Kurang lebih sebanyak 40-50% presentase suku di Indonesia adalah Suku Jawa dengan jumlah populasi sekitar 96 juta penduduk. Suku Jawa termasuk ke dalam salah satu peradaban tertua dan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Kontribusi suku Jawa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar. Bahkan sejak periode pra-sejarah, suku Jawa sudah memulai peradabannya hingga mendirikan banyak kerajaan. Baik itu yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, atau Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kebudayaan masyarakat Jawa kini tersebar di seluruh dunia, baik di kota-kota benua Asia, Eropa, Australia, maupun Amerika. Hal ini membuktikan bahwa sejak dahulu kala orang-orang Jawa memiliki pemikiran terbuka, objektif, akomodatif, dan peka terhadap perkembangan zaman.
Mengupas Sejarah Suku Jawa
Satu hal yang menarik dari Suku Jawa yaitu adanya sub-suku yang dikenal sebagai Jawa Suriname. Sesuai dengan namanya masyarakat asli Jawa ini memang tinggal dan menetap di Suriname. Mereka adalah orang-orang yang dahulu dibawa ke Suriname oleh kolonial Belanda untuk dijadikan pekerja.
Tinggal dan menetap lama akhirnya populasi ini berkembang hingga turun temurun. Kini mereka disebut sebagai orang Jawa sudah berbaur dengan penduduk lokal. Perpindahan sebagian etnis Jawa ke Suriname ini merupakan pertanda berakhirnya sistem perbudakan di Pulau Jawa pada tahun 1863.
Jika berbicara tentang asal usul suku Jawa maka akan ada banyak versi. Ada yang mengatakan suku Jawa sudah ada sejak ditemukannya fosil manusia purba. Namun ada pula yang berpendapat bahwa suku ini lahir dari budaya yang dibawa oleh orang-orang asing yang masuk ke Indonesia.
Secara etimologi kata “Jawa” mengacu kepada bahasa-bahasa yang digunakan oleh bangsa yang tinggal di tenggara benua Asia. Tak hanya itu bahasa Jawa juga bahkan digunakan oleh penduduk yang mendiami perbatasan utara Pulau Formosa, barat Pulau Madagaskar, hingga penduduk di daratan Amerika Selatan bagian barat.
Sejarah Suku Jawa Menurut Para Ahli
Meski tersebar hingga ke berbagai belahan dunia namun para arkeolog sepakat bahwa nenek moyang Suku Jawa berasal dari penduduk pribumi yang menempati Pulau Jawa sejak jutaan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes kesamaan DNA antara manusia purba dan masyarakat Jawa.
Setelah dilakukan penelitian yang mendalam terhadap fosil Pithecanthropus Erectus dan Homo Sapiens, maka ditemukan bahwa DNA kedua manusia purba ini tidak jauh berbeda dengan manusia suku Jawa modern ini.
Namun para sejarawan mengemukakan pendapat yang berbeda dimana mereka meyakini jika nenek moyang suku Jawa berasal dari Yunan, China. Orang-orang Yunan melakukan pengembaraan hingga menyebar ke seluruh penjuru wilayah nusantara.
Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan sebuah tulisan kuno dari India. Disebutkan jika dahulu seorang pengembara bernama Aji Saka dan beberapa pengawalnya melakukan pengembaraan dan menjadi orang pertama yang mendarat di Jawa yang pada masa itu dinamakan Nusa Kendang.
Menurut tulisan tersebut, Nusa Kendang dahulunya merupakan daratan yang menyatu dengan Pulau Asia dan Australia. Nusa Kendang yang kini daratan Pulau Jawa pertama kali dihuni oleh Aji Saka dan pengikutnya, diduga ia menjadi cikal bakal nenek moyang dari Suku Jawa.
Berbeda lagi teori yang dikemukakan oleh Babad Kuno jika nenek moyang berasal dari keturunan Kerajaan Javaceckwara. Dikisahkan seorang pangeran dari Kerajaan Kling dan pengikutnya memisahkan diri dan membentuk peradaban baru di sebuah pulau terpencil yang belum berpenghuni.
Sebuah surat kuno dari keraton Malang menuliskan bahwa nenek moyang orang Jawa berasal dari penduduk Raja Rum, Kesultanan Turki (450 SM). Kala itu raja memerintahkan sebagian rakyatnya untuk mengembangkan daerah kekuasaannya yang masih belum berpenghuni.
Daerah ini kemudian disebut sebagai Pulau Jawi karena terdapat banyak tanaman Jawi yang subur di dalamnya. Rakyat yang menghuni pulau yang sangat subur ini kemudian dipercaya sebagai nenek moyang yang membentuk peradaban Suku Jawa.
