Rumah adat Kalimantan Tengah dikenal juga dengan nama Huma Betang Lewu Hante. Arsitektur serta ukuran rumah adat ini bervariasi di berbagai tempat. Pada umumnya rumah betang dibangun dengan bentuk rumah panjang model panggung dan tinggi.
Rumah Adat Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Tengah beribu kota di Kota Palangkaraya. Kalimantan Tengah memiliki luas wilayah 153.564,60 km² dengan total jumlah penduduk sebanyak 2.202599 jiwa. Suku Dayak menjadi etnis paling banyak yang mendiami wilayah ini diikuti dengan Jawa, Banjar, Melayu, Madura, Sunda, Bugis, Batak, dan lainnya.
Huma Betang
Biasanya rumah betang dari Kalimantan Tangah memiliki variasi bentuk dan ukuran di berbagai tempat. Ada rumah betang yang ukurannya mencapai 150 x 30 meter. Pada umumnya rumah adat ini dibangun berbentuk rumah panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah untu bagian kolongnya.
Tingginya bangunan rumah betang ini dimaksudkan agar terhindar dari banjir saat musim hujan, menhindari musuh yang bisa datang kapan saja, atau binatang buas. Berhubung ada beberapa rumah betang yang dibangun di daerah hulu sungai Kalimantan, itulah mengama bagian kolongnya dibuat tinggi.
Arsitektur fisik rumah betang berbentuk rumah yang memanjang dengan tiang (bagian kolong) yang tinggi. Masyarakat Kalimantan Tengah juga sering menyebut rumah betang sebagai rumah panjang atau lamin (long house). Beratap sirap dari kayu ulin.
Rumah betang merupakan rumah panjang dari suku Dayak (Ngaju) yang berada di Kalimantan Tengah. Jenis rumah ini terdapat di hampir seluruh Kalimantan, terutama yang berada di daerah hulu sungai. Hulu sungai biasanya dijadikan pusat pemukiman Suku Dayak.
Sebenarnya rumah betang adalah rentetan rumah pribadi yang bersambung menjadi sebuah rumah yang panjang. Panjang rumah bervariasi antara 9 – 15 meter. Bangunan rumah dibangun dengan konstruksi dari kayu belian yang kokoh.
Adapula huma betang yang panjangnya mencapai 30 hingga 150 meter dengan lebar sekitar 10 sampai 30 meter. Tiang-tiang penyangga lantai tingginya berkisar antara tiga sampai lima meter dari permukaan tanah.
Tiang-tiang utamanya berukuran 20×40 cm. Setiap bilik atau lawung (pintu) setidaknya membutuhkan 24 tiang utama. Ruang di dalam rumah Masyarakat Dayak selalu berada pada satu dinding yang mencakup ruang secara keseluruhan. Dengan demikian ruangan tersebut menjadi ruang tertutup dengan ruang los (tempat berkumpul) yang merupakan ruangan paling luas.
Bagian-bagian Huma Betang
Pembagian ruang pada rumah betang berdasarkan pada letaknya. Ruangannya terdiri dari bagian depan yang berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu atau untuk mengadakan pertemuan. Biasanya acara pertemuan keluarga atau kerabat.
Di bagian belakang rumah adat ini terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil serta alat-alat pertanian. Sedangkan bagian bawah biasanya digunakan untuk memelihara hewan ternak.
Setidaknya sekitar 100 sampai 200 jiwa dapat ditampung di dalam rumah ini. Terdapat juga ruang utama, ruang bunyi gong, dan ruang ragawi. Sedangkan bagian rumah terdiri dari ruang terbuka atau serambi, ruang tertutup atau bilik (lawang), betang huma (tempat tidur), los (kamar), serta dapur.
Setiap huma betang dipimpin oleh seorang pembakas lewu atau ketua kampung. Sehingga rumah tradisional ini sering disebut pula rumah suku. Terdapat sebuah tangga dan pintu untuk akses masuk.
Dahulu huma betang dibiarkan alami tanpa cat sehingga warnanya sesuai dengan warna kayunya. Atapnya menggunakan bahan sirap dengan bentuk pelana memanjang sepanjang rumah. Baca juga jenis rumah panjang di provinsi lainnya https://stag.lyricvibe.one/ilmu-sosial/rumah-adat-kalimantan-barat/
Pada bagian tengah atas atap terdapat lagi atap pelana tambahan. Ada juga kayu yang berbentuk huruf V di setiap ujung bubungan. Terdapat beberapa jenis Huma betang di Kalimantan Tengah, diantaranya Betang Karamuan dan Betang Tumbang Gagu.
Betang Karamuan
Situs ini berada di Kabupaten Barito Utara. Berdasarkan kepercayaan suku Dayak terdapat ketentuan khusus dalam tata ruang pada rumah Betang Karamuan.
