Sejarah Kebudayaan Islam – Sejarah Kebudayaan Islam atau yang biasa disingkat SKI mungkin akan mudah ditemukan dalam pelajaran di pesantren-pesantren, madrasah atau sekolah berbasis Islam lainnya.
SKI sendiri merupakan sebuah studi atau disiplin ilmu khusus yang berisi tentang kisah-kisah masa lalu yang berhubungan dengan Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam
Pertanyaan-pertanyaan mengenai agama Islam, masyarakatnya, hingga peradabannya dari zaman Rasulullah hingga ke zaman modern bisa dijawab di dalam studi ini.
Dengan adanya pelajaran sejarah kebudayaan Islam kita jadi bisa tahu bagaimana Islam bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Bagaimana Rasulullah berjuang mendakwahkan agama Allah ta’ala dan bagaimana Islam sepeninggalnya beliau dibawah kepemimpinan para khalifah.
Semua hal-hal yang berkaitan dengan sejarah islam bisa dikaji dalam studi sejarah kebudayaan Islam. Banyak juga manfaat yang diperoleh dari mempelajari sejarah kebudayaan Islam.
Pertama, kita dapat mengambil hikmah dari kejadian-kejadian di masa lalu sehingga bisa meningkatkan keimanan kita kepada Allah.
Kedua, ada pelajaran yang dapat diambil dari sejarah agar saat akan mengambil keputusan kita bisa mempertimbangkan baik buruknya dari kejadian yang sama yang mungkin terjadi di masa lalu.
Ketiga, kisah-kisah kebaikan di masa lalu bisa kita pahami dan dijadikan teladan untuk kehidupan saat ini.
Keempat, menumbuhkan rasa cinta yang semakin dalam akan sejarah kebudayaan Islam dimana banyak kisah-kisah berharga didalamnya.
Bahkan dari sejarah kebudayaan Islam ilmu-ilmu yang berkaitan dalam Islam bisa kita kaji di zaman modern ini.
Kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh, filsafat, dan ilmu lainnya yang pernah dikemukakan oleh para ilmuwan Muslim juga menjadi bahasan Sejarah Kebudayaan Islam walaupun tidak secara terperinci.
Berikut sedikit gambaran mengenai isi dari studi sejarah Kebudayaan Islam:
Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab sebelum masuknya Islam memiliki kepercayaan yang beragam, tapi sebagian besar merupakan penyembah berbagai berhala. Kaum Nashara atau pemeluk agama Nasrani terdapat di Hirah, Ghassan, dan Najran.
Adapula pemeluk agama dari Kaum Yahudi yang berada di Taima, Wadil-Qura, Fadak, Khaibar, dan Yatsrib (Madinah). Serta pemeluk agama Zoroaster (Majusi) yang ada di bagian Timur jazirah Arab karena pengaruh Persia (sekarang Iran).
Kabilah kabilah kecil ada yang menyembah benda alam, seperti matahari, bulan, atau gunung. Penyembah binatang, jin (Shabiin) dan adapula sekelompok kecil yang menjalankan agama monoteisme yang dibawa Ibrahim (Diin al Hanafiyah).
Ada sekitar kurang lebih 41 kabilah yang mendiami jazirah Arab. Sebut saja Bani Abdud Dar, Abdu Manaf, Abdu Syams, Kaum ‘Ad, Bani Adi, Amir bin Lu’ay, Asad bin Abdul Uzza, Asad bin Khuzaimah, Bani Aus, dan Bani Azad.
Bani Hanifah, Haris bin Fihr, Bani Ghatafan, Ghassan, Bani Hasyim, Hawazin, Hilal, Jumah, Jurhum, Khazraj,
Kinanah, dan Bani Khuza’ah. Masih ada Bani Lakhm, Makhzum, Muharib bin Fihr, Muthalib, Naufal, Nabath, Qainuqa, Qudha’ah, Quraisy, Sahm, Kaum Saba’, Sulaim, Syaibah, Taim, Tamim, Tsaqif, Kaum Tsamud, Bani Umayyah, dan Bani Zuhrah.
Mereka semua terpecah-pecah dengan satu orang pemimpin di tiap kabilahnya. Ketika Islam datang barulah mereka yang memeluk Islam melebur menjadi satu tanpa memperdulikan latar belakang keluarga masing-masing dan hidup rukun berdampingan.
Dakwah Nabi di Mekah dan Madinah
Dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berlangsung sangat singkat, yaitu kurang lebih selama 23 tahun. Selama waktu itu beliau yang berjuang dengan gigih berhasil membawa umatnya ke sisi yang terang.
