Rumah Adat NTB Khas Suku Asli Lombok Sasak Dalam Loka Samawa

Rumah Adat NTB disebut juga Dalam Loka Samawa. Ada juga rumah bale dan rumah adat Sasak yang berada di Desa Sade. Ya, Desa Sade merupakan salah satu desa adat Lombok Sasak yang masih eksis hingga kini. Desa tersebut terkenal sebagai desa wisata budaya asli Suku Sasak.


Rumah Adat NTB


Provinsi Nusa Tenggara Barat beribu kota di Kota Mataram memiliki luas wilayah sekitar 20.153,15 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 5.013.687 jiwa. Etnis atau suku bangsa yang mendiami wilayah NTB, diantaranya ada Suku Sasak, Bima, Sumbawa, Bali, dan Jawa.

Mayoritas penduduknya beragama Islam karena itula bila Bali dijuluki sebagai Pulau dewata atau Pulau Seribu Pura, maka di NTB dijuluki Pulau Seribu Masjid. Banyaknya masjid disana dikarenakan umat muslim di NTB dominan.

Bahasa Sasak adalah bahasa daerah yang peling dominan digunakan di sana. Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi bahasa daerah lain seperti Bahasa Bali juga dipergunakan disana. Ada sedikit kemiripan antara bahasa bali dengan sasak.

Rumah adat NTB disebut dengan dalam soka samawa. Disebut demikian karena dalam memiliki arti istana atau rumah sedangkan loka memiliki arti dunia atau tempat. Dapat disimpulkan bahwa pengertian dalam loka berarti istana atau tempat hunian raja.

Bangunan tradisional ini terbuat dari kayu jati berukuran besar yang berasal dari hutan jati sedangkan atapnya dari seng. Bangunannya tersusun dari beberapa bagian yang memiliki fungsi masing-masing.

Ada lunyuk agung yang berfungsi sebagai tempat musyawarah. Lunyuk mas yang berfungsi sebagai ruangan khusus permaisuri, ruang dalam bagian barat yang berfungsi sebagai tempat shalat. Ruang dalam bagian timur berfungsi sebagai kamar untuk putra atau putri yang sudah menikah. Ada juga ruang sidang, kamar mandi, serta bala bulo.

Dalam loka samawa terdiri dari bangunan kembar yang ditahan oleh 98 pilar kayu jati dan satu pilar pendek yang disebut pilar guru dan terbuat dari pohon cabe. Jumlah keseluruhan tiang ada 99 tiang (pilar). jumlah tersebut mewakili nama-nama Allah atau Asmaul Husna.

Di rumah dalam loka terdapat juga ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas dari Pulau sumbawa. Ukiran tersebut disebut dengan lutuenggal yang biasanya digunakan untuk ornamen pada kayu bangunannya. Ukirannya biasanya memiliki motif bunga dan juga dedaunan.

Rumah Bale

rumah adat NTB
nasionalisme.co

Suku sasak di Nusa Tenggara Barat juga memiliki rumah adat yang disebut rumah bale. Ada berbagai macam rumah bale, diantaranya bale lumbung, bale jajar, bale tajuk, bale kodong, bale gunung rate, bale beleq, bale bonder, dan bale tani. Ada juga model beruga, yaitu beruga sekempat dan beruga sekenam.

Biasanya rumah bale beratapkan jerami. Model bale lumbung memiliki lantai yang terbuat dari papan kayu. Dindingnya dari anyaman bambu. Bentuk rumahnya berupa rumah panggung yang tiangnya terbuat dari tanah liat dan batu. Biasanya bagian atap berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan padi.

Sedangkan model bale tani memiliki beberapa ruangan, diantaranya ada serambi atau sesangkok, bale dalem, kamar tidur, serta pawon atau dapur. Pintu rumahnya kecil dan tanpa jendela. Material untuk membangun rumah ini terdiri dari beberapa campuran bahan, seperti tanah liat, bata, abu jerami, serta getah pohon.

Rumah Adat Sasak

rumah adat NTB
tourism.binus.ac.id

Suku Sasak merupakan suku asli dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebagai penduduk asli, Suku Sasak mempunyai sistem budaya yang telah terekam dalam kitab Nagara Kartagama karangan Empu Nala dari kerajaan Majapahit.