Kebudayaan Jawa
Studi mengenai eksistensi kebudayaan Jawa kini sudah mendunia, banyak dari ilmuwan mancanegara yang tertarik menggali lebih dalam tentang keunikan suku ini. Sebagai peradaban tertua di Indonesia, masyarakat suku Jawa kini sudah tersebar hingga ke seluruh penjuru Nusantara.
Mulai dari Sabang hingga Merauke pasti terdapat setidak penghuni aslinya berasal dari suku Jawa. Tradisi migrasi memang sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak masa kolonial Belanda. Di daerah-daerah baru masyarakat Jawa membentuk komunitas baru sembari mengembangkan kebudayaan Jawa.
Tak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan Jawa memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan bangsa Indonesia. Jawa menjadi salah satu identitas pertama Indonesia di wajah dunia, hingga kini kita dikenal sebagai negara dengan keberagaman budaya terbanyak di dunia.
Menilik tentang keunikan kebudayaan Suku Jawa, mari kita simak ulasan menarik di bawah ini:
Zaman pra Hindu-Budha
Agama menjadi karakteristik utama masyarakat Jawa pada zaman pra-Hindu-Budha. Seperti kebanyakan suku lainnya di Indonesia, suku Jawa juga menganut kepercayaan sederhana berupa animisme dan dinamisme.
Animisme adalah keyakinan terhadap roh, jiwa, benda-benda, tumbuhan, hewan, hingga mengagungkan manusia itu sendiri. Suku Jawa kuno ini meyakini bahwa segala hal yang dapat bergerak dianggap hidup dan memiliki kekuatan gaib, entah berupa roh jahat maupun roh baik.
Dinamisme merupakan keyakinan terhadap benda-benda tertentu baik itu benda hidup maupun benda mati. Masyarakat Jawa pada kala itu meyakini benda-benda tersebut memiliki kekuatan gaib dan memiliki roh yang mereka yakini sebagai Tuhan yang dapat mengatur keberlangsungan hidup manusia.
Zaman Hindu-Budha
Hindu-Budha mudah masuk ke Indonesia karena adanya kesamaan kepercayaan masyarakat Jawa kala itu, yaitu animisme dan dinamisme. Agama Hindu masuk lewat hubungan perdagangan antara Nusantara dengan India dan China.
Pada pedagang yang menetap lama di Indonesia datang sekaligus membawa kebudayaan dan menyebarkan ajaran Hindu-Budha ke masyarakat setempat. Namun pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh saudagar India ini tidak sepenuhnya diterima secara utuh.
Para budayawan Jawa memanfaatkan ekspansi penyebaran agama tersebut sebagai langkah untuk memperbaharui dan mengembangkan kebudayaan Jawa. Agama Hindu-Budha di Pulau Jawa mengalami Javanisasi sehingga berbeda dengan ajaran Hindu-Budha asli yang dibawa oleh orang India dan China.
Tak usah membandingkan jauh-jauh dengan Hindu di India, Hindu Jawa dan Hindu Bali pun jelas sangat berbeda, padahal masih dalam satu rumpun negara yang sama. Hal ini membuktikan bahwa kebudayaan Jawa meski bersifat terbuka namun tak mudah dirubah begitu saja.
Proses penyebaran agama Hindu-Budha di Jawa lebih banyak dilakukan oleh golongan cendekiawan dan kaum priyayi Jawa. Sehingga ajaran agama di golongan kerajaan pun sangat kental dengan nuansa kebudayaan Jawa (kejawen) di dalamnya.
Zaman Kerajaan Islam
Setelah kerajaan-kerajaan Hindu-Budha (Majapahit dan Mataram) mulai mengalami kemunduran, kerajaan Islam mulai menggeser kekuasaan mereka di tanah Jawa. Masuknya Islam ke tengah-tengah masyarakat Jawa terbilang mendatangkan perubahan sangat besar dalam pola pandangan hidup.
Islam memperkenalkan dasar-dasar pemikiran modern kepada masyarakat suku Jawa. Sembari mengadakan pendekatan lewat kesenian wayang, Islam mengenalkan tentang dua kalimat syahadat, sholat lima waktu, ibabah haji ke Mekkah, dan rukun-rukun Islam lainnya.
Awal mula Islam masuk ke Jawa diprakarsai oleh Kesultanan Demak yang menembus benteng Kerajaan Hindu yang bersifat kejawen. Pada abad ke-16 dakwah Islam mulai mewarnai kebudayaan istana Jawa berkat dukungan dan bantuan dari para wali di tanah Jawa yang dikenal dengan sebutan “Wali Songo”.
Menurut catatan sejarah, sisa-sisa penduduk Kerajaan Majapahit yang menolak Islamisasi di Jawa kemudian melarikan diri ke Bali. Mereka menetap di Pulau Dewata hingga membangun kelompok baru yang kini dikenal sebagai Bali Majapahit.
Originally posted 2020-05-28 06:43:41.