Banten adalah salah satu provinsi di Indonesia. Ibu kota dari Provinsi Banten adalah Serang.
Mengenai luas wilayah, luas wilayah provinsi ini kurang lebih 9.662,92 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 9.978.932 orang. Beberapa suku yang mendiami provinsi ini adalah suku Sunda dan Baduy.
Provinsi ini terbagi ke dalam 4 kabupaten, 4 kota, 155 kecamatan, 313 kelurahan dan 1238 desa.
Masyarakat Provinsi Banten terdiri dari berbagai masyarakat yang menganut agama yang berbeda-beda, yaitu Islam, Hindu, Kristen Protestan, Kristen Katholik, dan Sunda Wiwitan.
Peta Provinsi Banten
Banten memiliki wilayah laut yang merupakan jalur laut potensial, yaitu Selat Sunda. Selat Sunda adalah jalur yang bisa dilewati oleh kapal-kapal besar yang menghubungkan Selandia Baru dan Australia dengan kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Batas-batas wilayah provinsi Banten adalah sebagai berikut:
- Utara: Laut Jawa
- Selatan: Samudera Hindia
- Timur: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Barat: Selat Sunda
Mata pencaharian masyarakat Banten begitu beragam, namun sebagian masyarakat Banten bergantung pada 3 sektor utama yaitu komoditi, bahan galian dan industri.
Komoditi yang berpengaruh di Banten adalah komoditi karet, kelapa sawit, coklat, dan kelapa hibrida.
Sementara itu, emas adalah bahan galian utama yang ada di Banten. Untuk bidang industri, masyarakat bergantung pada sektor industri tekstil, logam dan kimia.
Ada berbagai macam kebudayaan di Provinsi Banten. Banten sendiri mempunyai rumah adat, lagu daerah dan juga senjata adat.
Untuk tarian khasnya adalah Tari Peragaan Debus, sementara senjata adatnya adalah badik atau golok. Lagu daerah provinsi Banten adalah Dayung Sampan.
Logo Provinsi Banten
Banten memiliki logo yang terdiri dari banyak simbol atau unsur, seperti berikut ini:
1. Kubah masjid, adalah lambang dari masyarakat Banten yang religius.
2. Bintang yang memiliki lima sudut, adalah lambang dari sila pertama indonesia, yaitu ketuhanan yang maha esa.
3. Menara Mesjid Agung Banten, adalah lambang dari semangat yang begitu tinggi dan juga ciri khas masyarakat Banten yang menjadikan petunjuk dari Allah SWT sebagai pedoman hidup.
4. Gapura Kaibon, adalah lambang dari provinsi Banten yang menjadi pintu gerbang dari peradaban dunia, karena Banten menjadi pusat lalu lintas internasional di era yang semakin terbuka.
5. Lambang Padi, kapas, kelopak berwarna coklat dan kuntum bunga adalah lambang provinsi Banten yang merupakan wilayah agraris. Sedangkan untuk jumlahnya: 17 padi, 8 kapas, 4 kelopak berwarna coklat dan 5 kuntum bunga mengacu pada hari proklamasi kemerdekaan RI.
6. Simbol gunung yang berwarna hitam adalah lambang kekayaan alam provinsi Banten sekaligus mengacu pada pegunungan dan dataran rendah.
7. Gambar badak bercula satu adalah lambang dari mayarakat Banten yang tidak pernah menyerah dalam menegakkan kebenaran, dan masyarakat tersebut pun dilindungi oleh hukum yang berlaku di Indonesia.
8. Gambar laut yang berwarna biru dengan gelombang berwarna putih sebanyak 17 adalah lambang daerah maritim yang kaya akan hasil kelautannya.
9. Roda Gerigi warna abu-abu yang berjumlah 10 gerigi adalah lambang semangat dalam bidang pembangunan dan juga bidang industri.
10. Dua buah garis marka berwarna putih adalah lambang dari landasan pacu sebuah Bandara kebanggan Indonesia, yaitu Bandara Seoekarna Hatta.
11. Lampu bulatan berwarna kuning adalah pemacu semangat untuk menggapai cita-cita.
12. Pita kuning adalah lambang dari kesatuan dan persatuan masyarakat provinsi Banten.
13. IMAN dan TAQWA adalah semboyan provinsi Banten untuk membuat Banten menjadi provinsi yang mandiri, sejahtera dan maju.
Nilai-nilai Kebudayaan Provinsi Banten
Setiap provinsi di Indonesia selalu memiliki kebudayaan, tradisi, atau kesinian yang berbeda-beda. Begitupun dengan Banten, ada berbagai keunikan yang menjadi ciri khas dari provinsi ini, seperti berikut ini:
Debus
Debus adalah kesenian khas dari Banten yang begitu terkenal. Menampilkan beberapa kekebalan tubuh yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari, membuat kesenian ini menarik perhatian banyak orang.
Tari Cokek
Tari Cokek adalah tarian indah khas Banten, dimana penari wanita akan menari begitu gemulai. Baju yang dikenakan pun sangat bagus dan unik, sehingga tarian ini menarik perhatian banyak orang.
