Rumah adat NTT ada beberapa macam, diantaranya rumah mbaru niang, sao ria tenda bewa moni koanara, wae rebo, dan rumah tradisional Suku Atoni. Masing-masing jenis rumah memiliki model bentuk yang berbeda-beda dan tentunya unik serta menarik.
Rumah Adat NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur beribu kota di Kota Kupang. Luas wilayahnya sekitar 48.718,10 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 5.456.203 jiwa. Etnis atau suku bangsa yang mendiami wilayah NTT, diantaranya Suku Atoni, Dawan, Manggarai, Sumba, Lamaholot, Belu, Rote, Lio, dan Tionghoa.
Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ada beberapa bahasa daerah yang digunakan di NTT. Bahasa Uab Meto , Manggarai, Rote, serta tetun merupakan bahasa daerah yang umum dipakai disana.beberapa desa adat menjadi daya taris atau tujuan pariwisata NTT begitu juga dengan rumah adat mereka.
Rumah Adat Mbaru Niang
Arsitektur rumah adat mbaru niang sangatlah unik. Bentuknya seperti cone yang terbalik atau berbentuk kerucut. Atap kerucutnya menjulur ke bawah dan hampir menyentuh tanah.
Struktur bangunannya setinggi lima lantai dengan ketinggian sekitar lima belas meter. Bagian atapnya ditutup oleh daun lontar yang dilapisi ijuk atau ilalang. Sedangkan kerangka atapnya terbuat dari bambu. Pilar rumahnya menggunakan kayu worok besar dan kuat. Kerangkanya tidak dipaku melainkan ditali dengan rotan.
Susunan ruangan pada rumah adat mbaru niang terdiri dari beberapa ruangan. Ada ruang lutur (ruang keluarga), loteng atau lobo, letar (lumbung), lempare atau tempat menyimpan makanan, dan hekaong kode atau tempat menaruh sesajen.
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara
Susunan rumah sao ria tenda bewa moni koanara terdiri atas rumah baku, rumah tinggal, serta lumbung padi.
Rumah Musalaki
Bangunan rumah musalaki adalah model rumah panggung yang dibawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu. Tiang-tiangnya berdiri diatas batu besar sehingga tidak ditanam ke dalam tanah. Bentuk rumah adat Musalaki adalah persegi empat dengan tap yang terbuat dari jerami.
Atapnya menjulang tinggi sebagai simbol kesatuan dengan Sang Pencipta. Di puncak bagian atas atap terdapat dua ornamen yang memiliki simbol disebbut dengan kolo Musalaki (kepala rumah keda) dan kolo ria (kepala rumah besar). Masyarakat meyakini kedua simbol tersebut memiliki hubungan spiritual.
Rumah Tradisional Suku Atoni
Dalam bahasa Atoni Timor atau Dawan rumah disebut juga dengan ume. Pengertian ume berbeda dengan sane atau pele yang artinya gubuk atau pondok. Kata Ume menunjukkan bentuk fisik untuk bangunan tempat tinggal. Ume juga mengandung pengertian simbolis yang menunjuk kepada marga atau suku tertentu.
Macam-macam Ume
Di daerah Atoni atau Dawan dikenal beberapa macam rumah, yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Ada rumah tinggal, lopo (lumbung), rumah suku (ume mnasi atauume kanaf), sonaf (istana), dan rumah suci (ume Le’u atau Ume Nono).
Bentuk dan Ukuran
Pada prinsipnya rumah tradisional Atoni Timor berbentuk bulat (khubu). Selain itu atapnya hampir mencapai permukaan tanah dengan pintu yang rendah. Apabila orang masuk ke dalam rumah harus dengan menunduk atau merangkak agar dapat melewati pintunya.
Jadi, untuk sebagian rumah masyarakat yang berbentuk demikian disebut ume suba atau ume tetnain. Bentuknya mirip seperti sebuah tempurung kelapa yang ditelungkupkan. Ukurannya sangat bervariasi tergantung pada keinginan dan kebutuhan pemiliknya.
Posisi atau Letak Rumah
Orang Dawan atau Atoni Timor memiliki pandangan tentang empat arah mata angin. Sebelah utara disebut Taes bife (laut wanita) karena gelombangnya tidak sebesar laut selatan. Arah selatan disebut Tasi Atoni (laut pria).
Utara dikaitkan dengan sumber atau asal usul barang kebutuhan hidup manusia. Sedangkan selatan sering dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan gaib yang keras dan kasar, bencana, juga ketidak beruntungan.
