Suku Toraja | Sebuah Warisan Budaya yang Unik dari Tanah Makassar

Suku Toraja – Tana Toraja adalah sebuah lembah pegunungan yang kaya akan budaya di pedalaman Makassar. Begitu banyak wisatawan asing yang antri untuk bisa berkunjung setiap tahunnya. Keindahan bentangan alam dihiasi sawah-sawah yang menguning pada bulan April akan memanjakan mata kita.

Toraja akan dibanjiri para wisatawan pada bulan Agustus, baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam rangka menyambut ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat Toraja membuat berbagai macam perayaan yang bagi orang Perancis disebut sebagai “The Motnh of Ceremony”.

Pada bulan tersebut berbagai kesenian daerah khas Toraja dapat kita saksikan secara gratis tanpa biaya tiket.
Selepas itu pada bulan September-Oktober Tana Toraja akan dipadati oleh masyarakat urban yang pulang kampung. Dimana bulan-bulan tersebut berbagai acara upacara adat dilakukan, seperti ritual pemakaman keluarga.

Baca juga : Suku Sunda


Sejarah Singkat Suku Toraja


lifestyle.okezone.com

Toraja adalah bahasa Bugis yang berasal dari kata “to riaja”, artinya orang yang berdiam di negeri atas. Nama suku Toraja diberikan oleh kolonial Belanda kepada mereka yang tinggal di sebagian jazirah Sulawesi Selatan bagian utara, lebih tepatnya di daerah pedalaman pegunungan.

Kala itu awal tahun 1900-an, masa dimana Indonesia masih dikuasai oleh Belanda. Kata Toraja sendiri berasal dari nama daerah tersebut, yaitu Kota Toraja yang diberikan oleh penduduk asli Sulawesi Tengah kepada penduduk sekitar.

Kedatangan Belanda ke Toraja membawa misi untuk menyebarkan agama Kristen. Namun pada masa itu masyarakat Toraja masih sangat menutup diri dari dunia luar dan kebanyakan dari mereka menganut keyakinan animisme.

Sebelum abad ke-20 suku ini masih mendiami desa-desa otonom. Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok Toraja berdasarkan wilayah tempat tinggal.

Sebagai contoh Toraja Sa’dan adalah sebutan bagi mereka yang tempat tinggalnya dilewati aliran sungai Sa’dan. Kelompok ini terkadang juga disebut sebagai Toraja Tae berdasarkan bahasa sehari-hari yang mereka gunakan.

Sejak kedatangan kolonial Belanda ke Tana Toraja perlahan-lahan etnis ini mengalami transformasi pola pikir. Terhitung sejak tahun 1970-an mereka semakin membuka diri terhadap dunia luar dan banyak mengalami transformasi budaya.

Tak hanya itu, sejak tahun 90-an perubahan juga terjadi pada keyakinan yang dianut. Tadinya suku Toraja yang berpikiran primitif dan percaya pada arwah leluhur, kini beralih mempercayai Tuhan sebagai penganut agama Kristen.

Kini suku Toraja sudah termasuk ke dalam etnis dengan pola pikir maju dan peka pada perkembangan ilmu dan teknologi.

Tak hanya berdiam diri di pedalaman pada masa sekarang orang Toraja juga tinggal di daerah yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Tana Toraja. Sebagian juga ada yang tinggal di wilayah Mamuju, ada pula yang tinggal di Kabupaten Luwu dan Enrekang.

Sebagian lagi ada yang senang merantau dan keluar dari wilayah asalnya. Kebanyakan orang-orang dari suku Toraja merantau ke Kalimantan, Papua, dan beberapa ke Tanah Jawa.

Keunikan Budaya Suku Toraja

Suku Toraja
adira.co.id

Transformasi budaya ke arah yang lebih baik menjadikan Tana Toraja kini sebagai salah satu lambang pariwisata populer Indonesia. Suku ini terkenal dengan ritual pemakamannya, selain itu suku ini juga terkenal dengan ukiran kayunya dan rumah adatnya yaitu tongkonan.

Beberapa objek wisata di Toraja sekilas terlihat menyeramkan, seperti keberadaan berbagai jenis kuburan unik mulai dari kuburan pohon hingga kuburan gantung.

Meski begitu berbagai macam keunikan ini justru yang menjadi daya tarik turis dari berbagai belahan dunia untuk singgah.

Tak seperti Bali dan Lombok dengan daya tari wisata alamnya nan bak surga dunia, Tana Toraja justru menyuguhkan berbagai wisata kebudayaan dan ritual unik yang tak akan kita temukan di tempat lainnya. Bagi kamu yang belum mengenal suku ini, berikut adalah beberapa keunikan dari suku Toraja:

1. Upacara Pemakaman Rambu Solo

Sempat disinggung di awal dimana masyarakat urban akan berbondong-bondong untuk mudik agar dapat mengikuti ritual pemakaman keluarganya. Sebuah ritual dengan biaya mahal yang hanya bisa dilakukan oleh keluarga bangsawan.

