Suku Sunda, Etnis dengan Jumlah Terbesar Kedua di Indonesia

Setelah suku Jawa, Suku Sunda adalah suku terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah populasi kurang lebih mencapai 37 juta jiwa. Sekitar 15,5% dari penduduk Indonesia merupakan asli ‘Urang Sunda’.

Suku Sunda merupakan penduduk asli dari provinsi Jawa Barat, mencakup wilayah Banten, Cirebon, Purwakarta, Cianjur, Sumedang, Bandung, hingga Ciamis. Bahasa keseharian mereka juga disebut sebagai bahasa Sunda.

Logat Sunda yang kental memberikan daya tarik tersendiri bagi yang mendengarnya. Salah satu bahasa khas dari Sunda yaitu adanya penambahan suku kata ‘mah’ dan ‘teh’ dalam setiap pernyataan. Tentu saja hampir semua penduduk di Indonesia mengenal akrab dan tidak asing dengan bahasa Sunda ini.

Namun tahukah kamu jika bahasa Sunda juga banyak jenisnya. Ada dialek Sunda khas Bandung, dialek Sunda khas Banten, dialek Sunda khas Purwakarta, dan daerah Sunda lainnya. Lebih lengkapnya kita akan mengupas tentang suku Sunda lebih lanjut pada ulasan di bawah ini:

Baca juga : Suku Lingon


Asal-Usul Suku Sunda


id.wikipedia.org

Secara etimologi kata Sunda berasal dari bahasa Sansekerta “Sund atau Suddha” yang artinya “bersinar, terang, cemerlang, putih, dan bersih”. Beberapa ejaan di komputer mengubah kata Sunda menjadi Sundanese, yang kini ditetapkan menjadi Bahasa Inggris untuk suku Sunda.

Nama Sunda sempat dianggap sebagai suku asli orang Sudan di Afrika, karena terdapat salah eja di dalam ensiklopedia. Sesuai dengan artinya, karakteristik orang Sunda dikenal cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil), dan pinter (cerdas) dalam menjalani hidup.

Sejak zaman kerajaan dahulu kala karakteristik ini dipegang erat oleh orang-orang Sunda hingga kini. Orang Sunda terkenal karena kehalusan budi pekerti dan pembawa kemakmuran serta kesejahteraan bagi lingkungannya.

Dalam sejarah suku Sunda masuk ke dalam cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Sunda terkenal sangat cinta damai dan tidak suka melakukan perperangan apalagi perampasan wilayah.

Suku Sunda memiliki peran penting dalam memperjuangkan sejarah kemerdekaan Indonesia. Dari segi politik, orang yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik dengan bangsa lain berasal dari suku Sunda.

Sang Hyang Surawisesa melakukan hubungan diplomatik dengan bangsa Portugis di Malaka pada abad ke-15, saat itu beliau menjabat sebagai Raja Samian. Di antara kerajaan-kerajaan besar dari Sunda adalah Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram, Banten, dan Kerajaan Cirebon.

Ciri utama lainnya dari Urang Sunda yaitu menyambung hidup dengan berkebun, bertani, dan berdagang. Tanah Sunda dikenal memiliki banyak lereng gunung dengan aliran sungai yang indah, sehingga subur jika digunakan untuk bercocok tanam.

Kebudayaan Suku Sunda

phinemo.com

Sejarah mencatat bahwa nama Sunda pertama kali digunakan oleh raja Punawarman pada tahun 397. Sunda menjadi nama dari ibukota Kerajaan Tarumanegara yang kala itu pamornya semakin menurun. Kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Sunda pada tahun 670 di bawah kekuasaan Tarusbawa.

Masyarakat Sunda populer karena etos dan karakter Kasundaan yang mereka miliki. Karakter tersebut dipegang teguh sejak zaman kerajaan hingga kini melekat sebagai identitas. Seperti perumpamaan “wah itu pasti orang Sunda”.

Artinya suku ini sangat kental identitas dan adat istiadatnya, sehingga suku-suku lain mudah mengenali orang-orang Sunda dengan sangat mudah. Berikut beberapa fakta menarik terkait tradisi dan kebudayaan suku negeri Parahiyangan ini:

1. Tari Jaipong

Diantara beragamnya tarian tradisional di Indonesia, kata “Jaipong” pasti sudah tidak terdengar asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Sebuah tarian tradisional dari Tanah Sunda yang lahir pada tahun 1970-an.

Tarian ini terkenal dengan gerakan lenggak-lenggok penarinya yang membuat para penonton terhibur. Gerakan pada tarian ini terkenal energik dan unik, ditambah dengan unsur gerakan humoris yang mengundang gelak tawa penonton.