Sebelah timur merupakan tempat matahari terbit dan juga arah datangnya orang-orang memasuki pulau Timor. Kadang juga dikaitkan dengan awal kehidupan dan harapan baru serta sumber keberuntungan. Arah barat merupakan tempat terbenamnya matahari yang juga dilambangkan sebagai arah kematian.
Tak hanya melihat posisi arah mata angin orang Dawan juga akan melihat bukit-bukit dan kali kering. Sehingga rumah tidak akan dibangun persisi di punggung bukit atau tidak menyumbat sebuah kali kering. Hal itu dikarenakan rumah itu nantinya bisa menjadi jalan roh-roh jahat.
Pintu juga harus menghadap ke arah utara atau ke timur karena dua arah mata angin tersebut merupakan sumber keberuntungan. Sehingga diharapkan pemilik rumah akan terus mendapat keberuntungan seiring dengan terbitnya matahari.
Material Bangunan Rumah
Suku Atoni Timor memiliki pandangan tentang kekuatan-kekuatan magis. Mereka dapat membedakan mana pohon-pohon yang memiliki kekuatan magis putih dan mana pohon yang mengandung kekuatan ilmu hitam.
Pandangan tersebut berpengaruh terhadap pengumpulan bahan bangunan untuk membuat rumah. Terutama untuk tiang (ni) dua balok penyanggah loteng (su’if, dua kayu penyanggah pintu (nonof), lingkaran loteng (ne’ut), tiang agung di atas loteng (ni ainaf), dan lainnya.
Bahan bangunan untuk sebuah rumah (ume) atau lumbung (lopo), terdiri dari:
1. Tiang-tiang (ni) yang terdiri atas kayu-kayu kuat dan keras.
2. Usuk-susuk (suaf) yang terdiri dari kayu-kayu lurus dan mudah dilenturkan, seperti cemara.
3. Balok-balok penyanggah loteng (su’if) merupakan kayu bulat yang utuh atau bisa juga balok.
4. Kayu penyanggah loteng (nonof) yang terdiri dari kayu-kayu lurus.
5. Atapnya (tefis/tefse) terbuat dari rumput atau alang-alang (humusu) dan daun gawang (tuinno’o)’
6. Dindingnya (nikit) dari bahan pelepah gawang (beba) atau belahan bambu (nesat). bahan ini juga digunakan untuk membuat pelataran loteng (tetu).
Bagian-bagian Rumah
Bagian dalam rumah (ume nanan) terdiri dari:
- Ni ainaf yang merupakan tiang induk rumah juga sering disebut fatu (batu) sebagai tempat upacara.
- Tunaf (tungku api) yang berada tepat di tengah rumah. Fungsinya sebagai tempat menyiapkan makanan dan pengasapan semua bahan pakan di atas loteng.
- Hala tupa (tempat tidur) yang dikhususkan bagi istri atau ibu dengan anak-anak.
- Hala toko (tempat tidur/ balai-balai) fungsinya untuk duduk atau makan di dalam rumah.
- Pana (para-para) gunanya untuk menyimpan semua peralatan makan.
- Ni ainaf tetu tunan (tiang induk diatas loteng) gunanya untuk tempat menggantungkan segala benda pusaka juga fatu nono (batu nama suku) tepat di tengah loteng.
- Eno atau nesu, yakni pintu rumah.
Bagian luar rumah (ume koten) terdiri dari:
- Lingkaran tiris sekitar rumah yang meliputi tiris dari atap (tnat oe) dan loli. Loli merupakan got untuk mencegah air masuk ke dalam rumah.
- Ume kotin (belakang rumah)
- Ume siu (samping rumah)
- Hau mone atau hau teas (kayu trisula) biasanya dipakai untuk upacara adat yang disertai baki atau altar dari batu.
- Pan oe (para-para) untuk menyimpan air minum di luar rumah.
- Bubungan rumah (ume pupun)
Saat akan membangun rumah ada prinsip kekeluargaan dan gotong royong yang dijunjung masyarakat Atoni. Itulah sedikit pembahasan mengenai rumah adat yang ada di Nusa Tenggara Timur. Benar-benar kaya akan adat warisan nenek moyang yang mengedepankan kearifan lokal.
Keywords: Rumah adat NTT (Nusa Tenggara Timur)
Originally posted 2020-05-06 07:21:07.