Rumah adat papua dikenal dengan nama Honai atau sering disebut juga dengan rumah bundar. Bentuk rumahnya sangat unik dan hampir mirip dengan jamur. Berbeda dengan kebanyakan rumah adat yang ada di Indonesia, rumah honai tidak berstruktur panggung. Bangunannya dibangun langsung diatas tanah.
Rumah Adat Papua
Provinsi Papua yang beribu kota di Kota Jayapura merupakan provinsi terluas di Indonesia. Letaknya di bagian tengah Pulau Papua atau di bagian paling Timur wilayah Papua yang menjadi wilayah administratif Indonesia.
Luas total wilayahnya adalah 316.553,07 km² dengan jumlah penduduk sekitar 3.322.526 jiwa. Penduduk asli Papua bersuku bangsa Amungme, Arfak, Asmat, Dani, Damal, Yali, dan masih banyak lagi. Sedangkan pendatang yang hanya 23,70% dari total penduduk juga terdiri dari berbagai macam suku bangsa.
Honai
Rumah adat Papua atau rumah bundar (honai)yang juga sering dijuluki onai dalam bahasa Papua merupakan bangunan tradisional khas Suku Dani di Wamena. Wamena adalah ibukota Kabupaten Jayawijaya yang letaknya di wilayah Pegunungan Tengah Papua.
Berada di ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut, wamena tidak memiliki wilayah lautan. Berbeda dengan kota-kota lain di Papua yang memiliki laut, seperti Jayapura, Sorong, dan Merauke.
Zaman dulu, orang-orang Suku Dani sebelum tinggal di honai mereka menempati bagian bawah pohon-pohon besar. Sehingga jika malam tiba udara menjadi sangat dingin dan membuat mereka kedinginan.
Begitu juga saat hujan turun, daun-daun pohon tidak bisa terus-menerus menahan derasnya air hujan. Mereka pasti kehujanan, basah kuyup, dan pasti kedinginan. Belum lagi jika ada angin kencang. Tidak terbayang dinginnya suhu di daerah pegunungan.
Suatu saat masyarakat suku Dani yang sangat bergantung pada alam memperhatikan burung-burung yang membuat sarang. Saat burung akan bertelur mereka membuat sarang dengan mengumpulkan ranting kesana kemari.
Ranting dan rumput kering tersebut kemudian dibentuk menjadi sarang bulat. Anak burung bisa tetap hangat tinggal di sarang tersebut. Berdasarkan pengamatan itulah orang-orang suku Dani belajar membuat rumah. Agar saat cuaca panas, hujan, dan dingin mereka tetap aman dan nyaman.
Material untuk Membuat Honai
Honai berbentuk bundar di bagian atapnya persis seperti sarang burung. Tidak ada onai yang tidak bundar. Bentuk bagian atap seperti bola, tapi hanya setengah bagian. Pada awalnya honai dibangun tanpa menggunakan paku sama sekali. Baik untuk menyambung atau memperkuat papan.
Bahan-bahan yang lazim digunakan dalam pembuatan rumah tradisional honai adalah:
1. Papan cincang, disebut papan cincang karena kedua ujung papan dibuat runcing seperti tombak. Ujung papan yang runcing ini akan ditanam ke dalam tanah. Papan cincang berfungsi sebagai dinding bangunan honai.
2. Balok kayu yang digunakan untuk tiang penyangga di tengah atau tiang utama. Tiang ini berfungsi menyangga atap honai.
3. Kayu buah untuk kerangka penutup atap.
4. Lokop atau pinde yang bentuknya seperti bambu kecil panjang. Fungsinya sebagai alas tempat tidur.
5. Rumput alang-alang yang digunakan sebagai atap, dan
6. Tali rotan atau akar-akar pohon juga tanaman sulur-suluran yang berfungsi sebagai tali.
Alang-alang sebagai atap honai akan dikumpulkan oleh ibu-ibu dan anak-anak pada saat rangka bangunan honai sudah berdiri. Membuat honai dikerjakan secara bergotong royong antarwarga.
Dulunya ketika seseorang merencanakan untuk membangun honai, maka dia harus mengumpulkan bahan-bahannya terlebih dulu. Proses membuat honai mulai dari mengumpulkan bahan hingga finishing berlangsung selama bertahun-tahun.hal itu karena lat pertukangan belum ada.
Proses Pembuatan Honai
Keluarga yang akan membuat honai biasanya akan mengundang kerabat serta saudara-saudaranya. Selama proses pembangunan, mereka yang telah berkumpul akan makan bersama-sama. Acara makan bersama ini disebut dengan bakar batu.