Banyak orang yang tanpa sadar ikut menari mengikuti gerak penari saat menyaksikan tarian populer ini. Tak hanya di seluruh penjuru Indonesia, kepopuleran tari jaipong juga terdengar hingga ke mancanegara. Salah satunya pernah ditampilkan saat Festival International Babylon di Irak.

Gerakan pada tarian ini terkenal energik dan unik, ditambah dengan unsur gerakan humoris yang mengundang gelak tawa penonton. Banyak orang yang tanpa sadar ikut menari mengikuti gerak penari saat menyaksikan tari jaipong ini.

Berbeda dengan tarian lainnya yang memiliki kesan lembut dan gemulai, tari jaipong tergolong jenis tari yang bertenaga. Meski begitu, tari ini juga bukan termasuk jenis tari yang kasar. Tari jaipong tetap terasa indah dengan gerakannya yang sederhana dan energik saat ditonton.

2. Adanya Istilah “Pamali” atau Larangan

Sebuah adat mengucapkan kalimat “Pamali” di Indonesia berasal dari kebiasaan orang Sunda. Secara bahasa Pamali artinya pantangan atau larangan untuk melakukan hal-hal yang melanggar tradisi dengan sengaja.

Biasanya hal yang dianggap pamali akan mendatangkan mala petaka atau kesialan jika dilanggar. Konon katanya Pamali adalah larangan dari orang tua jaman dahulu agar tetap mematuhi aturan adat yang berlaku.

Digunakan oleh para orang tua zaman dahulu (kolot zaman baheula) untuk menakut-nakuti anak kecil yang sulit ditegur. Agar anak-anak tersebut patuh kepada orang tua dan aturan lingkungan sekitarnya.

Salah satu contoh kisah pamali adalah larangan bagi anak-anak untuk pergi dan main di luar rumah selepas maghrib. Mitos yang beredar di masyarakat anak kecil bisa saja diculik setan bila masih berada di luar rumah saat hari sudah mulai gelap. Hal seperti ini yang dinamakan dengan pamali.

Definisi pamali juga mulai berkembang hingga tak hanya digunakan untuk sesuatu yang dianggap mitos belaka. Pamali juga dapat didasarkan pada sesuatu larangan yang logi, baik menurut agama maupun menurut logika.

3. Aksara Sunda

Seperti aksara Jawa, suku Sunda juga memiliki huruf dan tulisan sendiri yang dikenal dengan nama aksara Sunda. Diketahui orang Sunda mulai belajar menulis menggunakan aksara ini sejak abad ke-14. Hal ini terbukti dengan ditemukannya prasasti Kawali (Prasasti Astana Gede) di Ciamis.

Sebuah prasasti yang dibuat untuk mengenang Prabu Niskala Watukencana ini bertuliskan aksara Sunda. Hingga kini tulisan yang disebut juga sebagai aksara Ngalagena ini dijadikan sebagai salah satu warisan budaya.

4. Tokoh “Si Cepot” Yang Mendunia

Pertunjukan wayang golek sangat populer di Indonesia, terutama tokoh populer Si Cepot yang dikenal oleh semua kalangan. Pertunjukan ini awal bermula di daerah Cirebon kemudian menyebar ke wilayah Banten.

Sesuai dengan namanya pertunjukan Golek menggunakan boneka kayu sebagai properti. Mengisahkan tentang cerita perwayangan, seperti kisah Ramayana dan Mahabharata namun dibawakan dalam bahasa Sunda.

Populer hingga ke mancanegara, pertunjukan Si Cepot pernah ditampilkan di beberapa negara Asia dan juga Amerika. Hingga kini sudah banyak turis yang sengaja berkunjung ke Jawa Barat hanya untuk menyaksikan kesenian dan kebudayaan Sunda.

5. Tari Ronggeng

Selain terkenal karena tari jaipong, Jawa Barat juga memiliki kebudayaan tradisional lain yang harus kita ketahui yaitu tari ronggeng. Tarian ini juga populer hingga ke mancanegara seperti tari jaipong. Bahkan pernah diangkat menjadi film layar lebar dengan judul yang sama.

Bagi Urang Sunda kata ronggeng memiliki dua makna, yaitu seorang penari sebagai pelaku hiburan dan sebagai kesenian (seni ronggeng). Menurut beberapa sumber, Ronggeng merupakan merujuk kepada sosok seorang penari perempuan yang tampil dengan penari laki-laki dalam arena tari pergaulan.


Sebagai penutup, selain terkenal karena kelembutan sifatnya suku Sunda juga memiliki pedoman hidup untuk saling menghargai antar sesama. Sehingga suku ini mudah dicintai oleh banyak orang dan mudah diterima dimanapun mereka berada.

Originally posted 2020-05-04 01:00:56.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.