Rumah Adat Jawa Tengah – Terdapat beberapa rumah adat dari Provinsi Jawa Tengah, salah satunya adalah rumah Joglo. Joglo merupakan rumah tradisional yang paling terkenal. Sama halnya dengan rumah-rumah adat di Jawa Barat, rumah adat di Jawa Tengah juga memiliki perbedaan pada bagian-bagian tertentu. Bentuk dari rumah-rumah adat yang ada di Jawa tengah ada empat, yaitu Panggangpe, Kampung, Limasan, dan Joglo.
Rumah Adat Jawa Tengah
Provinsi Jawa Tengah beribu kota di Kota Semarang. Luas total wilayah Jawa Tengah adalah 32.548 km² dengan penduduk sebanyak 35.557.249 jiwa. Etnis yang mendiami wilayah Jawa Tengah, diantaranya Suku Jawa, Sunda, Tionghoa, dan Batak. Bahasa daerah yang dominan digunakan adalah Bahasa Jawa disamping Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi.
Rumah Joglo
Bagi masyarakat Jawa Joglo tidak hanya sebuh hunian, tapi juga simbol. Kerangka rumah dinamakan soko guru yang terdiri dari empat pilar utama. Keempat pilar tersebut menjadi penyangga utama rumah. Tiang utama tersebut masing-masing mewakili arah mata angin, yaitu barat, utara, selatan, dan timur.
Bagian rumahnya terdiri dari pendhopo, pringgitan, dan omah ndalem atau omah njero. Pendhopo merupakan bagian rumah yang biasa digunakan untuk menjamu atau menerima tamu. Pringgitan merupakan bagian dari ruang tengah yang juga dipakai untuk menerima tamu, tapi lebih ke tamu kerabat dekat.
Sedangkan omah ndalem atau omah njero merupakan ruang tengah tempat keluarga berkumpul. Ruang keluarga masih dibagi lagi ke dalam beberapa ruangan (kamar), yaitu sentong kanan, tengah, dan kiri. Terdapat tiga pintu masuk dalam sebuah rumah joglo.
Pintu utama letaknya di tengah, sedangkan dua pintu lainnya berada di bagian kanan dan kiri. Tata letak pintu melambangkan kupu-kupu yang sedang berkembang dan berjuang di dalam sebuah keluarga besar. Rumah Joglo sendiri masih mempunyai jenis-jenis tersendiri.
Ada rumah joglo pangrawit, rumah joglo jompongan, rumah joglo limasan lawakan, rumah joglo semar tinandhu, joglo mangkurat, joglo sinom, dan joglo hageng. Rumah joglo di Jawa tengah dan di DI Yogyakarta sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang berarti dengan kata lain keduanya mirip.
Ringkasan Joglo
Mempunyai empat pilar penyangga. Terbagi ke dalam 3 bagian rumah, yaitu pendopo, pringgitan, dan omah ndalem atau omah njero. Setidaknya ada 7 jenis rumah joglo, diantaranya joglo pangrawit, jompongan, limas lawakan, semar tinandhu, mangkurat, sinon, dan hageng.
Rumah Adat Kudus
Seperti rumah jawa pada umumnya rumah adat Kudus dibangun di sebidang tanah yang bukan daerah aliran sungai atau bukan di bantaran sungai. Pembagian runag pada rumah adat kudus juga didasarkan pada fungsinya. Ruangan-ruangan yang ada dalam rumah adat Kudus, diantaranya Jaga satru, griyo njero, pawon, dan sumur serta kamar mandi.
Pembagian Ruang
Jaga satru merupakan ruangan paling depan yang fungsinya sebagai ruang tamu atau bukan ruang pribadi karena sifatnya publik. Pada bagian depan ruangan ini terdapat dua macam pintu, yakni pintu inep dan pintu sorong.
Pintu inep adalah pntu utama yang terbuat dari kayu jati. Sedangkan pintu sorong merupakan pintu yang terdiri dari dua buah pintu. Bagian luar pintu sorong lebih pendek berupa panel kisi yang disebut dengan pintu kere. Sesuai namanya pintu sorong menggunakan sistem geser atau diddorong ke samping.
Jaga satru biasanya juga terdapat satu atau dua buah tiang. Tiang tersebut letaknya di depan pintu ruang tengah agak menyamping. Fungsi dari tiang tersebut adalah sebagai tiang penyangga yang biasa disebut tiang sanggah atau tiang keseimbangan.