Hal yang dilakukan pertama-tama adalah menggali tanah untuk menancapka tiang utama honai. Kemudian sebuah batu besar yang datar ditaruh sebagai alas tiang tersebut.
Tujuan diletakkannya batu tersebut adalah agar tiang utama tidak cepat lapuk karena resapan air. Tiang utama ini letaknya tepat di titik tengah dari bangunan honai.
Selanjutnya, mereka akan menggali tanah disekitar tiang utama dengan bentuk melingkar disekeliling tiang tersebut. Papan cincang yang berujung runcing ditancapkan atau ditanam ke dalam tanah sesuai dengan lingkaran tanah yang digali.
Jarak antara papan cincang dengan tiang utama disesuaikan dengan diameter honai yang akan dibuat. Setiap papan yang ditanam harus diikat menggunakan rotan agar dinding rapat dan kokoh.
Uniknya dalam membuat lingkaran honai, masyarakat suku Dani adalah ahlinya. Mereka bahkan tidak memerlukan alat pengukur khusus. Itu merupakan kemampuan naluriah bagi orang Dani.
Setelah tiang utama dan dinding honai berdiri kokoh, tahap selanjutnya adalah memasang kerangka atap. Rangka atap dipasang dengan cara mengikat kayu buah pada tiang dan dinding honai.
Alang-alang dikumpulkan selagi rangka atap dipasang. Kemudian alang-alang tersebut diikat seperti mengikat sapu dan diikat kembali ke rangka atap menggunakan rotan.
Lokop atai pinde dianyam menjadi tikar untuk digunakan sebagai alas tidur. Bagian terakhir dari proses pembuatan honai adalah membuat tungku api di dalam honai. Agar saat hujan air tidak masuk ke dalam honai, disekeliling honai juga diberi parit.
Arsitektur dan Fungsi Honai
Keunikan dari rumah adat Papua adalah bentuknya yang terlihat seperti jamur. Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk seperti batok kelapa terbalik atau mengerucut. Atapnya terbuat dari jerami yang ditumpuk berlapis-lapis.
Ada yang berbeda dari honai dengan kebanyakan rumah adat lainnya di Indonesia. Tidak berstruktur panggung melainkan dibangun langsung diatas tanah. Bahkan lantai rumah honai pun masih berupa tanah.
Masyarakat adat Papua sengaja membangun honai dengan ruang yang sempit atau kecil dan tanpa jendela. Fungsinya tak lain untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua.
Biasanya honai dibangun setinggi 2,5 meter. Walaupun terlihat kecil, tapi honai memiliki dua lantai dengan bagian tengah lowong hingga ke bagian atap. Tengahnya segaja dikosongkan untuk tempat perapian. Kegunaan api di dalam rumah selain untuk memasak juga untuk menghangatkan badan penghuni rumah.
Lantai pertama rumah honai yang beralaskan tanah biasanya digunakan untuk berkumpul, bermusyawarah, serta untuk aktivitas di malam hari dengan penerangan api tungku. Sedangkan lantai kedua yang beralaskan papan digunakan sebagai tempat tidur.
Terdapat tangga yang terbuat dari kayu untuk menghubungkan lantai pertama dan kedua. Diameter rumah honai sekitar 5 meter. Meski sempit, rumah adat Papua ini dapat diisi oleh banyak orang. Sekitar lima sampai dengan 10 orang bisa tertampung dalam honai. Pintu rumah hanya ada satu.
Macam-macam Honai
Berdasarkan peruntukkannya, Honai terbagi ke dalam beberapa jenis. Ada rumah adat Papua untuk pria yang disebut honai. Ebei, yakni rumah adat Papua khusus wanita dan anak-anak, serta warnai yang merupakan kandang babi.
Fungsi dari rumah adat Papua juga bermacam-macam. Selain untuk tempat tinggal rumah adat juga digunakan sebagai tempat untuk mengatur rencana, mendidik anak, serta tempat menyimpan alat perang.
Itulah Honai, rumah adat Papua yang unik dan melegenda. Saat ini juga terdapat honai sehat, yakni honai dengan jendela dan tembok bata. Dengan adanya jendela dan tembok mereka tidak perlu tidur dan beraktivitas terus-terusan sambil menghirup asap tungku.
Keywords: Rumah Adat Papua Barat
Originally posted 2020-05-19 11:13:04.