Upacara yang berlangsung beberapa hari ini menentukan tingkat kekayaan seseorang. Semakin kaya keluarga tersebut maka semakin mahal biaya pemakamannya.

Keunikan dari upacara pemakaman rambu solo adalah prosesi pelaksanaannya. Dimana upacara ini diadakan berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak hari kematian. Kenapa? Karena pihak keluarga perlu waktu untuk mengumpulkan biaya demi terlaksananya upacara tersebut.

Selama masa penantian, jenazah kerabat yang meninggal tak boleh dimakamkan. Jenazah tersebut dibungkus menggunakan kain dan di simpan di bawah rumah tongkonan. Hingga nanti upacara pemakaman rambu solo dilaksanakan. Sungguh unik bukan?

Saat memakamkan jenazah pun terdapat berbagai cara yang unik yang akan dibahas pada poin selanjutnya. Biasanya jenazah keluarga bangsawan dimakamkan di kuburan batu berukir yang harganya sangat mahal dan harus memesan tempat terlebih dahulu.

2. Memiliki Berbagai Macam Jenis Kuburan

Meski terdengar mistis namun wisata unik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Karena berbagai macam bentuk kuburan ini merupakan salah satu unsur kebudayaan suku Toraja. Membuat suku ini berbeda dengan suku lainnya di Indonesia.

Setiap kuburan unik ini memiliki cerita dan filosofinya masing-masing. Contoh jika yang dimakamkan adalah jasad bayi yang belum tumbuh gigi, maka akan dikuburkan di pohon tara’ dengan maksud bayi tersebut dapat meminum getah pohon sebagai ganti ASI.

Ada lima bentuk jenis kuburan yang diyakini masyarakat suku Toraja, berikut penjelasannya:

Kuburan Goa

Sesuai dengan namanya dalam penguburan ini jenazah dikemas di dalam peti mati dan kemudian disimpan di dalam goa-goa. Jadi saat berkunjung ke Tana Toraja nanti jangan terkejut jika melihat banyak peti pati tersusun di dalam goa-goa.

Khususnya di daerah Londa, Tampang Allo Sangalla, dan beberapa tempat yang banyak goa lainnya. Karena itulah penguburan ini disebut dengan kuburan goa.

Kuburan Gantung

Jangan membayangkan mayat yang dibiarkan tergantung begitu saja layaknya boneka. Namun jenazah orang-orang yang sudah meninggal tersusun rapi dalam peti dan diletakkan pada rak-rak di tebing-tebing bebatuan. Bukannya menyeramkan justru kuburan gantung ini terlihat unik bagi para pelancong.

Kuburan Batu (Liang)

Nah kuburan ini paling mahal harganya dan biasanya hanya mampu dibeli oleh keluarga orang kaya (bangsawan). Mereka yang dimakamkan di kuburan batu berarti adalah orang yang memiliki status sosial yang tinggi.

Batu-batu besar yang ada di gunung biasanya dijadikan sebagai makam. Dengan cara membuat lubang pahatan pada batu tersebut. Untuk membuatnya butuh biaya yang mahal dan memakan waktu yang lama, sehingga harus melakukan pemesanan terlebih dahulu.

Kuburan Pohon (Passilliran)

Seperti menguburkan bayi yang meninggal namun belum tumbuh gigi, pohon yang digunakan untuk menyimpan jenazah disebut pohon tara’. Caranya dengan membuat lubang-lubang pada pohon agar bisa dijadikan tempat menyimpan jenazah.

Kuburan Patane

Nah paling normal diantara kuburan lainnya, kuburan patane adalah jenis kuburan dengan bentuk seperti rumah biasa. Kuburan ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai di Tana Toraja, biasanya berbentuk menyerupai rumah tongkonan.

3. Rumah Adat Tongkonan

Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja, terdiri dari tumpukan kayu yang dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Memiliki bentuk atap menjulang ke depan dan ke belakang, sehingga tak mudah untuk mendirikan rumah ini.

Pembangunannya membutuhkan kerja sama banyak orang karena sangat melelahkan. Konon katanya rumah ini pertama kali dibangun di surga dengan memiliki empat tiang. Leluhur suku Toraja kemudian turun ke bumi dan menggelar upacara besar setelah berhasil mendirikan rumah mirip seperti di surga.

Kata “tongkon” berasal dari bahasa Toraja yang berarti “duduk”. Artinya rumah ini menjadi tempat duduk dan menjadi pusat bertemunya permasalahan sosial suku Toraja.

Rumah ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu tongkonan layuk (rumah untuk pusat pemerintahan), tongkonan pekamberan (rumah untuk anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam tradisi Toraja), dan tongkonan batu (rumah untuk anggota keluarga biasa).


Itulah pembahasan mengenai sejarah dan keunikan suku Toraja yang berasal dari pegunungan Sulawesi Selatan bagian utara. Kebudayaan mereka harus tetap terjaga karena menjadi salah satu identitas dan wajah Indonesia di mata dunia.

Originally posted 2020-05-07 01:00:52.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.