Rumah Adat Kalimantan Barat, Rumah Panjang Kapasitas Besar

Rumah adat Kalimantan Barat adalah rumah panjang. Dinamakan panjang karena memang betuknya yang memanjang kebelakang. Sebenarnya di Kalimantan Barat terdapat beberapa rumah adat lain selain dari rumah panjang. Simak ulasan berikut


Rumah Adat Kalimantan Barat


Provinsi Kalimantan Barat beribu kota di Kota Pontianak.kalimantan Barat atau yang biasa disingkat Kalbar memiliki luas wilayah sekitar 146.807 km dengan jumlah penduduk sebanyak 5.001.664 jiwa.

Etnis atau suku bangsa yang mendiami wilayah Kalimantan Barat paling dominan adalah suku Dayak. Selain suku daya ada beberapa etnis lainnya, seperti Jawa, Melayu, Tionghoa, Madura, Bugis, Sunda, Batak, Daya, Banjar, dan lainnya. Bahasa Dayak merupakan bahasa daerah paling dominan yang dipakai di Kalbar.

Rumah Panjang

Dinamakan rumah panjang karena rumah ini bentuknya memanjang. Panjang rumah bisa mencapai 300 meter dengan kapasitas ruang yang besar. Dapat dihuni banyak orang hingga mencapai 60 kepala keluarga.

Fakta ini menunjukkan bahwa persatuan dan kesatuan bisa tetap terjaga diantara penghuninya. Bisa dikatakan banyaknya orang yang berkumpul dalam satu rumah dengan rukunmerupakan wujud persatuan dan kesatuan tersebut.

Arsitektur Rumah Panjang

Di bagian tengah rumah biasanya akan dihuni oleh tetua adat. Hulu rumah menghadap ke timur sedangkan bagian hilirnya menghadap ke barat. Selain dikenal karena panjangnya bangunan, rumah adat ini juga tergolong tinggi dengan bentuk panggung.

Ketinggian rumah bisa mencapai tiga sampai tujuh meter dari permukaan tanah. Alasan dibuat tinggi tidak lain untuk menghindari banjir, binatang buas, serta musuh. Lebarnya bisa mencapai 30 meter dengan atap bentuk pelana memanjang. Bentuk atapnya bisa tunggal dan bisa bertingkat.

Serambi rumah digunakan sebagai jalur lalu lintas antara kamar satu dengan lainnya. Ada beberapa sebutan yang berbeda-beda untuk rumah panjang. Namanya tergantung pada subetnis atau bagian-bagian dari rumpun Dayak.

Setidaknya ada enam rumpun Dayak besar di Kalimantan. Keenamnya itu, diantaranya ada rumpun Dayak Apou Kayan, Dayak Iban, Dayak Murut, Dayak Punan, Dayak Ot Danum, dan Dayak Klemantan.

Selain perbadaan dari segi nama, ada juga perbedaan dari setiap subetnis. Perbedaan itu terletak pada motif ukiran, jumlah tangga masuk, dan bentuk atap rumah.

Kayu merupakan material paling banyak yang digunakan untuk membuat rumah panjang. Kegunaan dari rumah panjang tidak hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga sebagai tempat pertemuan, upacara adat, dan ritual-ritual adat suku Dayak.

Arsitektur rumah panjang terdiri dari tiga bagian utama konstruksi rumah. Ada tangga yang disebut hejot. Biasanya hejot memiliki anak tangga berjumlah ganjil. Umunya dalam sebuah rumah panjang terdapat tiga buah tangga, yaitu pada bagian depan rumah, serta di bagian ujung kanan dan kiri rumah.

Lantai rumah panjang biasanya terbuat dari bambu, belahan batang pinang, atau kayu bulat (utuh) sebesar pergelangan tangan. Selain itu terdapat filosofi dari bangunan rumah panjang.

Filosofi Rumah Panjang

Filosofinya didasarkan pada betuk rumah dan peruntukkannya. Bisa dikatakan rumah adat Kalimantan Barat menggambarkan sifat kebersamaan dan toleransi antara setiap anggota keluarga.

Bagian hulu rumah panjang harus searah dengan matahari terbit, sedangkan bagian hilir harus searah dengan matahari terbenam. Itu berarti bagian hulu di timur dan bagian hilir rumah di barat. Hal tersebut menggambarkan kerja keras dalam hidup mulai dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari.

Tujuan dibuatnya rumah panjang salah satunya sebagai perlindungan dari serangan suku lain. Selain itu bentuknya yang mirip rumah panggung dimaksudkan untuk mengantisipasi banjir serta menghindari serangan binatang buas.

