5 Tarian Sumatera Selatan yang Menjadi Pondasi Adat Tradisional

Tarian Sumatera Selatan – Halo, teman kumpulan ilmu! Setelah sebelumnya mengenal tarian-tarian adat calon Ibukota baru, kali ini kita akan mampir ke daerah Sumatera Selatan.

Daerah yang terkenal dengan kuliner mpek-mpek nya ini, juga kaya akan ragam budaya tarian tradisionalnya loh!


Tarian Adat Sumatera Selatan


1. Tarian Adat Gending Sriwijaya

Dari namanya saja kita akan tahu kalau tarian ini merupakan tarian kolosal peninggalan kerajaan Sriwijaya.

Dahulunya tari ini hanya dipentaskan oleh kalangan internal kerajaan saja sebagai tarian penyambutan bagi para tamu kerajaan.

Seiring perkembangan zaman, tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa seperti kepala negara, menteri kabinet, duta besar dan lainnya yang berkunjung ke daerah tersebut.

Tarian ini dimainkan oleh 9 penari muda yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.

Kesembilan penari ini merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya yang membawa payung dan tombak.

Dan yang paling belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya.

Penari paling depan membawa tepak sebagai sekapur sirih untuk dipersembahkan kepada tamu, diiringi 2 penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan.

Melodi lagu Gending Sriwijaya dan alat musik gamelan dan gong digunakan sebagai musik pengiring tarian ini.

Namun sekarang ini peran penyanyi dan musik pengiring banyak digantikan tape recorder.

2. Tari Silampari

Sama dengan Tari Gending, Tari Silampari juga biasa digunakan sebagai tari penyambutan.

Namun tari ini lebih berkembang di Lubuklinggau dan Musi Rawas. Nama lain dari tarian ini adalah Tari Silampari Kahyangan Tanggai.

Silampari berasal dari gabungan kata “silam” yang berarti hilang dan “pari” yang berarti peri.

Sesuai dengan namanya, tari ini menceritakan seorang putri yang menghilang setelah berubah menjadi peri.

Ada dua versi kisah rakyat yang menginspirasi tarian ini; Dayang Torek dan Bujang Penulup.

Tarian ini mulai dikenal masyarakat umum pada tahun 1941 saat ditampilkan pada acara pembuatan Watervang, sebuah bendungan buatan colonial Belanda di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

3. Tari Ngantat Dendan

Tari Ngantat Dendan adalah tarian yang menggambarkan iring-iringan pengantin pria dalam pernikahan adat kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Ciri khas dari tari ini adalah penggunaan properti jaras, rantang besar yang diikat menggunakan selendang dan diletakkan di kepala.

Dalam budaya Lubuklinggau, jaras digunakan sebagai wadah untuk menampung barang-barang yang diminta oleh mempelai perempuan sebagai mahar pernikahan.

Jaras dibawa kaum hawa dari pihak rombongan mempelai pria. Itulah kenapa pentas seni Tari Ngantat Dendan ini hanya dibawakan oleh kaum hawa.

Tari ini biasanya diiringi oleh musik Batanghari Sembilan.

Musik ini dihasilkan dari perpaduan instrumen musik modern dan tradisional, seperti gitar, keromong dengan 12 kenong, gendang jimbe, biola, tamborin, dan akordian sebagai melodi.

Biasanya disela-sela musik diselipkan syair-syair pantun yang biasanya menggambarkan kegembiraan hati, seperti kebahagiaan mempelai pria yang akan bertemu pujaan hatinya.

4. Tari Madik/ Nindai

Jika Tarian Ngantat Dendan menggambarkan iring-iringan mempelai pria, Tari Madik digunakan untuk menilai calon menantu dengan kelebihan dan kekurangan seni tradisional yang dilakukan oleh wakil pihak dari mempelai pria.

Pihak perwakilan mempelai pria menilai dan mengamati apa saja yang dilakukan oleh calon menantunya setiap hari.

Metode menilai dan juga mengamati inilah yang disebut dengan Nindai (Madik). Madik berasal dari kata dalam Bahasa Jawa “Kawi” yang artinya pendekatan atau mendekat.

5. Tari Petake Gerinjing

Tari ini menceritakan mengenai masyarakat yang mendapatkan azab karena tidak mematuhi norma-norma dan juga adat istiadat setempat.

Azab dalam tarian ini digambarkan dengan bencana banjir bandang yang mampu menyapu sebuah peradaban.

Tari jenis ini merupakan gabungan antara tarian tradisional dan juga kontemporer.

Gerakan yang menggambarkan banjir bandang dalam tarian adalah gerakan bentangan kain yang terus digoyang-goyang menyerupai gelombang air.


Itulah beberapa tarian tradisional Sumatera Selatan yang begitu beragam. Ragam tarian ini menambah bukti kekayaan budaya di Indonesia.

Kita sebagai generasi saat ini bertanggung jawab bersama dalam upaya melestarikan budaya Indonesia yang sangat indah ini.

Originally posted 2020-12-29 12:20:26.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.