Rumah Adat Lampung dikenal juga dengan nama Nuwo Sesat. Dinamakan Nuwo Sesat karena dalam bahasa Lampung ‘Nuwo’ berarti rumah dan ‘Sesat’ berarti adat, jadi Nuwow Sesat dapat diartikan rumah adat. Bentuknya seperti rumah panggung dengan penyangga yang lebih pendek dari kebanyakan rumah panggung.
Rumah Adat Lampung
Provinsi Lampung beribu kota di Kota Bandar Lampung. Letak provinsi ini berada di wilayah paling selatan Pulau Sumatra. Terdapat dua kota besar di Provinsi Lampung, yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro.
Provinsi Lampung memiliki luas total sekitar 35,587 km² dengan penduduk lebih dari 8 juta jiwa. Penduduk disana terdiri dari beberapa etnis, diantaranya Suku Lampung, Jawa, Sunda, Melayu, Minangkabau, Bali dan lainnya.
Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa daerah yang paling dominan digunakan di sana adalah Bahasa Lampung. Bahasa Lampung yang digunakan adalah Bahasa Lampung Api dan Lampung Nyo.
Ciri khas dari rumah adat Lampung adalah berbentuk rumah panggung dengan atap yang terbuat dari anyaman ilalang dan ada pula yang dari kayu. Atap tersebut selain beguna untuk menghindari serangan hewan juga antigempa bumi.
Arsitektur bangunan tradisional masyarakat Lampung pada umumnya dibedakan atas beberapa jenis menurut fungsinya. Ada yang digunakan sebagai tempat tinggal, tempat ibadah, tempat musyawarah (balai adat), tempat menyimpan benda pusaka, serta tempat menyimpan bahan makanan.
Bangunan tradisional yang berfungsi sebagai tempat tinggal disebut sebagai lamban (orang Lampung adat Saibatin menyebut demikian) atau nuwow (bagi orang lampung dengan adat Pepadun). Setidaknya ada beberapa rumah adat Lampung yang bangunannya masih dapat kita jumpai di Lampung.
Nuwow Sesat
Kebanyakan Nuwo Sesat didirikan di dekat sungai dengan bentuk berjajar di sepanjang jalan utama yang disebut tiyuh. Setiap tiyuh terbagi menjadi beberapa bagian yang disebut dengan bilik atau tempat berdiam buway.
Beberapa buway membentuk kesatuan yang disebut dengan marga. Dalam setiap bilik terdapat sebuah rumah klan yang cukup besar dan disebut dengan nowou menyanak. Rumah ini selalu dihuni oleh mereka yang dituakan atau yang mewarisi kekuasaan untuk memimpin keluarga.
Ringkasan Tentang Nuwow Sesat
Jenis rumahnya adalah rumah panggung dengan atap dari ilalang atau kayu. Bangunannya didirikan berjajar dekat dengan sungai. Material utama yang digunakan untuk membangun rumah ini adalah kayu.
Bagian bangunan nuwo sesat terdiri dari lamban, lambahana, mesigit atau masjid atau surau, bantalan, serta jamban pamanohan. Itulah sekilas mengenai rumah adat Lampung, Nuwou Sesat.
Rumah Adat Pesagi
Salah satu ciri khas suatu daerah dapat dilihat dari bangunan tradisionalnya termasuk juga rumah adat. Setiap daerah pasti memiliki rumah adat yang berbeda dengan daerah lain. Bisa dikatakan rumah adat adalah sebuah ikon suatu daerah.
Salah satu bangunan tradisional Lampung yang massih bertahan adalah rumah Pesagi. Kalian bisa menemukan rumah pesagi di Desa Kenali, Kecamatan Belalau, Lampung Barat. Ukuran dari rumah ini sekitar 8,79x 7,43x 9,58 meter yang menghadap ke arah utara atau selatan.
Bentuknya adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu diatas tiang-tiang dengan atap dari ijuk. Pembagian ruangannya sangat sederhana dan tidak ada ruangan khusus. Begitu tangga masuk langsung menuju ke ruang tengah. Kamar-kamar serta dapur dipisah oleh dinding dari papan.
Lantai bangunan menggunakan pelupuh bambu yang lebarnya sekitar 20 cm dan dirangkai menggunakan tali ijuk sehingga menjadi sebuah ikatan lantai pelupuh. Lantai ini ditopang oleh gelagar yang melintang dan membujur berbentuk persegidelapan dengan diameter 29cm. tumpuannya adalah tiang dudukan dengan kontruksi tarikan dan pasak. Lalu dilapisi tikar dibagian atasnya.