Batik Banten
Berbeda dengan batik asal daerah lain di Indonesia, batik Banten memiliki warna yang cerah. Namun perbedaan itulah yang menjadi ciri khas batik Banten. Batik Banten terlihat indah, cerah, dan tentunya menarik juga unik.
Angklung Gubrag
Angklung gubrag memiliki ukuran yang lebih besar daripada angklung pada umumnya. Kesenian ini biasanya ditampilkan saat ritual penanaman padi, dengan harapan hasil panen akan berlimpah. Namun sekarang kesenian ini pun bisa ditampilkan saat acara khitanan dan syukuran kehamilan.
Rumah Adat Baduy
Baduy merupakan suku asli provinsi Banten, dan rumah adatnya sendiri begitu unik dengan atap yang terbuat dari daun atap, sedangkan lantainya terbuat dari pelupuh—bambu yang sudah dibelah-belah.
Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi kesenian khas dari Banten. Kesenian asli dari Banten lainnya adalah Seni Bedug, Rampak Bedug, Marhaba Rakbi, Patingtung, Terebang Gede, Rudat, Dog-dog Lojor, Beluk, Bendrong Lesung, dan Angklung Buhun.
Namun ada juga seni dari luar yang telah melewati akulturasi sehingga nampak seperti kesenian asli dari Banten, seperti kesenian Kuda Lumping, Tari Cokek dan Gambang Kromong.
Pariwisata Provinsi Banten
Tak kalah dengan provinsi lainnya, Banten pun memiliki berbagai tempat wisata yang begitu indah dan menarik minat banyak wisatawan.
Berbagai tempat wisata andalan di Provinsi Banten adalah Taman Nasional Ujung Kulon, Tanjung Lesung, Kampung Baduy, Pantai Sawarna, Pulau Umang, Rawa Dano, Pantai Bagedur, Pulau Sangiang, Pantai Karang Bolong, Pantai Carita, dan masih banyak yang lainnya.
Ada berbagai tempat wisata lainnya di Banten yang menarik minat banyak wisatawan. Setiap tempat memiliki keunikannya tersendiri dan menjadi ciri khas atau keunikan provinsi Banten.
Cerita Rakyat dari Banten: Si Jampang
Dibawah ini adalah cerita rakyat yang berasal dari daerah Banten. Ingin tahu cerita nya seperti apa? Yuk, simak selengkapnya.
Alkisah, pada zaman dahulu di daerah Jampang (sekarang termasuk wilayah Provinsi Banten), lahirlah seorang bayi dari sepasang suami isteri.
Ketika melihat bayi yang dilahirkan isterinya berjenis laki-laki, sang suami tampak sangat bersuka cita. Dengan bangga ia berkata pada isterinya, “Ini dia anak lelakiku. Lihatlah, betapa sehat dan gagahnya dia!”
“Iya Bang! Anak kita tampak gagah sekali,” kata Sang Isteri.
Selang beberapa minggu kemudian, setelah melewati beberapa upacara lingkaran hidup, bayi itu diberi nama Si Jampang.
Dengan perawatan yang baik dan kasih sayang yang cukup Si Jambang akhirnya tumbuh menjadi seorang pemuda yang sesuai dengan harapan kedua orang tuanya. Ia pintar, gagah, tampan, mandiri dan pandai bermain pencak silat.
Ketika menginjak usia dewasa Si Jampang dibawa oleh orang tuanya ke Betawi untuk dinikahkah dengan seorang gadis cantik dari daerah Kebayoran Lama.
Sesuai dengan sifatnya yang mandiri, setelah menikah Si Jampang tidak ingin tinggal bersama orang tuanya ataupun mertuanya. Ia lebih memilih untuk membeli tanah dan membangun rumahnya sendiri di daerah Grogol.
Namun sayang, beberapa tahun setelah menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki, sang isteri meninggal dunia karena sakit.
Sejak itu, Si Jampang hanya hidup dengan anak laki-laki satu-satunya yang oleh masyarakat sekitar dijuluki sebagai Si Jampang Muda.
Ketika anak Si Jampang tumbuh menjadi seorang pemuda yang juga gagah dan tampan, dia langsung disekolahkan ke pondok pesantren. Tujuannya adalah agar menjadi anak yang soleh dan berbakti terhadap orang tua.
Dan ternyata, Si Jampang Muda sangat senang tinggal di pesantren. Malahan, dia lebih memilih bermain bersama dengan santri-santri lainnya dan hanya sesekali pulang kerumah menjumpai ayahnya.
Keadaan ini membuat Si Jampang menjadi semakin kesepian. Untuk menghibur diri ia sering bepergian ke kampung-kampung lain sambil bersilaturahim ke rumah para sahabatnya.
Namun kesedihannya malah semakin bertambah karena melihat banyaknya masyarakat kecil yang hidup menderita. Mereka banyak dimanfaatkan oleh orang-orang kaya untuk diperas tenaganya dengan bayaran yang ala kadarnya.
