5 Suku Papua Dengan Masing-masing Kisah dan Karakteristiknya

Suku Papua – Apa yang pertama kali terlintas di benakmu saat mendengar kata Papua? Tambang emas, Raja Ampat, minyak bumi, atau surga dunia?

Yaps, Papua layak dapat sebutan sebagai surga dunia jika dilihat dari keindahan alamnya yang membentang luas. Bagi yang sudah pernah plesir ke Papua, terutama ke Raja Ampat tentu setuju dong dengan pernyataan ini.

Pulau paling timur Indonesia ini terkenal ke mancanegara karena keindahan wisata alam bawah lautnya, salah satunya Raja Ampat dan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

Raja Ampat adalah tempat wisata yang tersusun dari gugus-gugus pulau besar kecil yang membentang dengan eloknya. Kekayaan ragam biota laut juga dapat dinikmati saat menyelam. Bayangkan bagaimana sensasinya menyelam sembari dikelilingi oleh 1.500 jenis ikan hias dan penyu laut.

Baca juga: Pengertian Suku Bangsa

Sungguh menyenangkan sekali bukan?


Kearifan Lokal dan Budaya Suku Papua


Suku Papua
cnnindonesia.com

Tak hanya kaya dengan wisata alam, kearifan budaya lokal yang masih sangat kental juga dapat kamu saksikan di tengah-tengah zaman yang sudah modern ini. Sebuah pengalaman menarik yang tak terlupakan pasti akan kamu bawa pulang untuk dibagikan kepada karib kerabat nanti.

Papua dahulunya disebut sebagai Irian Barat yang terletak di Pulau Papua Nugini bagian barat. Dimana berubah menjadi Irian Jaya pada saat peresmian tambang emas dan tembaga “Freeport” pada tahun 2002.

Kemudian sesuai dengan UU. No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua, Irian Jaya berganti nama menjadi Papua. Nama ini diambil dari bahasa Melayu, yang berarti rambut keriting. Dimana menggambarkan bentuk kebanyakan orang Papua asli yang memang berambut keriting.

Berbicara tentang kearifan lokal, jika ingin melihat wajah Indonesia maka jangan lupakan Papua. Penduduknya memiliki semangat juang yang tinggi terutama dalam bidang pendidikan. Sembari mempelajari sejarah, berikut beberapa jenis suku asli Papua yang perlu kamu ketahui:

1. Suku Asmat

asmatkab.go.id

Suku Papua yang paling terkenal adalah suku Asmat, merupakan suku terbesar populasinya dari sekian banyaknya suku di Papua. Bahkan suku ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu yang tinggal di pesisir pantai dan yang tinggal di pedalaman.

Kedua suku ini memiliki dialek bicara yang berbeda, ritual adat, struktur sosial, dan cara hidup. Suku yang tinggal di pesisir pantai terbagi lagi menjadi dua suku kecil, yaitu suku Bisman yang tinggal di antara ungai Sinesty dan sungai Nin, serta suku Simai.

Kepopuleran suku Asmat bermula dari hasil kesenian dalam bidang mengukir kayu. Hasil ukiran yang dibuat oleh suku ini memiliki ciri khas dan keunikan dalam hal tema dan motifnya. Tema yang paling umum digunakan adalah tema nenek moyang yang dikenal dengan istilah ‘mbis’.

Tema ini tak hanya dijadikan sebagai motif pada ukiran kayu namun juga sering digunakan pada ukiran patung. Bagi suku ini seni ukir merupakan wujud dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhur.

Beberapa juga terdapat ukiran kayu menyerupai perahu arwah yang dikenal dengan istilah ‘wuramon’. Suku Asmat meyakini bahwa simbol perahu arwah akan membawa nenek moyang mereka di alam kematian.

2. Suku Amungme (Amui, Hamung, Amungm, Amy, Dalma, atau Uhunduni)

Suku Papua
nusadaily.com

Suku yang berbicara menggunakan bahasa Dhamal ini tinggal di dataran tinggi Papua, lebih tepatnya di Puncak Nemangkawi. Mereka hidup dengan cara bertani, berburu, dan juga senang meramu. Salah satu keunikan suku ini adalah melakukan aktivitas pertanian dengan cara berpindah-pindah.

Kurang lebih sebanyak 17.700 jiwa menjadi anggota dari suku ini, dimana mereka terikat erat dengan tanah leluhur. Sehingga menjadikan pegunungan Puncak Nemangkawi sebagai tanah yang disucikan. Penduduk ini menganut animisme, yaitu dewa dan roh menjadi satu kesatuan yang sama dengan alam.