Pada kitab Nagara Kartagama Suku Sasak disebut dengan Lombok Mirah Sak-sak Adhi. Apabila saat kitab tersebut ditulis Suku Sasak telah memiliki sistem budaya yang mapan, maka dapat dikatakan Suku Sasak mampu menjaga dan melestarikan budaya. Salah satu bukti dari pernyataan tersebut adalah bangunan rumah adatnya.

Dalam kehidupan manusia rumah memiliki posisi yang penting. Itu karena rumah merupakan tempat individu dan keluarga berlindung secara jasmani agar dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya.

Apabila kita memperhatikan bangunan rumah adat, kita akan menemukan bahwa setiap rumah adat dibanguan berdasarkan estetika dan kearifan lokal masyarakatnya. Begitu juga dengan rumah tradisional Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Orang-orang Sasak mengenal beberapa jenis bangunan adat. Ada yang berupa tempat tinggal ada juga yang merupakan tempat menyelenggarakan ritual adat dan keagamaan.

Material Bangunan

Atap dari rumah sasak terbuat dari jerami dan dindingnya dari anyaman bambu (bedek). Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau serta abu jerami.

Campuran dari tanah liat dan kotoran kerbau ini membuat lantai tanah mengeras seperti kerasnya lantai semen. Tradisi membuat lantai dengan cara seperti itu diwariskan dari nenek moyang mereka.

Seluruh material bangunan, seperti kayu dan bambu untuk membuat rumah didapat dari lingkungan sekitar. Untuk menyambung bagian-bagian kayu orang Sasak memakai paku yang terbuat dari kayu.

Biasanya rumah adat Suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah, serta tidak memiliki jendela.menurut masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral (suci dan profan duniawi) secara bersamaan.

Artinya rumah adat Sasak selain menjadi tempat tinggal juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual yang merupakan manifestasi akan keyakinan kepada Tuhan dan arwah nenek moyang (papuk baluk), penunggu rumah (epen bale), dan sebagainya.

Seiring berkembangnya zaman ada beberapa perubahan bentuk fisik rumah adat.

Meskipun ada sedikit perubahan fisik konsep pembangunan serta polanya tetap menampilkan karakteristik tradisional. Tentu dilandasi juga dengan nilai-nilai filosofis yang diwariskan secara turun-temurun.

Untuk menjaga kelestarian rumah adat dari pengaruh modernisasi para orang tua biasanya akan berpesan kepada anak-anak mereka. Jika ingin tetap tinggal dikampung, maka buatlah rumah dengan model dan bahan yang sudah ada. Apabila ingin berbeda silahkan keluar dari kampung.

Ada beberapa material bangunan yang perlu disiapkan untuk membuat rumah adat Sasak. Kayu-kayu untuk penyangga, anyaman bambu untuk dinding, jerami dan alang-alang untuk membuat atap. Kotoran kerbau atau kuda sebagai campuran tanah untuk membuat lantai. Tak lupa dicampur juga dengan abu jerami serta getah pohon kayu banten dan bajur.

Proses Mendirikan Rumah

Perlu perhitungan yang cermat tentang waktu untuk memulai pembangunan rumah adat Sasak. Untuk mencari waktu yang tepat, masyarakat Suku Sasak berpedoman pada papan warige yang berasal dari Primbon Tapel Adam dan Tajul Muluq.

Orang Sasak meyakini bahwa waktu yangbaik untuk memulai membangun rumah adalah pada bulan ketiga dan kedua belas penanggalan Sasak. Itu bertepatan dengan Bulan Rabiul Awal dan Bulan Dzulhijjah pada Kalender Hijriah.

Sedangkan bulan yang dianggap pantang untuk membangun rumah adalah bulan Muharram dan Ramadhan. Pada kedua bulan tersebut menurut kepercayaan setempat, rumah yang dibangun saat itu bisa mengundang malapetaka.

Tak hanya persoalan waktu, orang Sasak juga selektif soal lokasi tempat pendirian rumah. Lokasi yang tidaktepat diyakini dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya.

Mereka tidak akan membangun rumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur, dan pada posisi jalan tusuk sate atau susur gubug. Selain itu mereka tidak akan membangun rumah berlawanan arah.

Keywords: Rumah adat NTB (Nusa Tenggara Barat)

Originally posted 2020-05-13 07:01:06.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.