Untuk membantu meringankan penderitaan rakyat miskin, Si Jampang mengambil inisiatif untuk merampok harta orang-orang kaya yang dianggap kikir dan menyengsarakan rakyat. Harta rampokan itu dibagikannya pada orang-orang miskin agar mereka hidup dengan layak.
Berita mengenai Si Jampang yang beralih profesi menjadi perampok akhirnya menyebar juga hingga ke pondok pesantren tempat Si Jampang Muda menimba ilmu. Si Jampang Muda menjadi malu dan buru-buru pulang ke rumah untuk menemui Ayahnya.
Sesampainya di rumah ia langsung betanya pada ayahnya, “Be, Jampang kagak mau lagi balik ke pondok. Jampang malu!”
“Kenapa malu, Tong?” tanya Si Jampang penasaran.
“Jampang malu dibilang anak Perampok!” jawab Si Jampang Muda.
“Coba lihat orang-orang di sekelilingmu, Tong. Kebanyakan dari mereka hidup miskin dan sengsara karena diperdaya oleh orang-orang kaya.
Nah, Babe lu ni cuman bantu ngembalikan haknye orang miskin, Tong. Harta yang Babe rampok, babe kasih lagi tuh, biar mereka hidupnye kagak begitu sengsara,” kata Si Jampang panjang lebar.
Si Jampang Muda akhirnya mengerti dan tidak malu lagi untuk tetap tinggal di pondok pesantren. Ia sadar kalau perbuatan ayahnya itu karena didorong oleh rasa kasihan terhadap sesama akibat penindasan yang dilakukan oleh orang-orang kaya.
Ia juga sadar kalau perbuatan ayahnya salah, tetapi hanya itulah satu-satunya jalan yang dapat ditempuh untuk membantu sesamanya.
Singkat cerita, persoalan itu terselesaikan, namun muncul persoalan baru yang lebih besar. Si Jampang yang telah lama menduda jatuh hati kepada seorang janda beranak dua bernama Mayangsari.
Karena kecintaannya tidak ditanggapi, Si Jampang lalu pergi ke Kampung Gabus untuk menemui seorang dukun bernama Pak Dul. Oleh Pak Dul Mayangsari dipelet sehingga ia tergila-gila pada Si Jampang.
Di lain pihak, melihat ibunya menjadi tergila-gila pada Si Jampang, sang anak yang bernama Abdih menjadi marah sekaligus bingung. Ia marah karena ada orang yang tega memelet ibunya.
Namun ia juga bingung harus dengan cara aga agar sang ibu dapat sembuh seperti sediakala. Dan, setelah bertanya kesana-kemari, akhirnya Abdih mendapat keterangan bahwa di Kampung Gabus ada dukun yang dapat mengobati pelet dan guna-guna.
Ia lalu pergi ke dukun yang ternyata sama dengan dukunnya Si Jampang yaitu Pak Dul. Oleh Pak Dul pelet yang telah dikirim dicabutnya lagi sehingga Mayangsari sembuh dan tidak ingat pada Si Jampang.
Untuk menuntaskan masalah ini Abdih langsung menuju ke rumah Si Jampang. Tujuannya adalah membuat perhitugan dengan Si Jampang agar ia tidak berbuat semena-mena terhadap orang lain.
Namun ketika bertemu langsung dengan Si Jampang nyalinya menjadi ciut seketika. Dan, ketika Si Jampang bersikeras hendak mengawini ibunya, Abdih hanya dapat berkata, “Kalau Abang tetap pengen kawin sama ibu ane, Abang kudu nyediain sepasang kerbau sebagai mas kawinnye. Gimane?”
“Ane kagak keberatan, Abdih. Akan ane usahakan!” kata Si Jampang dengan penuh semangat.
Tetapi setelah Abdih pulang, giliran Si Jampang yang kebingungan. Dia tidak tahu harus dengan cara apa mendapatkan sepasang kerbau yang mahal harganya.
Jalan keluar satu-satunya hanyalah dengan merampok dari orang kaya. Untuk itu, dia segera mengajak temannya yang bernama Sarpin merampok ke rumah Haji Saud, orang kaya yang tinggal di daerah Tambun.
Namun hari itu merupakan hari naas bagi Si Jampang. Setelah berhasil merampok Haji Saud, Si Jampang dan Sarpin segera dihadang sekawanan polisi Belanda yang telah menunggunya di gerbang Kampung Tambun.
Mereka pun akhirnya ditangkap dengan mudah dan tanpa perlawanan karena ditodong senapan-senapan laras panjang milik opsir Belanda.
Si Jampang kemudian dibawa ke penjara dan setelah disidang dinyatakan bersalah sehingga harus di hukum mati. Dengan dihukummatinya Si Jampang orang-orang kaya serta pejabat pemerintah Belanda menjadi gembira.
Mereka merasa tidak khawatir lagi kalau harta bendanya akan dirampok. Sebaliknya, rakyat kecil yang selama ini menderita menjadi sedih.
Orang yang selama ini dianggap sebagai pahlawan karena telah membela mereka harus mati di tangan Belanda.
Originally posted 2019-11-25 14:47:39.