Profil Provinsi Jambi | Sejarah, Letak Geografis, Lambang dan Semboyan Kota Jambinya

Profil Provinsi Jambi – Jambi termasuk salah satu provinsi di Negara Indonesia dengan letaknya di bagian pesisir timur yang ada di pulau Sumatera bagian tengah.

Kota Jambi juga termasuk salah satu dari 3 provinsi dengan nama provinsi dan ibukota yang sama, dua diantaranya Gorontalo dan Bengkulu.

Jambi juga merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia, awalnya dikenal sebagai Djambi tepatnya di tahun 1946-1972.

Awalnya Jambi termasuk bagian kerajaan Melayu dengan pusat di sepanjang sungai yang bernama batang hari yang pusat kerajaannya di Dharmasraya Sumbar.

Hal ini dikarenakan Jambi sendiri dibelah oleh bagian sungai Batanghari, dimana kedua kawasan ini terhubung melalui jembatan Aur Duri.


Lambang Kota Jambi


Lambang dari kota Jambi sendiri berbentuk perisai dimana pada bagian bawah meruncing dengan dikelilingi sebanyak 3 garis untuk warna paling luar berwarna putih, warna hijau di bagian tengah serta bagian luar dilingkupi warna putih.

Garis berwarna hijau mengelilingi lambang bagian atas yang lebih lebar serta di dalamnya sendiri terdapat tulisan berupa “Kota Jambi” melambangkan sebuah nama daerah yang diapit 2 bintang dengan sudut 5 yang berwarna putih.

Adapun lambing tersebut menandakan kondisi dari kehidupan social yang ada di masyarakat Jambi terdiri dari berbagai macam agama dan suku, mempunyai keyakinan pada Tuhan YME.


Semboyan dan Filosofi Kota Jambi


Semboyan dari kota Jambi itu sendiri yaitu Tanah PIlih Pesako Betuah, dimana berdasarkan filosofi sendiri memiliki pengertian dimana kota Jambi adalah pusat pemerintahan dari kota serta sebagai pusat ekonomi, social, kebudayaan yang mencerminkan jiwa dari masyarakatnya sebagai sebuah duta kesatuan secara individu, kelompok, keluarga hingga berdasarkan institusional dalam artian lebih luas.


Bahasa Jambi


Masyarakat Jambi memiliki bahasa Melayu yang mana sangat mirip seperti bahasa dari warga lokal yang ada di Dharmasrata, seperti halnya Melayu Bengkulu dan Palembang dengan dialek “o”.


Sejarah Kota Jambi


Jambi termasuk wilayah yang populer mennurut literature kuno. Dimana negeri ini umumnya sering disebut pada prasasti-prasasti serta berita-berita dari China.

Hal tersebut membuktikan dimana orang China sudah lama mempunyai hubungan dan keterikatan denngan kota Jambi yang biasa mereka sebut sebagai Chan-pei.

Bahkan diperkirakan sudah berdiri sebanyak 3 kerajaan dari Melayu kuno di kota Jambi, yakni Kantoli di abad ke-5, Tupo di abad ke-3 dan Koying di abad ke-3.

Seiring dengan perkembangan sejarah, maka kerajaan-kerajaan tersebut pun lenyap tanpa meninggalkan banyak jejak sejarah.

Menurut sejarah kerajaan yang ada di nusantara sendiri area minanga kamwa merupakan tanah asal dari pendiri kerajaan Sriwijaya dan Melayu di area minanga kamwa dan dari situlah banyak raja-raja lahir di Nusantara, entah saat ini yang terletak di Brunei, Malaysia maupun Indonesia dimana negeri Jambi sebelumnya pernah dikuasai berbagai kekuatan besar, seperti kerajaan Majapahit, Malaka, Singosari, Johor-Riau, dan Sriwijaya.

Kota Jambi di zaan dulu memang sangat terkenal serta selalu menjadi bahan rebutan yang membuktikan bahwa kota Jambi ini merupakan kota yang begitu penting.

Tak hanya itu saja, menurut temuan berbagai peninggalan benda purbakala, kota Jambi sendiri dulu pernah menduduki sebagai pusat dari Kerajaan Sriwijaya.

Sesudah kerajaan Kantoli, Tupo dan Koying runtuh, lalu berdiri sebuah kerajaan Melayu di Jambi. Adapun berita tertua tentang kerajaan Melayu Jambi tersebut berasal dari berita T’ang hui yao disusun oleh seorang bernama Wang-p’u di tahun 961 Masehi, pada waktu pemerintahan dinasti Hsin T’ang Shu dan T’ang yang disusun di abad ke-7 awal.

