Definisi, Karakteristik, Distribusi, dan Manfaat Padang Lamun

Padang Lamun – Tahukah Anda apa itu padang lamun? Jika Belum, maka dalam artikel ini dijelaskan mengenai definisi, karakteristik, distribusi, dan manfaat padang lamun.


Definisi Padang lamun


Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati.

Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.

Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang.

Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem).

Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.


Karakteristik Padang Lamun


Karakteristik ekologis padang lamun antara lain adalah :

  1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir
  2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang
  3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung
  4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
  5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generative
  6. Mampu hidup di media air asin
  7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik

Distribusi Padang Lamun


√ Definisi, Karakteristik, Distribusi, dan Manfaat Padang Lamun
republika.co.id

Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan laut yang mempunyai sebaran cukup luas mulai dari benua Artik sampai ke benua Afrika dan Selandia Baru.

Jumlah jenis tumbuhan ini mencapai 58 jenis di seluruh dunk (Kuo dan Me. Comb 1989) dengan konsentrasi utama didapatkan di wilayah Indo-Pasifik.

Dari jumlah tersebut 16 jenis dari 7 marga diantaranya ditemukan di perairan Asia Tenggara, dimana jumlah jenis terbesar ditemukan di perairan Filipina (16 jenis) atau semua jenis yang ada di perairan Asia Tenggara ditemukan juga di Filipina.

Dua hipotesis yang saling bertolak belakang yang digunakan untuk menjelaskan penyebaran lamun adalah : 1. Hipotesis Vikarians dan 2. hipotesis pusat asal usul.

Hipotesis vikarians yang dikemukakan oleh McCoy dan Heck (1976), berdasarkan lempeng tektonik, perubahan iklim, dan juga pertimbangan ekologi seperti kepunahan dan hubungan spesies-habitat.

Berdasarkan penyebaran terumbu karang (sklerektinia), lamun, dan mangrove, McCoy dan Heck ( 1976) menyimpulkan bahwa:

Pola biogeography lebih baik dijelaskan oleh keberadaan penyebaran biota secara luas pada waktu sebelumnya yang telah mengalami perubahan akibat kejadian tektonik, speciation, dan kepunahan, bersama dengan geologi modern dan teori biogeografi.

Sedangkan hipotesis pusat asal usul berpendapat bahwa pola distribusi lamun dapat dijelaskan dari penyebarannya yang merupakan radiasi yang berasal dari lokasi yang memiliki keanekaragaman yang paling tinggi yang disebut pusat asal usul (den Hartog, 1970).

Hipotesis ini berpendapat bahwa “Malinesia” (termasuk kepulauan Indonesia, Kalimantan-Malaysia, Papua Nugini, dan Utara Australia) merupakan pusat asal usul penyebaran lamun.

Mukai (1993) menunjukkan bahwa pola penyebaran modern dari lamun di barat Pasifik merupakan fungsi dari arus laut dan jarak dari pusat asal usul (Malesia).

Datanya menjelaskan bahwa jika mengikuti arus laut utama yang berasal dari pusat asal usul (Malesia) dengan keanekaragaman lamun tinggi.

Maka akan terjadi penurunan keanekaragaman lamun secara progresif kearah tepi (Jepang, Selatan Quensland, Fiji) yang memiliki lebih sedikit jenis lamun tropis.

Yang perlu dicermati bahwa distribusi lamun sepanjang utara-mengalirnya Kuroshio dan selatan-aliran timur arus Australia juga merefleksikan gradient lintang. Hal lainnya adalah penyebaran lamun sepanjang gradient ini juga dipengaruhi oleh temperatur.

Di Indonesia ditemukan jumlah jenis lamun yang relatif lebih rendah dibandingkan Filipina, yaitu sebanyak 12 jenis dari 7 marga.

Namun demikian terdapat dua jenis lamun yang diduga ada di Indonesia namun belum dilaporkan yaitu Halophila beccarii dan Ruppia maritime* (Kiswara 1997).

Dari beberapa jenis yang ada di Indonesia, terdapat jenis lamun kayu (Thalassodendron ciliatum) yang penyebarannya sangat terbatas dan terutama di wilayah timur perairan Indonesia.

Kecuali juga ditemukan di daerah terumbu tepi di kepulauan Riau (Tomascik et al 1997).


Manfaat Padang Lamun


Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif.

Di samping itu juga ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut :

  1. Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).
  2. Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).
  3. Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedmen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi (Gingsuburg & Lowestan, 1958).
  4. Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.

Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif, ekosistem lamun pada perairan dangkal berfungsi sebagai :

  1. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui tekanan tekanan dari arus dan gelombang.
  2. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
  3. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
  4. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
  5. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
  6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.

Selain itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu :

  1. Produsen detritus dan zat hara.
  2. Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan system perakaran yang padat dan saling menyilang.
  3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.
  4. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Padang Lamun


√ Definisi, Karakteristik, Distribusi, dan Manfaat Padang Lamun
kompasiana.com

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan ekosistem padang lamun adalah :

1. Kecerahan

Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat mempengaruhi proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan lamun.

Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk proses fotosintesa tersebut dan jika suatu perairan mendapat pengaruh akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air

Yang pada akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis.

Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun.

2. Temperatur

Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu dingin dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan temparatur.

Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal hanya pada temperatur 28-300C.

Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan menurun jika temperatur berada di luar kisaran tersebut.

3. Salinitas

Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 – 40% dan nilai optimumnya adalah 35%. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan fotosintesis.

Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar.

Salinitas juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas.

4. Substrat

Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup.

Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien.

5. Kecepatan arus

Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.

Demikian penjelasan mengenai padang lamun. Jika ada saran, kritik, atau tambahan, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Keyword: Padang Lamun

Originally posted 2020-01-19 17:50:43.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.