Ruang jaga satru juga dibatasi oleh panel kayu yang biasa disebut gebyog serta beberapa pintu yang menghubungkan ke ruangan lain. Gebyog biasanya dihiasi dengan ornamen-ornamen ukiran motif flora. Ornamen yang makin kompleks dan indah menunjukkan status sosial pemilik rumah.
Ruang Kedua
Gebyog juga dapat dilepas sewaktu-waktu apabila ingin membuka ruangan agar lebih luas. Ditengah-tengah gebyog juga terdapat pintu yang dibuka pada hari-hari tertentu. Selain itu terdapat pula jendela kecil yang dulunya digunakan untuk para gadis menengok keluar saat sedang dipingit. Mereka yang dipingit hanya boleh keluar pada acara dandangan sebelum bulan Ramadan.
Tepat dibelakang ruang jaga satru terdapat ruangan dalam atau griyo njero yang berupa sentong dan gedongan. Griyo njero biasanya mempunyai lantai yang lebih tinggi dari pada bagian jaga satru sehingga terdapat anak tangga.
Tangganya sering disebut ancik-ancik yang biasanya hanya ada satu atau dua tingkat tergantung ketinggian lantai. Bentuk tangganya berupa bangku berukir yang terbuat dari kayu.
Di griyo njero terdapat sebuah ruang gedongan yang merupakan bagian paling utama dari rumah adat Kudus. Gedongan ini berupa ruangan kecil yang dibatasi oleh panel kayu dengan ukiran. Ukiran pada gedongan terkadang dihiasi dengan lempengan logam kuningan atau diberi warna emas.
Letak dari gedongan berada sejajar lurus dengan pintu masuk sehingga tampak dari luar bilaa pintu gebyog dibuka. Gedongan fungsinya sebagai kamar tidur utama, tempat menyimpan harta, serta sebagai pelaminan bila ada hajatan perkawinan.
Tidak semua orang diperbolehkan masuk ke area gedongan karena mmerupakan tempat sakrat dan pribadi. Berhubung rumah adat tidak mempunyai kamar khusus untuk tidur keluarga, maka ruang tidur anak biasanya di depan gedongan. Anak-anak akan diberi amben untuk tempat tidur mereka. Sedang untuk menyimpan pakaian seluruh anggota keluarga tersedia kotak kayu yang dinamakan grobog.
Pada sebelah kiri griyo njero terdapat pintu yang menghubungkan dengan ruang pawon. Pawon ada dua macam, yakni pawon alit dan pawon ageng. Biasanya pawon alit berfungsi sebagai dapur sedangkan pawon ageng berfungsi sebagai ruang keluarga.
Ciri Khas Rumah Adat Kudus
Keunikan dari rumah adat Kudus adalah sumur dan kamar mandi terdapat di bagian depan rumah yang berbatasan langsung dengan rumah tetangga. Kamar mandinya memiliki dinding terbuka sehingga orang lain dapat membersihkan diri di tempat tersbut.
Alasan mengapa sumur dan kamar mandi ada di bagian depan dikarenakan setiap orang sebelum masuk rumah harus dalam keadaan bersih. Filosofi itulah yang membuat sumur dan kamar mandi RUmah adat Kudus dibangun di bagian depan rumah.
Selain itu atap rumah adat Kudus yang disebut pencu dihiasi dengan tembikar dan di sepanjang bubungan terdapat nok tembikar yang bermotir tanaman. Atap tersebut melambangkan keindahan bentuk pegunungan.
Bangunan benilai budaya rumah adat Kudus merupakan bangunan yang memiliki nilai ukiran yang sangat tinggi. Arsitektur rumah adat Kudus merupakan pengembangan dari rumah adat Jawa yang dipengaruhi budaya CIna, Eropa dan Persia.
Bangunan pokok rumah adat kudus berbentuk joglo dengan atap pencu dan tritisan dibagian depan dan belakang. Umunya bangunan rumah adat Kudus berorientasi ke utara dan selatan karena di utara ada Gunung Muria sedangkan di selatan ada laut selatan.
Kayu yang dipakai untuk membangun rumah ini adalah kayu jati yang berasal dari daerah Blora. Untuk menghemat lahan biasanya rumah tradisional ini diatur dengan tata letak yang berdekatan antara satu rumah dengan rumah lainnya.
Keywords: rumah adat Jawa Tengah
Originally posted 2020-04-27 12:45:35.