Rumah Adat Sumatra Utara yang Disebut Rumah Bolon

Rumah adat Sumatra Utara yang paling ikonik dan terkenal adalah Rumah Bolon. Sebenarnya ada beberapa Rumah Bolon di Sumatra Utara. Masing-massing Rumah Bolon berasal dari adat yang berbeda-beda. Ada Rumah Bolon Karo, Rumah Bolon Palapak, Rumah Bolon Mandailing, Rumah Bolon Nias, Rumah Bolon Angkola, Rumah Bolon Toba, dan Rumah Bolon Simalungun.


Rumah Adat Sumatra Utara


Provinsi Sumatra Utara beribu kota di Kota Medan. Provinsi ini memiliki luas wilayah sekitar 72.981 km² dengan jumlah penduduk terbesar keempat se-Indonesia. Suku bangsa yang mendiami provinsi ini, diantaranya Batak (Batak Toba, Mandailing, Batak Karo, SImalungun, dan pakpak), Jawa, Nias, Melayu, Tionghoa, Minangkabau, serta Aceh.

Ritual Membangun Rumah

Sebelum membangun rumah orang-orang Karo biasanya mengadakan musyawarah bersama antar keluarga yang akan tinggal dirumah itu nantinya. Musyawarahnya seputar besar atau luas rumah dan lain sebagainya.

Waktu untuk membersihkan dan meratakan tanah ditentukan oleh guru (dukun) agar mendapat hari yang baik. Begitu juga saat akan mengambil kayu ke hutan dan menebang pohon, guru akan menentukan hari baik.

Sebelum menebang pohon guru akan mempersembahkan sesuatu untuk ‘penjaga hutan’ agar tidak murka saat pohon di hutan ditebang. Terdapat pula ritual mulai dari peletakan alas rumah agar pembangunan rumah diberkati oleh Yang Maha Kuasa dan tidak terjadi hal buruk.

Setelah rumah selesai dibangun pun masih ada ritual yang harus dijalankan. Guru dan beberapa anggota keluarga yang membangun rumah akan tidur di rumah baru tersebut sebelum resmi ditempati keluarga besar. Nantinya mereka akan memimpikan apakah rumah tersebut baik dihuni atau tidak.

Saat akan menempati rumah baru biasanya diadakan kerja mengket rumah baru (pesta memasuki rumah baru). Tujuan dari dibuatnya pesta tersebut tak lain untuk menunjukkan rasa syukur kepada semua saudara dan kepada Yang Maha Kuasa.

Di dalam pesta tersebut ada acara makan bersama yang diikuti oleh kerabat, kenalan, dan orang sekampung. Kemudian dilanjutkan acara ngerana (kata sambutan serta petuah) oleh para kalimbubu anak beru dan senina.

Acara tersebut juga biasanya terdapat acara tepung tawar yang dilakukan oleh guru. Guru akan menepung tawarkan bagian-bagian tertentu dari rumah dengan tujuan agar segala yang jahat keluar dari rumah dan yang baik tetap tinggal untuk memberkahi penghuni rumah.

Terakhir adalah acara Gendang yang bertuujuan untuk mengusir hal-hal jahat yang masih tinggal di dalam rumah. Gendang juga sebagai ungkapan rasa gembira dan syukur bersama warga se kampung.

Rumah Adat Batak Karo

Bangunan tradisional Batak Karo yang ada di Sumatra Utara memperlihatkan bahwa dulu masyarakat disana membangun rumah dengan menyesuaikan iklim tropis yang lembab. Hal tersebut dapat dilihat dari sudut kemiringan atapnya yang cukup besar, teritisan yang lebar, dan lantai bangunan yang dibuat tidak menyentuh tanah.

Salah satu contoh dari Rumah adat Sumatra Utara adalah rumah bolon Karo. Bangunannya terkenal karena keunikan teknik bangunan serta nilai sosial budaya. Konstruksi rumah bolon Karo tidak memerlukan penyambungan.

Semua komponen bangunan, seperti tiang, balok, kolam, pemikul lantai, konsol, dan lain sebagainya tetap utuh seperti aslinya tanpa penyurutan atau pengolahan. Untuk menghubungkan antar komponen dilakukan dengan tembusan kemuddian dipantek dengan pasak atau diikat memakai ijuk agar terhindar dari rayapan ular.

Bagian bawah rumah, yaitu kaki-kakinya bertopang pada satu landasan batu kali yang ditanam di kedalaman setengah meter dari permukaan tanah. Batu tersebut kemudian dialasi dengan beberapa lembar sirih dan benda sejenis besi-besian.

