Rumah adat Banten dikenal dengan sebutan rumah adat Sulah Nyada (Kasepuhan) atau Julang Ngapak. Istilah Julang Ngapak sering digunakan oleh Masyarakat Baduy. Keberadaan rumah adat atau rumah tradisional ini memang banyak ditemukan di Baduy.
Rumah Adat Banten
Provinsi Banten beribu kota di Kota Serang. Sebelum tahun 2000 wilayah Provinsi Banten bergabung dengan Provinsi Jawa Barat. Benten memiliki luas wilayah sekitar 9.662,92 km² dengan penduduk berjumlah 12.448.160 jiwa.
Penduduk yang mendiiami wilayah Banten, diantaranya Suku Banten, Sunda, Jawa, Betawi, Tionghoa, Batak, Minangkabau, dan etnis lainnya. Selain Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ada beberapa bahasa daerah yang digunakan, seperti Bahasa Baduy, Betawi, Jawa, Sunda, Sunda Banten, dan lainnya.
Salah satu etnis yang paling tersohor dan masih menjunjung tinggi adat dan kehidupan tradisional adalah Suku Baduy. Bila berkunjung ke daerah yang didiami Suku Baduy kalian akan bisa melihat rumah-rumah adat khas Banten yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Rumah Adat Baduy
Di Provinsi Banten terdapat rumah adat tradisional yang kebanyakan berbentuk rumah panggung. Tentunya rumah panggung yang ada di Banten tidak sama dengan rumah panggung di daerah Sumatra. Bila rumah panggung di daerah Sumatra kental dengan nuansa Melayu, lain halnya dengan rumah panggung di Banten.
Contoh rumah panggung tradisional khas Banten masih bisa ditemukan di daerah Suku Badui. Rata-rata rumah tradisional di Banten dibangun menghadap ke utara maupun selatan. Terkadang tiang-tiang penyangga dibuat tidak sama rata untuk menyesuaikan dengan kontur tanah.
Konstruksi Bangunan
Konstruksinya dari kayu dan bambu dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Atapnya terbuat dari daun kiray. Tatakan tiang penyangga diperkuat dengan talud dari tumpukan batu kali. begitu juga dengan jalan kampung yang terbuat dari susunan batu kali.
Batu kali merupakan komponen penting di kalangan Suku Baduy. Selain digunakan sebagai tumpuan tiang penyangga, batu kali juga digunakan sebagai penahan tanah agar terhindar dari longsor lahan.
Meskipun memiliki pintu rumah-rumah tradisional di Banten jarang memiliki jendela. Ventilasi udara berasal dari lubang di lantai. Susunan lantai sengaja dibuat renggang sehingga bisa menjadi ventilasi udara.
Lantai terbuat dari susunan bambu atau dikenal dengan nama palupuh. Bagian rumahnya terdiri atas bagian depan, tengah dan bagian belakang. Bagian depan rumah dikenal dengan istilah sosoro yang digunakan sebagai tempat menerima tamu.
Sedangkan bagian belakang merupakan dapur. Biasanya bagian dapur lantainya diberi tanah dan sekat kayu. Gunanya agar saat memasak atau diberi tungku lantainya tidak mudah terbakar karena terbuat dari bambu.
Di dapur ada bagian bernama goa. Goa juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan beraas ataupun padi. Terkadang goa juga tidak menyatu dengan rumah, tapi berada pada kawasan tertentu dan berfungsi sebagai lumbung padi warga.
Atap rumah berasal dari daun yang disebut dengan sulah nyanda. Nyanda sendiri memiliki makna sikap bersandar. Sandarannya tidak lurus, tetapi agak rebah ke belakang. Salah satu dari sulah nyanda dibuat lebih panjang dan memiliki kemiringan yang lebih rendah pada bagian bawah rangka atap.
Komponen lain, seperti bilik (dinding), rarangkit (atap), dan palupuh (lantai) hanya sekedar diikat atau dijepit pada bambu atau kayu konstruksi. Oleh karena itu, bangunan rumah tinggal suku badui bisa dikatakan jenis bangunan tahan gempa karena bersifat fleksibel.
Ringkasan Rumah Adat Baduy
Terbuat dari bambu termasuk pintu dan dinding. Memiliki pintu, tapi tidak bejendela. Jenisnya rumah panggung beratapkan daun sulah nyanda dan disangga dengan tumpukan batu kali.