Ruangan-ruangan di dalam rumah panjang, diantaranya ada ponte atau teras, samik atau ruang tamu, ruang keluarga, serta kamar tidur. Meski bahan utamanya dari kayu, bagian lantai rumah terbuat dari bambu.

Nama-nama Rumah Panjang Kalimantan Barat Sesuai Subetnis Dayak

Rumah Radakng

rumah adat kalimantan barat
bappeda.pontianakkota.go.id

Sebutan rumah panjang dari Suku Dayak Kanayatn yang mendiami Kalimantan Barat adalah rumah Radakng. Panjangnya hampir 300 meter dengan lebar sekitar 10 meter dan tiggi sekitar tujuh meter. Dilengkapi juga dengan tangga kayu gelondongan yang besar dan panjang. Terdapat banyak tangga yang jumlahnya bisa mencapai 42 buah.

Jumlah tangga biasanya disesuaikan dengan jumlah bilik yang ada. Penyesuaian ini dikarenakan kepercayaan bila ada penghuni salah satu bilik meninggal, saat pemakaman penghuni yang masih hidup tidak boleh menggunakan tangga bilik lain karena dianggap membawa sial.

Umunya rumah ini dihiasi ukiran kayu menyerupai tameng perang dan patung burung. Bahan pembuat atap berupa sirap dengan bentuk pelana dan diatas atap pelana tidak ada atap lainnya

Bagian rumahnya terdiri dari pante (teras), samik (ruang tamu), dan ruang keluarga. Di dalam samik terdapat semacam meja berukuran 3×3 meter dengan ketinggian sekitar 0,5 meter yang disebut pene.

Fungsinya sebagai tempat duduk untuk menrima tamu pada zaman dulu. Pene digunakan untuk tempat berbincang atau apabila tamu menginap, pene dijadikan tempat tidur tamunya.

Rumah Panjae

rumah adat kalimantan barat
kalderanews.com

Sebutan untuk rumah panjang dari Suku Dayak Iban adalah rumah panjae. Suku Dayak Iban mendiami wilayah Kalimantan Barat dan Malaysia bagian timur, seperti Serawak.

Bagian-bagian rumah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ruang luar untuk menjemur padi dan pakaian yang disebut tanyak atau tanju’.
2. Teras atau yang biasa disebut kaki lima.
3. Ruai yang merupakan ruang bersama untuk pertemuan dan menerima tamu serta tempat melangsungkan ritual adat.
4. Bilik
5. Lumbung atau sadau
6. Terakhir ada sadau bungau yang merupakan tempat menyimpan kerajinan tangan dan peralatan pertanian.

Istana Kesultanan Pontianak

rumah adat kalimantan barat
kebudayaan.kemdikbud.go.id

Istana ini lebih dikenal dengan nama Istana Kadriyah yang didirikan oleh Sultan Mahmud pada tahun 1923. Pada mulanya istana ini didirikan diatas tanah yang lebih luas dan terdiri dari 3 buah balai.

Balai Cermin merupakan tempat sultan menerima tamunya. Lalu ada Balai Kisi-kisi tempat kerabat sultan serta Balai Sari tempat para putri istana. Kini bangunan Istana Kadriyah sudah tidak sebesar bangunan aslinya karena setelah rusak dilakukan rekonstruksi dengan ukuran yang lebih kecil.

Istana ini merupakan rumah adat yang ada di Kalimantan Barat, yakni rumah dari keluarga Kesultanan Pontianak. Sekilas bangunan tradisional ini nampak sangat megah meskipun material utamanya berbahan kayu dan terlihat kuno.

Arsitekturnya memadukan unsur melayu dengan Islam meski dibangun di zaman Belanda. Warna istana tersebut di dominasi warna kuning dan putih pada bagian dinding serta warna coklat gelap pada bagian atapnya.

Berbentuk rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga, seperti kebanyakan bangunan tradisional yang ada di Kalimantan Barat. Ruangannya terdiri dari: teras, ruang singgasana beserta singgasananya, ruang belakang, dan ruangan lainnya.

Atapnya bertingkat tiga dan pada tengah-tengah atap paling puncak bentuknya muncul ke atas. Mengingatkan bentuk atap khas rumah Belanda. Pengaruh arsitektur Eropa memang nampak jelas pada bagian ukiran pintu, jendela yang lebar, serta kaca kristal beraneka warna.

Tak hanya pengaruh Eropa, terlihat juga pengaruh Timur Tengah pada bangunan Istana ini. Pada bagian tiang-tiangnya berlengkung dan hiasan kerawang yang berbentuk bulatan, bulan, dan bintang diatas pintu.

Keywords: rumah adat Kalimantan Barat

Originally posted 2020-05-14 09:35:08.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.