Pusat atau poros bangunan sebagai tempat berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan, yakni ruang los harus berada di tengah bangunan.
Bilik tidur harus disusun berjajar sepanjang bangunan. Letak ruang tidur anak dan orang tua ada ketentuan tersendiri. Dimana ruang tidur orang tua harus berada di paling ujung dari aliran sungai dan anak bungsu harus berada pada ujung hilir aliran sungai.
Dapurnya harus menghadap aliran sungai. Menurut mitos hal tersebut dikarenakan agar penghuni rumah mendapat rezeki.
Tangga harus berjumlah ganjil, tapi pada umumnya terdapat tiga buah tangga. Letaknya di bagain depan serta di kanan dan kiri rumah.
Pante merupakan lantai untuk menjemur padi, pakaian, serta untuk mengadakan upacara adat. Posisinya berada di depan bagian luar tak beratap. Terbuat dari bahan bambu, belahan batang pinang, kayu bulat sebesar tangan, atau dari batang papan.
Serambi berada setelah pante dan jumlahnya sesuai dengan jumlah kepala keluarga. Apabila ada upacara adat di serambi akan dipasang tanda khusus, seperti sebatang banbu yang kulitnya diarit halus menyerupai jumbai-jumbai.
Sami merupakan ruang tamu dan juga sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga.
Jungkar merupakan ruang tambahan yang tidak harus ada pada setiap rumah. Berada di belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya bersambung dengan rumah induk.
Betang Tumbang Gagu
Situs ini berada di Desa Tumbang Gagu, Kecamatan Antang Kalang, Kabuppaten Kotawaringin Timur. Dikenal juga dengan nama Betang Antang Kalang. Mulanya betang ini ditempati oleh enam kepala keluarga yang mendirikan bangunan tersebut.
Perbedaan pembagian ruang di Betang Tumbang Gagu berkaitan dengan bentuk dan fungsi arsitektur rumah in. Tak hanya it ada juga keterkaitan dengan bangunan lainya, seperti lumbung atau lepau. Sapundu, sandung, dan tinag panta.
Dahulu, pelaksanaan upacara tiwah dilaksanakan di betang yang memerlukan beberapa fasiltas pendukung untuk upacara tersebut. Sehingga huma betang selalu berasosiasi dengan lumbung, sapundu, sandung, dan tiang pantar.
Lumbung berada di dekat selasar. Jumlah sapundu sebanyak 12 buah yang ditempatkan di dekat sandung atau yang biasa disebut sapundu gapit. Sedang sapundu yang berada di tepi Sungai Kalang disebut sapundu lepas.
Sandung berada di tengah-tengah halaman depan betang dan berjumlah satu buah. Sementara tiang pantar berjumlah sembilan buah dan berada di dekat sandung.
Bagian-bagian rumah Betang Tumbang Gagu
Bagian bawah ada jihi, tungket, bahat, gahangan atau gelagar, dan laseh. Tengah terdapat: guntung, habantang dinding, dan dinding. Sedangkan bagian atas: handaran (morplat), bapahan (balok tarik), tulangbabungan (kerangka bubungan), tulangulet (tetean balawau), kasaudan reng, dan Tulangrawung (nok).
Fungsi serta bentuk arsitektur Bentang Tumbang Gagu serta benda-benda yang berasosiasi dengan betang sangat dipengaruhi oleh kepercayaan kaharingan (religi). sebagai unsur kebudayaan, religi memang memegang peranan penting dalam membentuk suatu kebudayaan.
Lewu Hante
Lewu hante merupakan rumah panjang yang tradisional khas Suku Dayak Maanyan. Suku Dayak ini banyak mendiami daerah Kalimantan Tengah. Orang Dayak Maanyan termasuk dalm rumpun atau subetnis Ot Danum.
Material bangunan paling utama untuk rumah ini adalah kayu ulin. Bagian kolongnya memiliki ketinggian mulai dari tiga meter hingga lima meter. Tangga untuk masuk ke rumah ini hanya satu.
Beratapkan sirap dengan model pelana yang memanjang. Di atas atap tidak ada atap pelana tambahan. Pada bagian mahkota atap terdapat ukiran bermotif burung enggang dan naga.
Seni ukir merupakan bagian dari kebudayaan serta kepercayaan mereka. Ukiran burung enggang melambangkan dunia atas, sedangkan ukiran naga melambangkan dunia bawah.
Dulunya rumah ini tidak di cat dengan warna apapun sehingga tampak warna asli bahan baku. Sekarang ini lewu hante sudah jarang sekali ditemukan di Kalimantan Tengah. Orang-orang lebih memilih membangun rumah modern.
Keywords: rumah adat Kalimantan Tengah
Originally posted 2020-05-17 09:11:26.