Wilayah yang dihuni suku Amungme ini disebut Amungsa, dimana area pertambangan emas milik PT. Freeport berada di daerah gunung yang mereka tinggali.

Tentu kita sangat akrab dengan cerita sengketa tanah antara masyarakat Amungme dengan Freeport bukan, sebuah konflik sosial yang hingga kini masih menimbulkan banyak pertanyaan.

3. Suku Arfak

kabarpapua.co

Sesuai dengan namanya suku ini berasal dan tinggal di pegunungan Arfak, Manokwari, Papua Barat. Kawasan ini memiliki potensi wisata yang tinggi karena keindahan yang menakjubkan yang disuguhkan oleh Danau Anggi.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari orang-orang suku Arfak hidup dengan cara bertani. Selain itu kearifan lokal suku ini juga dapat diacungi jempol karena kepiawaian mereka dalam membuat rumah khas suku Arfak.

Menurut Koentjaraningrat suku ini terbagi ke dalam empat sub suku kecil. Dimana perbedaan yang mencolok antara keempat suku ini terletak pada bahasa sehari-harinya. Ada suku Hatam, suku Moilei, suku Meihag, dan suku Sohug yang tidak dapat saling berkomunikasi.

Setiap suku tersebut dipimpin oleh seorang kepala suku, lebih menariknya lagi dalam setiap suku terdapat beraneka ragam marga. Masing-masing suku menghuni wilayah yang berbeda-beda di Pegunungan Arfak.

Suku Hattam menjadi penghuni wilayag pegunungan Arfak bagian selatan, suku Meihag di bagian timur, suku Moileh menghuni wilayah bagian barat, dan terakhir suku Sohug menjadi penghuni wilayah bagian utara dari Pegunungan Arfak, yang dekat dengan Danau Anggi.

4. Suku Dani

Suku Papua
egindo.co

Jika ingin berkenalan lebih dekat dengan suku Dani, maka saat plesir ke Papua nanti kamu dapat berkunjung ke Lembah Baliem dimana suku Dani tinggal. Lembah ini terletak di wilayah Pegunungan Jayawijaya yang terdapat di Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Saat berkunjung ke Lembah Baliem kamu seolah-olah kembali ke zaman batu, yang selama ini hanya terdapat di buku sejarah. Hingga kini dalam kesehariannya masyarakat suku Dani masih memakai koteka sebagai penutup kemaluan pria dan rok rumbai yang terbuat dari serat atau rerumputan bagi wanita.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga suku Dani hidup dengan cara bercocok tanam sayuran. Meski terbilang tertinggal, namun suku yang tinggal di rumah honai ini sudah terampil menggunakan perkakas seperti kapak batu, pisau dari tulang binatang, bambu, dan kayu galian yang berat.

Ada baiknya kamu berkunjung ke Lembah Baliem pada bulan Agustus, agar dapat menyaksikan festival yang diadakan selama tiga hari. Festival yang diadakan oleh pemerintah ini sudah menjadi tradisi untuk menghapuskan perang antar suku yang sering terjadi di Lembah Baliem.

5. Suku Muyu

misi.sabda.org

Dinamakan sebagai suku Muyu karena nenek moyang suku ini dahulunya tinggal di sekitar Sungai Muyu yang terletak di sebelah timur Laut Merauke. Tahukah kamu bahwa kebanyakan Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Papua berasal dari suku ini?

Yup, jangan heran karena memang suku yang hidup dan berkembang di Kabupaten Boven Digoel ini terkenal dengan kecerdasannya. Kebanyakan dari mereka menduduki posisi penting dalam struktur Boven Digoel. Karena memang mereka sangat menjunjung tinggi dan menghargai pendidikan.

Karakter suku Muyu terkenal sebagai pekerja keras dan sangat hemat. Orang Muyu sendiri menyebut diri mereka sebagai “kati”, berarti manusia sesungguhnya.

Suku yang memiliki sifat individualis ini hidup dengan cara berburu, menangkap ikan, memproduksi sagu, dan memelihara babi dan anjing. Individualis disini artinya tidak bergantung kepada orang lain. Meski begitu orang Muyu senang saling mengunjungi sanak keluarga dan mengunjungi kuburan saudara.


Itulah sekilas tentang kisah tanah dan suku Papua yang tak ada habisnya. Papua adalah tanah yang harus kita jaga untuk mempertahankan keutuhan NKRI, tidak akan ada Indonesia tanpa Papua dan seisinya.

Originally posted 2020-04-21 10:00:19.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.