Pada masa pemerintahan dari dinasti Sung. Kerajaan Melayu Jambi sendiri diperkirakan sudah berdiri di antara tahun 644-645 Masehi, yang artinya 25 lathun lebih awal dari kerajaan Sriwijaya yang mulai berdiri pada tahun 670 Masehi.

Perlu diakui bahwa pemberitaan tentang sejarah Melayu kuno tersebut masih samar. HIngga kini, data utamanya sendiri masih berpatok pada beberapa berita yang berasal di negeri China, dimana terkadang sangat sulit untuk ditafsirkan.

Tak hanya itu saja, Jambi juga memainkan peranan begitu penting untuk membantu Johor saat berperang melawan para portugis yang ada di Malaka.

Lalu memanfaatkan keadaan yang tidak stabil yang terjadi di Johor karena diakibatkan berperang melawan Portugis.

Sehingga Jambi pun mencoba melepaskan diri. Untuk usaha melepaskan diri tersebut, semenjak tahun 1666-1673 M sudah terjadi peperangan hingga beberapa kali antara Jambi dengan Johor.

Dapat disimpulkan bahwa kota Jambi didirikan sebagai sebuah pemerintah daerah berbentuk otonom kotamadya sesuai ketetapan dari Gubernur Sumatera tepatnya nomor 103 tahun 1946, pada 17 Mei 1946.

Lalu ditingkatkan menjadi sebuah kota besr sesuai Undang-Undang no.9 th. 1956 mengenai pembentukan sebuah daerah otonom dari kota besa di lingkungan provinsi Sumatera Tengah.

Lalu di tanggal 6 Januari tahun 1957, akhirnya Jambi resmi dijadikan sebagai ibukota dari Provinsi Jambi sesuai undang-undang dari no. 61 tepatnya di tahun 1958.

Letak Geografi Kota Jambi

Sesuai undang-undang yang bernmor 6 pada tahun 1986, pemerintah dari kota Jambi memilliki luas wilayah secara administrative seluas kurang lebih 205.38 km2, berdasarkan geomorfologis sendiri kota Jambi berada pada cekungan Sumatera Selatan bagian barat yang dinamakan sub cekungan jambi, termasuk dataran rendah di area Sumatera Timur.

Menurut tofografi, Jambi tergolong relatif datar memiliki ketinggian sekitar 0-60 m mdpl. Bagian bergelombang ada di bagian selatan dan utara kota, sementara daerah rawa sendiri ada di sekitar aliran sungai Batanghari, sebagai sungai terpanjang yang ada di pulau Sumatera yang memiliki panjang keseluruhan sekitar 1.700 km.

Kependudukan

Jambi termasuk kota yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak khususnya di Provinsi Jambi, yakni sekitar 17% penduduk dari semua populasi penduduk yang ada di provinsi Jambi.

Cerita Rakyat dari Jambi: Batu Panjang

Cerita Rakyat Batu Panjang. Pada Zaman dahulu kala Di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, terdapat sebuah dusun yang bernama Batu Panjang.

Konon, asal usul nama dusun tersebut berasal dari kisah seorang puteri kecil yang tersisih dari kasih sayang sanak kerabatnya.

Suatu hari, saat dia menginginkan sepotong ikan yang dibawa oleh kakeknya dari hasil memancing, sang kakek menyuruhnya meminta izin dahulu pada isterinya (nenek).

Ketika ia meminta izin pada nenek, maka sang nenek pun menyuruhnya untuk meminta izin lagi pada anaknya (ayah si puteri).

Begitu seterusnya, hingga ia harus meminta izin pada hampir seluruh keluarganya (ibu, abang, kakak, dan lain sebagainya). Namun, setelah semua orang dimintai izin, daging ikan yang diminta pun sudah habis.

Akhirnya sang puteri hanya bisa menangis tersedu di atas batu besar yang ada di depan rumahnya. Sambil menangis dia memandang bulan purnama dan mulai bernyanyi:

Tinggi … tinggilah engkau batu, biar kakek ku senang biar nenekku senang.
Tinggi… tinggilah engkau batu biar ayahku senang biar ibuku senang,
Tinggi… tinggilah engkau batu biar abangku senang biar kakakku senang.

Saat menyanyi, tanpa disadari batu tempatnya duduk semakin bertambah tinggi hingga mencapai bulan. Sang puteri lalu melangkahkan kakinya menuju bulan.

Dan, saat telah berada di bulan, batu tempatnya duduk tadi kemudian ditendang hingga roboh memanjang hingga ke kaki bukit. Batu itu kemudian dinamakan batu panjang.

Melihat kejadian itu, sanak keluarganya menjadi sangat menyesal. Dan sejak saat itu mereka hanya dapat melihat bayangan sang puteri yang hanya tampak pada saat bulan purnama.

Keyword: Profil Provinsi Jambi

Originally posted 2020-08-04 02:20:18.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.