Khutbah Idul Adha Singkat (Memaknai Hari Raya Idul Adha)

Khutbah Idul Adha – Idul Adha merupakan hari raya penting bagi Umat Islam.

Dimana pada hari tersebut Umat Islam yang mampu melaksanakan Rukun Islam yang kelima, yaitu berhaji.

Hari raya Idul Adha jatuh pada tanggal Dzulhijah setiap tahunnya dan rukun untun menyembelih hewan qurban juga dimulai pada hari tersebut hingga tiga hari kedepan.


Khutbah Idul Adha


Sebelum menyembelih hewan kurban biasanya umat Muslim akan melakukan shalat Idul Adha terlebih dahulu yang kemudian diikuti dengan khutbah.

Khutbah Idul Adha tidak memiliki perbedaan dengan Khutbah Idul Fitri baik dari segi tata cara dan isinya begitu juga dengan shalatnya.

Meskipun begitu ada hal yang membedakan antara Idul adha dan Idul Fitri.

Perbedaan yang pertama shalat idul Adha dilakukan lebih awal.

Selain itu disunnahkan juga untuk berpuasa sebelum shalat idul adha.

Pelaksanaan khutbah sesudah shalat Ied hukumnya adalah sunnah dan bukan bagian dari syarat sahnya sholat sebagai mana khutbah jumat.

Berikut ini contoh khutbah idul adha.

Memaknai Hari Raya Idul Adha

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، لااله الى الله هو الله اكبر، الله اكبر و لله الحمد

Alhamdulillah, alhamdulillahil ladzii arsala rasuulahu bidiinil haqq, wa kafaa billaahi syahiidaan. Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh. Allahumma shalli wa sallim ‘alaa habiibinaa muhammadaan ‘abduhuu wa rasuuluh wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihi wa man tabi’i ilaa yawmil qiyaamah. Wa nahnu ilaa syafaa’atuhu ammaa ba’du.

Hadirin Shalat Idul Adha sekalian rahimakumullah.

Tepat hari ini kita merayakan hari besar Islam, yaitu hari raya Idul Adha. Disebut demikian karena pada perayaan ini kita menyembelih hewan yang kemudian dibagi kepada masyarakat.

Hewan yang disembelih memiliki tujuan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah ta’ala. Itulah mengapa hari ini juga disebut sebagai hari raya qurban.

Kata qurban dalam bahasa Arab berasal dari kata قرب (qaf, ra, dan ba) yang berarti dekat. Penambahan –an pada akhir kata memberi makna lebih dekat atau sangat dekat.

Disinilah intinya pemilihan kata qurban untuk hewan yang disembelih supaya memiliki makna sembelihan yang diniatkan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah ta’ala.

Pertanyaan yang kemudian perlu kita renungkan adalah pada hari ini apakah kita termasuk orang yang merayakan kedekatan kita dengan Allah? atau apakah kita termasuk orang yang sangat denkat dengan Allah? apakah dengan menyembelih sapi atau kambing di hari ini kita sudah tergolong dekat dengan Allah? apa ketidakmampuan berkurban merusak kedekatan kita dengan Allah?

*Bertakbir 5x

Menjawab pertanyaan-pertanyyan tersebut dapat kita renungkan makna qurban dalam QS. Al Maidah ayat 27:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurbaan, maka diterimalah salah satu dari seorang mereka berdua (Habil) dan tidak diterimanya dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): ‘Aku pasti membunuhmu’. Berkatalah Habil: ‘sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa.’”

Pada tafsir Jalalain dijelaskan bahwasannya Habil mempersembahkan domba sedangkan Qabil mempersembahkan hasil tanaman.

Dari kedua kurban yang dipersembahkan kepada Allah hanya domba dari Habil lah yang diterima oleh Allah. hal itu dibuktikan dengan turunnya api dari langit yang melahap kurbannya.

Ibnu Jarir dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Habil mengurbankan kambing atau domba yang terbaik miliknya.

Sedangkan Qabil hanya mengorbankan hasil tanamannya yang paling buruk, bahkan dirinya pun tidak mau. Dari kisah tersebut mengajarkan kita bahwa hanya qurban yang terbaiklah yang diterima oleh Allah Ta’ala.