Bagian rumah terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu bagian depan, tengah, belakang, serta dapur. Ruang imah merupakan ruang tidur kepala keluarga, ruang tepas merupakan ruang tidur anak-anak, sedangkan sosoro merupakan ruuang tamu.
Rumah Adat Banten
Sebelum adanya penjajahan Belanda Banten pernah menjadi sebuah kesultanan. Jangan heran apabila kalian berwisata ke Serang lalu tidak menemui sisa-sisa kerajaan dan justru menemui banyak banggunan khas Belanda. Hal itu dikarenakan pada masa penjajahan Serang menjadi sebuah pusat administrasi pemerintahan baru.
Sejak didirikan Serang memang dirancang sebagai sebuah ibukota perfektur oleh Gubernur Daendels. Meskipun begitu Belanda tidak menghilangkan catatan sejarah bahwa pernah ada Kasultanan Banten di daerah jajahannya.
Omah Sengen
Sebenarnya masih dapat kita jumpai beberapa bangunan rumah zaman Kasultanan Banten di beberapa perkampungan lama di Serang dan Cilegon. Pemukiman lama tersbut terdapat di daerah Kaujon, Pegantungan, Dalung, Ciwedus, dan Pakuncen. Tempat tinggal dengan arsitektur yang khas tersebut disebut dengan Omah Sengen.
Omah sengan ini memiliki arsitektur campuran antara arsitektur belaanda dengan kearifan lokal. Bentuknya persegi panjang dengan atap model pelana. Gentengnya sudah genteng dari tanah liat. Aslinya rumah tersebut beratapkan welit atau daun kelapa yang dikeringkan.
Lantai rumahnya ada yang masih berupa tanah adapula yang sudah di plester semen. Umumnya omah sengen memiliki selasar atau teras yang atapnya ditopang ooleh beberapa tiang kayu. Selasar depan ini memiliki fungsi sebagai ruang transisi antara lingkungan sekitar dengan tempat tinggal.
Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain termasuk sangat dekat. Berhubung bagian terasnya terbuka dan jarak antar rumah berdekatan, warga sering bersosialisasi lewat teras rumah mereka. Sangat jarang ditemukan rumah dengan pagar pembatas.
Pintu utama rumah berupa pintu yang terbuat dari kayu dengan dua daun pintu dibuka ke arah dalam. Penguncinya merupakan grendel kayu. Dinding bagian depan rumah dilengkapi dengan jendela yang berteralis kayu dan dibuka ke arah luar.
Ruangan bagian depan setelah pintu masuk terbilang luas dan bersifat semi terbuka. Biasa digunakan untuk acara-acara tertentu dan menerima tamu. Bagian yang bersifat pribadi tentu bagian kamar tidur. Kamar-kamar di omah sengen tidak dibuat simetri dan sejajar seperti rumah Belanda.
Keunikan Omah Sengen
Keunikan lain pada rumah ini adalah adanya lembedang pada dinding kamar, yaitu seperti ceruk berbentu segitiga yang fungsinya untuk menaruh lampu minyak. Ceruk tersebut juga dimanfaatkan untuk menaruh barang-barang kecil.
Hal unik lainnya dari rumah ini adalah lorong yang terbentuk dari dinding kamar yang berhadapan. Diatas lorong terdapat susunan papan kayu yang diperkuat dengan bambu. Zaman dulu tempaat tersebut difungsinkan sebagai tempat untuk menyimpan padi.
Dinding bagian luar omah sengen tidak diplester (dilapis semen) sehingga susunan bata mentah dengan campuran tanah dan kapur terlihat dari luar. Omah sengen merupakan salah satu peninggalan arsitektur bangunan tradisional khas Serang dan sekitarnya. Meskipun sudah lebih modern dibandingkan rumah Baduy, tapi bangunan tersebut juga termasuk cagar budaya.
Itu juga membuktikan bahwa Banten memiliki bangunan tradisional yang khas selain rumah adat di pemukiman Suku Baduy. Perjalanan sejarah juga dapat tergambarkan oleh kekayaan warisan arsitektur bangunan. Itu juga menggambarkan perkembangan budaya masyarakatnya.
Peninggalan-peninggalan yang ada merupakan bagian dari sejarah daerah tersebut. Apabila dihilangkan sama saja dengan menghilangkan jati diri daerah tersebut. Untuk itu kita harus melestarikan budaya yang ada dan jangan merubahnya. Sehingga kita bisa memperlihatkan jati diri bangsa kepada generasi selanjutnya.
Keywords: Rumah adat Banten
Originally posted 2020-05-05 01:52:05.