Pakaian adat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang umum dipakai oleh masyarakat NTT adalah kain tenun ikat.
Kain tenun ikat tersebut memiliki nama dan corak yang berbeda-beda tergantung sukunya.
Di daerah Sikka, kain ini dinamakan utan untuk sarung wanitanya dan lipa untuk sarung prianya.
Sementara di Pulai Sumba, kain ini lebih dikenal dengan hinggi.
Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur
Baju Adat Suku Rote
Selain daripada tenun ikat, masing-masing suku memiliki pakaian adat tradisional dengan ciri khasnya sendiri-sendiri.
Para lelaki di Rote memakai kemeja putih polos serta sarung tenun berwarna gelap.
Pakaian adat ini juga dilengkapi dengan sebilah golok dan sehelai kain tenun yang diselempangkan di salah satu bahu.
Topi ti’i langa yang terbuat dari daun lontar mereka gunakan sebagai penutup kepala.
Daun lontar tak hanya digunakan sebagai bahan dasar pembuat topi, tapi juga alat musik tradisional khas NTT yang bernama sasando.
Saat pria Rote menggunakan pakaian adat mereka ada yang menyamakan pakaian ini mirip dengan pakaian ala-ala meksiko dan negara Amerika Latin lainnya.
Wanita suku Rote memakai kebaya pendek yang dipadukan dengan kain tenun sebagai pakaian adat mereka.
Tak lupa, mereka juga mengenakan selendang di bahu serta hiasan kepala bulan molik yang berbentuk bulan sabit.
Hiasan ini biasanya terbuat dari emas, perak, kuningan, maupun perunggu.
Baju Adat Suku Sumba
Di Suku Sumba, para prianya memakai lembaran kain yang dililitkan pada tubuh.
Cara memakainya adalah, ingi bawa dililitkan pada bagian tubuh bawah mulai dari pinggang sampai batas lutut.
Ingi dete, disampirkan dari bahu kiri ke bahu sebelah kanan.
Agar ingi bawa tidak melorot, pria Sumba memakai kalere begge atau ikat pinggang yang terbuat dari kulit kayu.
Mereka juga menggunakan ikat kepala yang disebut kapauta dengan bagian ujung mencuat ke atas.
Sementara pakaian adat wanita Sumba terdiri atas ye’e atau kain penutup dada yang dipercantik dengan maraga.
Maraga merupakan perhiasan dada yang terbuat dari emas, kuningan, atau perak.
Tabelo mahkota digunakan di kepala. Aksesori ini terbuat dari emas atau perak yang juga berbentuk bulan sabit atau tanduk kerbau.
Keunikan Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur
Selain baju-baju adat diatas masih ada juga baju adat dari daerah lain.
Misalnya saja baju adat Manggarai, baju adat Sikka, baju adat Bajawa, dan baju adat Timor Barat.
Semua pakaian adat tersebut memiliki ciri khas masing-masing dengan kelengkapan dan aksesoris yang berbeda-beda pula di tiap daerahnya.
Keunikan yang ada pada setiap pakaian adat suku-suku di Nusa Tenggara Timur terletak pada topi dan ikat kepalanya, terutama yang dipakai oleh kaum pria di sana.
Salah satunya adalah topi ti’i langga dari Suku Rote.
Bentuk topi yang terbuat dari daun lontar ini mengingatkan kita akan topi sombrero asal Meksiko.
Apalagi pria Rote juga menggunakan baju kemeja putih longgar, wah jadi semakin mirip senor.
Beda lagi dengan para pria Sikka yang memakai ikat kepala lesu widin tilun.
Ikat kepala tersebut terbuat dari kain batik yang dililitkan ke kepala pemakai sedemikian rupa.
Keunikan dari ikat kepala ini adalah bagian sampingnya dibuat memanjang kebawah sampai menutupi telinga. Wah, mirip dengan topi kekinian ya.
Itu loh topi berbentuk hewan-hewan lucu yang bagian telinganya bisa digerakkan.
Lain lagi dengan pria Manggarai yang memiliki mahkota dengan bentuk unik.
Bentuk mahkotanya mirip seperti tanduk kerbau yang bagian ujung-ujungnya mencuat ke atas.
Tak hanya itu, ikat kepala atau mahkota yang dipakai para wanita juga ada yang unik.
Hiasan kepala ini dikenakan para wanita di Timor atau Rote.
Keunikannya terletak pada bentuknya yang melengkung mirip dengan bulan sabit.
Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur/ NTT