agama Hindu, yang dikenal sebagai Hindu Bali. Mereka meyakini konsep “Trimurti”, yaitu adanya satu Tuhan dalam tiga wujud. Dewa Brahmana yang menciptakan, Dewa Wisnu yang memelihara, dan Dewa Siwa yang merusak.
Pada dasarnya kebudayaan Bali merupakan gabungan ekspresi dari nilai religius (agama Hindu) dan estetika (seni). Segala peristiwa tidak ada yang terjadi secara spontan melainkan mengandung unsur-unsur agama dan seni di dalamnya.
Masyarakat Suku Bali juga masih meyakini hal-hal gaib seperti adanya roh abadi (Atman), akibat dari setiap perbuatan (Karmapala), dan reinkarnasi atau kelahiran kembali jiwa (Purnabawa). Segala persoalan hidup selalu dikaitkan dengan rasional dan dibarengi dengan ritual yang bersifat religius magis.
Berbagai ritual yang terkenal di Bali diantaranya upacara adat Ngaben, upacara Mekotek (untuk memohon keselamatan), upacara Kajeng Kliwon (hari suci dan keramat setiap 15 hari sekali), dan upacara Melasti (mensucikan diri sebelum Hari Raya Nyepi).
Tari Kecak
Awal mula tarian ini tercipta diangkat dari kisah Ramayana dan tradisi Sahyang. Tradisi tersebut merupakan bagian dari acara pemujaan Hyang Widi dan upacara penolakan bala untuk mengusir penyakit tertentu.
Dapat dikatakan tari kecak dulunya merupakan Sebuah ritual yang awalnya dipertunjukkan untuk upacara keagamaan. Salah satu penari akan kemasukan roh sehingga bisa berkomunikasi dengan para leluhur dan dewa.
Pada tahun 1300-an Wayan Limbak berhasil mempopulerkan tari kecak ke mancanegara dengan bantuan temannya, Walter Spies pelukis asal Jerman. Hingga tarian ini terus berkembang dan makin populer di kalangan wisatawan asing.
Nama kecak sendiri diambil dari kata-kata “cak, cak, cak” yang diteriakkan penari lelaki sepanjang pertunjukkan. Diiringi alunan musik dari kincringan yang terikat pada kaki penari yang memerankan tokoh Ramayana.
Pertunjukan Tari Kecak
Tari ini ditampilkan dalam bentuk lingkaran, dimana para penari yang berjumlah kurang lebih 50-70 penari duduk mengelilingi api sembari mengangkat kedua tangan sambil berteriak “cak, cak, cak”. Makna dari tarian mengandung unsur keindahan, pesan moral, dan unsur religius.
Hal unik dari tarian ini salah satunya kostum yang dikenakan oleh para penari, berupa kain bermotif kotak-kotak seperti papan catur. Kain ini merupakan kain khas yang hanya ada di Bali.
Tak ada alat musik yang mengiringi pertunjukan tarian ini, hanya mengandalkan suara kincringan yang dipasang di kaki pemeran Ramayana. Para penari juga menyanyikan syair tertentu sehingga menghasilkan alunan irama yang indah.
Makna sakralnya terdapat pada atraksi menggunakan api yang dilakukan oleh salah satu penari. Saat melakukan atraksi ini penari tersebut dianggap kebal karena tidak mengalami luka sedikitpun.
Gerakan pada tarian ini tidak terlalu saklek atau kaku. Para penari lebih bebas dalam berkreasi selama mengikuti alur cerita. Penambahan adegan atraktif dan interaksi lucu juga dilakukan untuk menghibur mereka yang menyaksikan.
Baca juga : Suku Sasak
Kini Tari Kecak menjadi salah satu ikon wisata yang membawa nama Pulau Dewata hingga ke seluruh penjuru dunia. Lewat popularitas tarian ini semakin banyak wisatawan asing yang ingin berkunjung ke Bali untuk mengetahui lebih banyak mengenai kebudayaan Suku Bali.
Originally posted 2020-05-26 10:00:49.