Ciri Khas Rumah Bolon

Rumah Bolon merupakan rumah adat Sumatra Utara yang paling terkenal sebagai salah satu rumah tradisional disana. Bentuknya model rumah panggung yang hampir seluruh bagian rumahnya dibuat menggunakan bahan alam tradisional.

Letaknya memanjang 10 – 20 meter dari timur ke barat dengan pintu pada kedua sisi. Posisi bangunan rumah biasanya mengikuti aliran sungai yang ada di sekitar desa. Pada bagian serambi depan terdapat teras bambu yang disusun dan disebut dengan ture.

Ukuran rumah bolon Karo sekitar 17×17 m dengan tinggi 12 meter. Bangunan ini sangat simetris sehingga pintu masuk pada kedua sisi kelihatan sama. Terkadang hal ini juga yang sulit dibedakan mana pintu masuk utamanya.

Dibangun dengan 16 tiang yang bersandar pada batu-batu besar yang berasal dari pegunungan atau sungai. Delapan tiang menyangga lantai dan atap sedangkan delapan lainnya hanya menyangga bagian lantai saja.

Tiang penopang rumah memiliki tinggi sekitar 1, 75 meter dari permukaan tanah dengan diameter tiangnya lebih dari 40 cm. terdapat banyak ruang di dalam Rumah Bolon. Ruangan-ruangan yang berada di Rumah Bolon dibuat berdasarkan kegunaannya.

Ada ruang jabu bong, jabu soding, dan jabu suhat, jabu tonga rona ni jabu rona. Ruang jabu tonga rona ni jabu rona merupakan ruang keluarga yang berukuran paling besar dan letaknya di tengah rumah. Didalam rumah terdapat juga sekitar empat sampai enam tungku perapian. Satu tungku untuk setiap unit keluarga besar (jabu).

Oleh karena itu, didalam sebuah rumah bolon bisa ditinggali antara empat sampai 12 keluarga dengan jumlah perkeluarga terdiri dari 5 orang. Itulah mengapa rumah bolon biasa ditempati oleh 20 – 60 orang. Anak-anak akan tidur dengan orang dewasa. Bujangan tidur di bale-bale lumbung, dan gadis bergabung dengan keluarga lain di rumah lainnya.

Ringkasan Tentang Rumah Adat Sumatra Utara

Sebutan untuk rumah adat Sumatra utara adalah Rumah Bolon. Terdapat beberapa versi dari Rumah Bolon, yaitu Bolon Toba, Bolon Karo, Bolon Simalungun, Bolon Palakpak, Bolon Mndailing, dan Bolon Angkola. Jenisnya berbentuk rumah panggung.

Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat rumah, diantaranya dinding dari anyaman bambu, lantai dari papan, dan atap dari daun rumbia tau ijuk. Tiang penopangnya beridiameter sekitar 40 cm dengan tinggi 1,7 meter.

Ciri-ciri dari rumah bolon adalah atapnya berbentuk pelana kuda, tidak ada plafon, pintu depan terdapat lukisan, terdapat anyaman di dinding atas, warnanya merah, hitam, dan putih. Beberapa ruang di dalam Rumah bolon, diantaranya jabu bong (ruang keluarga), jabu soding (kamar anak perempuan), jabu suhat (kamar anak laki-laki).

Jabu tonga ronda ni jabu rona merupakan ruang keluarga dan ruangan paling besar ditengah rumah. Adapula tampar piring yang berfungsi sebagai dapur dan kolong rumah atau bagian bawah panggung. Bagian luar dari kusen jendela dan pintu umumnya diukir dengan hiasan yang rumit dari susunan busur dan anak panah.

Atap dijalin dengan ijuk dan diikatkan pada sebuah kerangka anyaman bambu. Bubungan atap terbuaat dari jerami yang tebalnya sekitar 15 sampai 20 cm. pangkal atap pertama dengan bagian terendah ditanami tanaman menjalar yang berfungsi sebagai penahan hujan deras.

Ujung dinding atap yang menonjol ditutupi dengan tikar bambu yang indah. Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol adalah untuk memungkinkan asap keluar yang berasal dari tungku rumah. Ture dibagian depan dan belakang rumah difungsikan untuk tempat mencuci, menyiapkan makanan, dan ruang masuk. Jalan untuk naik ke ture biasanya dipasangi tangga dari kayu atau bambu.

Keywords: Rumah Adat Sumatra Utara

Originally posted 2020-04-23 21:04:08.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.