Hadits tentang Fitnah – Ada pepatah yang mengatakan jika fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.
Ya, karena fitnah tidak hanya bisa membunuh seseorang secara fisik, tapi juga secara mental.
Parahnya pembunuhan mental itu lebih keji daripada pembunuhanyang sebenarnya.
Hadits tentang Fitnah
Membunuh mental seseorang dapat membuatnya tersiksa seumur hidup. Seseorang yang mentalnya sudah koyak tentu hidupnya tidak akan tenang.
Dia bisa saja mengalami stress, depresi, atau bahkan gangguan jiwa. Jika seseorang terkena gangguan jiwa atau hilang akal maka dia tidak lagi sah untuk beribadah.
Bukan main memang akibat dari pembunuhan mental. Itu semua bisa didapat dari perbuatan fitnah.
Sebagai seorang muslim kita dianjurkan untuk menjauhi fitnah apalagi memfitnah orang-orang yang baik lagi shalih.
Apa yang dimaksud dengan fitnah bukan hanya berbentuk tunduhan palsu terhadap orang lain.
Di dalam Islam apa yang dikatakan fitnah adalah segala sesuatu yang dapat menjerumusskan manusia ke dalam neraka jahannam.
Fitnah itu perbuatan syaitan kepada manusia. Jadi, fitnah dalam bukan hanya antara manusia kepada manusia lainnya, tapi lebih kepada hasutan syaitan kepada manusia.
Macam-Macam Fitnah
Fitnah itu banyak ragamnya dan tidak sebatas berkata atau menuduh seseorang tentang sesuatu hal yang tidak benar atasnya.
Di akhir zaman bermunculan bentuk fitnah yang semakin beragam dan semakin dahsyat.
Manusia sepanjang hayatnya selalu hidup berdampingan dengan fitnah. Hanya saja yang bergesekan dengan fitnah ada yang berporsi sedikit dan adapula yang banyak.
Berikut ini diantara bentuk-bentuk fitnah akhir zaman.
Anak, Istri, serta Harta adalah Fitnah
[QS. At Taghabun: 14 – 15]
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ مِنْ أَزْوَٰجِكُمْ وَأَوْلَٰدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَٱحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا۟ وَتَصْفَحُوا۟ وَتَغْفِرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū inna min azwājikum wa aulādikum ‘aduwwal lakum faḥżarụhum, wa in ta’fụ wa taṣfaḥụ wa tagfirụ fa innallāha gafụrur raḥīm
Artinya: Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Latin: Innamā amwālukum wa aulādukum fitnah, wallāhu ‘indahū ajrun ‘aẓīm
Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Pada hakikatnya, harta, anak, dan istri merupakan fitnah. Barangsiapa lebih mendahulukan kecintaan mereka terhadap harta, anak, dan istri daripada kecintaannya terhadap Allah dan Rasul Nya maka tunggulah kehancurannya.
Janganlah kita mendahulukan kecintaan kita atas Allah dan Rasul Nya dengan kecintaan kita pada mereka. Jangan pula kita dahulukan ketaatan kepada mereka diatas ketaatan kita kepada Allah dan Rasul Nya.
Berhati-hati yang ddimaksud dalam ayat diatas bukan berarti menjauhi serta mengabaikan mereka, tapi lebih kepada berhati-hati jangan sampai mereka menjadikan kita lupa diri dan hilang ketaatan pada Allah Ta’ala.
Berhati-hati disini juga termasuk kita tidak boleh memprioritaskan mereka diatas kecintaan dan ketaatan kita terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kebaikan dan Keburukan adalah Fitnah
Kebaikan dalam segala bentuk juga termasuk fitnah. Seperti hujan, kesuburan, dan hal-hal lainnya adalah fitnah yang dapat menghadang manusia menuju ketaatan kepada Allah.
Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Al Qur’an:
[al Anbiya: 35]
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Latin: Kullu nafsin żā`iqatul-maụt, wa nablụkum bisy-syarri wal-khairi fitnah, wa ilainā turja’ụn
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
Manusia Satu sama Lainnya juga Fitnah
Allah menguji manusia dengan manusia lainnya. Seorang mukmin diuji dengan adanya orang kafir dan juga orang munafik. Dia menguji hamba Nya antara sebagian dengan sebagian lainnya.
Seperti yang telah Allah firmankan:
[QS. Al Furqan 20]
وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِى ٱلْأَسْوَاقِ ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
Latin: Wa mā arsalnā qablaka minal-mursalīna illā innahum laya`kulụnaṭ-ṭa’āma wa yamsyụna fil-aswāq, wa ja’alnā ba’ḍakum liba’ḍin fitnah, a taṣbirụn, wa kāna rabbuka baṣīrā
Artinya: Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.
Mukmin dan Muslim diuji dengan para musuhnya agar tampak jelas sikap mereka terhadap para musuhnya. Apakah mereka memerangi mereka dengan mendakwahkan kebenaran atau justru ikut-ikut keburukan yang mereka lakukan.
Perpecahan dan Pertikaian
Adanya perpecahan dan pertikaian di akhir zaman merupakan fitnah yang paling dahsyat.
Perpecahan dan pertikaian ini bahkan terjadi dalam tubuh Islam dengan kemunculan berbagai kelompok dan jamaah.
Keadaan ini telah diberitakan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits ‘Irbadh bin Sariyah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
وَعَظَنَا رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَوعظةً بَليغَةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوبُ ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُونُ ، فَقُلْنَا يَا رسولَ اللهِ ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأوْصِنَا ، قَالَ : أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِوَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإنْ تَأمَّر عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اختِلافاً كَثِيْرًا فَعَليْكُمْ بسُنَّتِي وسُنَّةِ الخُلَفاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِيِيِّنَ مِنْ بَعْدِي, تَمَسَّكُوا بِهَا عَضُّوا عَلَيْهَا بالنَّواجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَة
Artinya: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi wejangan kepada kami dengan wejangan yang sangat mengesankan. Hati menjadi takut karenanya, mata meneteskan air mata disebabkannya. Lalu kami berkata, “Wahai Rasûlullâh! Seakan ini wejangan orang yang hendak berpisah, maka berilah wasiat kepada kita.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allâh, dan mendengar serta taat. Dan kalian harus mendengar dan taat, meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena sesungguhnya barangsiapa yang masih hidup di antara kalian, maka ia akan melihat banyak perselisihan. Berpeganglah kalian pada sunnahku, dan sunnah para khulafa’ rasyidin yang mendapatkan bimbingan sepeninggalku. Peganglah dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-adakan. Karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah, sedangkan setiap bid’ah adalah sesat. [HR. Abu Dawud, Bukhari, Ahmad, Tirmidzi, dan Ad-Darimi]
Demikian penjelasan kami mengenai Hadits tentang Fitnah. Semoga bermanfaat.
Originally posted 2021-08-17 09:04:01.