Dinding dari pesagi terbuat dari susunan papan kayu yang dilengkapi dengan jendela kecil. Sekilas bangunan ini lebih mirip lumbung padi. Kearifan lokal yang ada pada bangunan ini adalah sambungannya tidak ada yang menggunakan paku. Semua diikat menggunakan ikatan tambang ijuk pasak.
Sedangkan atapnya dilapisi lembaran lembaran ijuk berbentuk mengerucut ke atas. Istilah atap rumah pesagi disebut dengan bubung kukus.
Rumah Adat Sukadana
Di Desa Sukadana terdapat beberapa tipe rumah tradisional. Dimana rumah adat Sukadana merupakan satu-satunya rumah tradisional yang berdenah bujur sangkar dan paling besar. Di Desa Sukadana bangunan tradisional lain rata-rata berukuran kecil dengan denah persegi panjang.
Arsitektural rumah adat Sukadana merupakan tipe rumah panggung. Penduduk setempat menyebutnya dengan lamban khanggal atau nuwow ghatcak. Bentuk rumah dengan denah bujur sangkar disebut juga pesagi ngahanyuk. Sedangkan yang berdenah persegi panjang disebut mahanyukan.
Menurut strata kepemilikannya, rumah tradisional atau rumah adat dibedakan menjadi tiga. Ada lamban balak yang dimiliki oleh penyimbang marga, lamban gedung (lamban lunik) dimiliki oleh penyimbang suku, dan lamban yang dimiliki oleh masyarakat umum.
Umumnya rumah-rumah adat Lampung menghadap ke arah jalan raya (ranglaya). Bangunannya banyak yang terbuat dari kayu. Hal ini membuktikan bahwa pada masa itu masyarakat lampung memiliki ketrampilan di bidang pertukangan, khususnya bangunan kayu.
Susunan Bangunan
Lamban khanggal atau nuwow ghatcak berkonstruksi kayu dengan tidak menggunakan paku sebagai penyambung antar kayu. Berukuran sekitar 14 x 14 meter bangunan ini umumnya menghadap ke tenggara.
Serambi depan dilengkapi dengan pagar langkan dan delapan tiang peyangga. Atapnya berbentuk limasan dengan puntu masuk berbentuk setangkup ganda. Pada bagian depan bagunan terdapat empat jendela berbentuk setangkap ganda yang dilengkapi teralis kayu berbentuk jeruji vertikal.
Struktur Bangunan
Lantai bangunan berupa susunan papan kayu yang dipasang berjajar ke samping serta dinding bangunan yang juga dari papan kayu yang dipasang berjajar secara vertikal. Konstruksi rumah ditopang oleh tihang duduk berjumlah 35 buah kayu yang bertumpu pada umpak batu.
Tiang penyangga tersebut terbuat dari bahan kayu berbentuk balok. Kerangka bangunannya menggunakan tihang induk (tengah) sebanyak 20 buah. Balok gelagar di bagian bawah berjumlah tujuh buah yang terdiri dari dua jenis. Pertama balok gelagar memanjang dari depan ke belakang berjumlah dua dan yang berjajar ke samping berjumlah lima buah.
Balok gelagar atas yang menghubungkan tiang induk berjumlah 17 buah. Nuwow atau lamban ini juga memiliki ruangan yang berada diatas plafon. Dahulu ruangan tersebut berfungsi sebagai tempat tinggal para gadis yang sedang dipingit. Sisi bagian barat dan timur ruangan ini terdapat dua jendela berteralis.
Saat dipingit para gadis di dalam ruangan tersebut biasanya mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan menyulam. Namun tradisi ini kini perlahan hilang seiring ddengan perkembangan zaman. Begitu juga dengan keberadaan bangunan-bangunan tradisional.
Dikarenakan perkembangan zaman yang kurang berpihak pada pelestarian budaya leluhur berimbas pada banguna-banggunan tradisional. Kini bangunan-bangunan tradisional yang dulu berdiri kokoh tergantikan ddengan bangunan modern.
Saat ini hanya tersisa beberapa bangunan tradisional saja di wilayah Provinsi Lampung. Mungkin perlu adanya sosiali sasi serta himbauan agar masyarakat kita mencintai dan mau melestarikan budaya termasuk rumah adat.
Hal itu juga merupakan bukti kecintaan kita terhadap jati diri bangsa. Selain itu keberadaan rumah adat juga sebagai jati diri dan kearifan lokal penduduk setempat. Oleh karena itu perlu ada keseragaman pemikiran antara pemerintah, budayawan, serta penduduk dalam melestarikan keberagaman budaya yang ada.
Keywords: rumah adat Lampung
Originally posted 2020-05-03 08:01:45.