Bangsa Arab yang tadinya jauh dari Allah berhasil dicerahkan oleh ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Periode dakwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasalam dibagi menjadi dua, yaitu periode Makkah dan Periode Madinah. Saat periode Makkah, dakwa Rasulullah berfokus pada penanaman nilai-nila aqidah seperti ketauhidan.
Sedangkan pada periode Madinah Beliau lebih banyak menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan muamalah baik itu urusan dunia maupun ibadah.
Rasulullah SAW dalam berdakwah tidak hanya pintar dalam membuat rencana dakwah, tapi juga turun langsung dalam pelaksanaan rencana dakwahnya.
Sehingga kelemahan serta kekurangan beliau dalam berdakwah bisa dikoreksi dengan tepat oleh Beliau. Beliau menggunakan pendekatan secara kultural, struktural dan mobilitas sosial dalam berdakwah.
Pendekatan yang dilakukan antara dakwah periode Makkah dengan peroide Madinah pun berbeda.
Di Periode Mekah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam lebih dominan menggunakan pendekatan kultural dengan mobilitas horizontal.
Lain halnya dengan periode Madinah yang dominan adalah pendekatan kultural dengan mobilitas vertikal. Perbedaan cara dakwah tersebut beliau pertimbangkan dengan melihat kondisi masyarakat yang ada.
Haji Wada
Haji wada’ atau haji perpisahan merupakan ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah dengan Umat Islam kala itu. Peristiwa ini dilaksanakan pada tahun 10 Hijriyah bertepatan dengan tahun 632 Masehi.
Peristiwa ini sangat penting dalam sejarah Islam karena haji wada’ merupakan ibadah haji pertama sekaligus terakhir Rasullullah setelah fathul Makkah dan sebelum meninggalnya Beliau.
Tercatat dalam sejarah bahwasannya Nabi Muhammad SAW tidak pernah melakukan Haji dari Madinah atau setelah beliau berhijrah kecuali pada tahun ke 10 Hijriyah sebagai haji wada.
Didalam peristiwa ini pula Rasulullah menyampaikan perintah Allah tentang kewajiban berhaji kepada seluruh umat Islam, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan.
Ketika beliau tengah menyampaikan perihal masalah Haji kepada Umatnya yang berada di Padang Arafah turunlah firman Allah, yaitu Surat Ali Imran ayat 97 dan Al Maidah ayat 3.
Sejarah Munculnya Aliran dalam Islam
Munculnya berbagai aliran teologi dalam Islam dimulai sejak wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam. Sejak jaman Khalifah Abu Bakar as Shidiq Umat Islam sudah mulai ada sedikit perselisihan mengenai siapa yang akan menggantikan Nabi Muhammad untuk memimpin Islam.
Begitu pula dengan khalifah khalifah setelah Abu Bakar yang juga terjadi penolakan. Puncaknya ada pada saat pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Perang secara fisik di masa pemerintahan Khalifah keempat ini tak bisa dielakkan. Beberapa kali pasukan pendukung Ali bin Abi Thalib berperang melawan para penentangnya.
Perang antar saudara yang paling besar pada zaman itu adalah perang Jamal yang terjadi antara Kubu Khalifah Ali dengan ummul Mukmini Aisyah ra dibantu Zubair bin Awwan dan Thalhah.
Faktor penyebabnya adalah Khalifah Ali yang menjabat saat itu tidak mau menghukum pembunuh Utsman bin Affan dan ingin menyelesaikan perkara secara damai untuk menghindari perang.
Penolakan dari kubu Aisyah membuat Muslim kala itu terpecah. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika akan melarikan diri sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Tak hanya perang Jamal ada perang saudara lain yang terjadi di masa pemerintahan khalifah Ali, yaitu perang Siffin. Kebijakan-kebijakan yang dibuat Ali kala itu mendapat pertentangan dari gubernur di Damaskus, yaitu Muawiyyah bin Abu Sufyan.
Kala itu Muawiyyah mendapat dukungan dari para pejabat tinggi dan mantan pejabat di masa khalifah Utsman. Sehingga Ali kehilangan dukungan dan Muawiyyah maju dengan mendirikan dinasti Umayyah.
Dari perselisihan-perselisihan tersebut munculah aliran-aliran keagamaan dalam Islam, seperti Syiah, Khawarij, Murjiah, Muktazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, Ahlussunnah wal Jamaah, Jabariyah, dan Kadriyah.
Mulanya aliran-aliran tersebut muncul sebagai fraksi-fraksi politik yang pada akhirnya berkembang ke persoalan keimanan.
Demikian penjelasan kami mengenai Sejarah Kebudayaan Islam Di Masa Masa Awal Kemunculannya. Semoga bermanfaat.
Originally posted 2021-08-02 08:36:17.