Pengertian Husnuzan (Pentingnya Berkhusnuzon pada Allah)

Pengertian husnuzan adalah prasangka baik atau berpikir positif terhadap suatu hal maupun terhadap orang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata husnuzan berarti prasangka baik.

Secara estimologi kata husnuzan berasal dari dua kata, yakni husn (حسن) dan zann (ظن) yang berarti kebaikan dan dugaan kuat.


Pengertian husnuzan


Khusnudzan berasal dari gabungan dua kata, yakni khusnu (الخسن) dan zhan (الظن).

Khusnu atau husnu berarti baik sementara dzan artinya berprasangka. Jika digabungkan maka kata husnuzan dapat diartikan sebagai prasangka baik.

Makna zhan/ zan (prasangka) artinya ragu namun lebih cenderung kepada salah satu.

Kata yang serupa maknanya adalah kata syak (الشك) dimana artinya adalah keraguan namum tidak bisa menentukan mana yang lebih kuat.

Beberapa Makna Zhan dalam Al-Quran

Kata zan banyak digunakan di dalam al-Qur’an. Ibnul Qayim rahimahullah menyebutkan penggunaan kata zan atau praduga pada Al-Qur’an memiliki lima makna, dinataranya:

1. Keraguan atau ragu-ragu (الشك)

Dimana seseorang tidak bisa menentukan mana yang lebih utama sama sekali. Contohnya dalam surah al Jasiyah ayat 24:

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

Artinya: Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

Pada ayat diatas kata zan bermakna syak yang artinya ragu tanpa bisa menentukan mana yang lebih kuat. Hal itu karena orang kafir berbicara tanpa dasar.

2. Yakin atau yaqin (اليقين)

Zhan dalam hal ini disertai dugaan yang kuat sehingga sampai pada tingkatan yakin. Seperti dalam firman Allah [QS. Al Baqarah: 249]

قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ….

Artinya: …. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.

3. Menuduh (التهمة)

Firman Allah surah at-Takwir ayat 24:

وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ

Artinya: Dan dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib

Berita ghaib yang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sampaikan merupakan berita yang murni kebenarannya, jujur, dan bukan hasil karangan.

4. Mengira (الحسبان)

Seperti yang ada dalam firman Allah:

وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ

Artinya: Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. [QS. Fushilat: 22]

5. Kedustaan (الكذب)

Contohnya dalam surah An-Najm ayat 28:

وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ ۖ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا

Artinya: Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.


Hukum Berprasangka


Tidak semua prasangka bersifat negatif karena itu tidak semua prasangka dilarang. Ada dua macam hukum dalam berprasangka, berikut penjelasannya:

Pertama adalah wajib. Diwajibkan untuk kita berprasangka baik kepada Allah dan diharamkan untuk bersu’uzan kepada Allah.

Begitu juga dengan berkhusnuzan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kepada orang shaleh, dan orang mukmin yang lahiriyahnya baik.

Kedua adalah haram. Haram hukumnya untuk kita bersu’uzan apalagi kepada Allah. begitu juga dengan bersu’uzan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga dilarang.


Husnuzan kepada Allah


Husnuzan atau berbaik sangka kepada Allah termasuk ibadah hati yang bernilai besar.

Inti dari berhusnuzan kepada Allah adalah membangun keyakinan sesuai dengan keagungan Nama dan Sifat-Nya.

Juga membangun keyakinan sesuai dengan konsekuensi dari nama dan sifat Allah.

Contoh berhusnuzan kepada Allah adalah membangun keyakinan bahwa Allah akan memberi rahmat serta ampunan bagi hambaNya yang baik.

Membangun keyakinan bahwa Allah akan mengampuni hamba Nya yang mau bertaubat.

Membangun keyakinan bahwa Allah akan memberi pahala bagi hambaNya yang taat.

Yakin bahwa siapa saja yang bertawakkal kepada Allah akan diberi kecukupan oleh Nya.

Yakin bahwa setiap takdir serta keputusan Allah terdapat hikmah yang agung.

Bukan termasuk berhusnuzan kepada Allah ketika seseorang mengharap pahala dari Allah padahal ia tidak beramal. Sebagian remaja punya angan-angan.

Banyak pemuda yang berangan-angan untuk menghabiskan masa kecilnya dengan bermain, muda berfoya-foya, dan matinya masuk surga.

Tentu bukan keyakinan seperti ini yang dimaksud berhusnuzan kepada Allah.

Bukan termasuk husnuzan juga saat ia yakin Allah akan meengampuninya sementara ia tetap berbuat maksiat.

Seringkali orang masih enggan meninggalkan perbuatan maksiat dengan alasan sebelum mati nanti jika ia bertaubat, maka Allah akan mengampuninya.

Sangat jelas perbedaan antara berhusnuzan dengan ghurur atau tertipu.

Husnuzan kepada Allah akan mendorong seseorang untuk beramal dan inilah husnuzan yang benar.

Jika husnuzan mendorong seseorang untuk berbuat benar, maka ghurur adalah sebaliknya.


Demikian penjelasan kami mengenai Pengertian Husnuzan. Semoga bermanfaat.

Originally posted 2021-08-16 11:25:16.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.