Dalam surah Ali Imran ayat 92 Allah juga telah menegaskan

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Dari makna surat diatas kita sudah bisa mengambil pelajaran bahwa apa yang akan kita berikan kepada orang lain haruslah yang terbaik.

Apalagi jika ingin mempersembahkan kepada Allah, Tuhan kita yang telah memberi kita banyak rahmat dan rezeki.

Hadirin sekalian rahimakumullah.

Sebagai seorang Muslim kita juga harus berbuat ihsan (baik/ memperbaiki). Menjadi seorang muhsin (orang yang berbuat ihsan) tidak mungkin dilakukan bila kita tidak dekat dengan Allah. kedekatan ini menjadikan kita selalu merasa dilihat dan melihat Allah. jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya oleh malaikat Jibril apa itu ihsan? Rasulullah SAW menjawab, “Kamu menyembah Allah seakan kamu melihatnya dan jika kamu belum melihatnya maka kamu mmerasa selalu dilihat olehNya.“

Dengan kata lain Qurban dan Ihsan menjadi dua kata yang saling terkait. Hal ini dikarenakan hanya orang yang dekat dengan Allah lah yang akan memberi yang terbaik. Orang-orang seperti inilah yang dicintai oleh Allah ta’ala.

Keimanan pada tingkat ihsan ini akan mengantarkan kita pada ketawakkalan kepada Allah ta’ala. Keadaan seperti ini juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam beserta anaknya yang kemudian menjadi syariat haji.

Kisah keluarga nabi Ibrahim tersebut yang menjadi semangat perayaan Idul Adha sekarang ini. Mari kita kumandangkan dengan segenap sika cita bahwa Allah yang Maha Besar, tiada Tuhan selain Allah, dan segala puji hanya bagi-Nya.

Allahu Akbar 3x, Laa ilaaha illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillaahil hamd.

Kisah-kisah dari Habil dan Qabil serta Nabi Ibrahim dan keluarganya hari ini kita jadikan sebagai pengingat bagi kita semua. Hari ini dari kisah-kisah tersebut mengajak kita untuk mempertanyakan kepada diri sendiri. apakah kita sudah memberi yang terbaik kepada Allah sebagai tanda bahwa kita dekat dengan Allah?

Bukankah harta, tenaga, umur adalah pemberian dari Allah sehingga semuanya akan diminta pertanggungjawabannya.

Allah juga selalu mengganti apa yang kita berikan dengan hal yang lebih baik. Lalu alasan apa tatkala kita masih berani menunda untuk tidak memberi sebagian rezeki yang Allah berikan padahal kita tak tahu kapan ajal kita.

Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah.

Kata qurban yang mana pengertiannya adalah menyerahkan sesuatu yang terbaik untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah dipakai sebagai kata dasar untuk kata pengorbanan, berkorban, dan seterusnya.

Pada kata berkurban dan pengorbanan kita juga diajarkan untuk memberikan sumbangsih terbaik tidak hanya hubungannya kepada Allah, tapi juga agama, bangsa, dan negara, serta orang-orang disekitar kita.

Jika makna qurban ini dipahami dengan betul dan dijadikan mentalitas bangsa Indonesia, maka Indonesia akan sejahtera dan mensejahterakan.

Namun sayangnya mentalitas kita saat ini masih bukan saya bisa berkorban apa melainkan apa yang bisa saya dapatkan. Pemikiran ini sering menghinggapi benak semua orang termasuk pemimpin-pemimpin kita.

Bila mental para pemimpin adalah apa yang bisa saya ambil, maka selamanya negara ini tidak akan bisa keluar dari kekurangan dan himpitan hutang.

Marilah dengan momentum hara raya ini kita semua berfikkir untuk selalu memberi dan memberi tanpa memikirkan balasan kecuali ridha Allah ta’ala.

Maka dengan kita mengubah pola fikir kita Insya Allah akan menjadikan kita orang paling kaya, bahagia, dan tidak ada keluh kesah dalam kehidupan. Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.

أعاده الله تعالى علينا وعليكم وعلى المسلمين باليُمن والإيمان، والسلامةِ والإسلامِ، وتقبل الله منا ومنكم صالحَ الأعمال
والسلام عليم ورحمة الله وبركتة


Demikian penjelasan kami mengenai Khutbah Idul Adha. Semoga bermanfaat.

Originally posted 2021-08-30 01:33:53.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.