Rumah adat Jambi yang berasal dari provinsi Jambi dinamakan Kajang Lako dan Rumah Tuo. Suku Orang Batin di Jambi dulu menggunakan Kajang Lako sebagai hunian. Rumah Kajang Lako juga dikenal dengan nama lainnya, yaitu Rumah Lamo. Ciri khas dari Rumah Lamo adalah bentuk bubungannya yang seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung keluar (atas).
Rumah Adat Jambi
Provinsi Jambi beribu kota di Kota Jambi. Terletak di pesisir timur bagian tengah Pulau Sumatra. Luas wilayah Provinsi Jambi kurang lebih sekitar 50.160,05 km². beberapa etnis yang mendiami wilayah ini, diantaranya Suku Melayu, Jawa, Kerinci, Minangkabau, Mandailing, Banjar, Bugis, Sunda, dan Tionghoa serta suku-suku lainnya termasuk Suku Batin..
Orang Batin merupakan salah satu etnis yang mendiami Provinsi Jambi. Bahkan sampai sekarang pun suku Batin masih mempertahankan adat istiadat yang dibawa nenek moyang mereka termasuk rumah tradisional.
Orang Batin berasal dari 60 tumbi (keluarga) yang pindah dari Koto Rayo. Merekalah yang menjadi asal muasal Marga Batin V dengan 5 dusun asal. Kelima dusun tersebut, diantaranya Tanjung Muara Semayo, Seling, Kapuk, Pulau Aro, dan Muara Jernih.
Kajang Lako
Kebanyakan rumah adat Jambi adalah rumah panggung khas Melayu. Hingga kini masih banyak rumah tradisional yaang bisa kita temui di daerah Jambi. Salah satu rahasia rumah-rumah adat Jambi tak lekang oleh waktu adalah bahan bangunannya yang kuat dan tahan lama. Kayu yang biasa digunakan adalah jenis kayu bulian dan kayu tembesi.
Rangka Rumah
Kajang Lako merupakan rumah adat Jambi yang memiliki bentuk bubungan rumah seperti perahu. Ujung bubungannya melengkung ke atas dan keseluruhannya rumah ini berbentuk bangsal persegi panjang. Dengan ukuran panjang 12 meter dan lebar 9 meter.
Alasan dibalik bentuknya yang berupa persegi panjang karena dipengaruhi hukum Islam serta mempermudah penyusunan ruangan yang disesuaikan fungsinya. Bagian-bagian rumah Kajang Lako terdiri dari atap, dinding, pintu, jendela, tiang, lantai, tebar layar, penteh, pelamban, dan tangga.
Atap atau bubungannya disebut dengan gajah mabuk yang diambil dari seseorang yang dulu dimabuk cinta saat sedang membuat rumah, tapi tidak direstui orang tuanya. Bentuknya disebut lipat kajang atau potong jerambah. Terbuat dari mengkuang atau ijuk yang dianyam dan dilipat dua.
Jika dilihat dari samping atapnya terlihat seperti segitiga yang dimaksudkan agar saat hujan airnya mudah turun. Selain itu bentuk atap yang demikian juga mempermudah sirkulasi udara dan menyimpan barang.
Adapula atap ‘kasau bentuk’ yang letaknya berada di ujung atap bagian atas. Kasau bentuk terdapat di atap depan dan belakang rumah dengan bentuk miring yang dapat mencegah air masuk saat hujan. Kasau bentuk dibuat sepanjang 60 cm dengan lebar sebesar bubungan.
Fungsi Ruangan
Dinding rumah atau masinding terbuat dari papan sedangkan pintunya terdiri dari tiga macam bentuk. Pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang adalah tiga macam bentuk pintu.
Pintu tegak berada di ujung sebelah kiri bangunan yang fungsinya sebagai pintu masuk. Ukuran pintunya dibuat agak kecil atau rendah sehingga orang yang masuk harus menundukkan kepalanya. Tujuannya tak lain sebagai tanda hormat kepada pemilik rumah.
Lain halnya dengan pintu masinding yang memiliki fungsi sebagai jendela. Letaknya berada di ruang tamu agar dapat melihat ke bawah. Kegunaan lain pintu masinding adalah sebagai ventilasi saat upacara adat berlangsung.
Keberadaan pintu masinding mempermudah orang yang ada di bawah untuk mengetahui apakah upacara adat sudah dimulai atau belum. Sedangkan pintu balik malintang merupakan jendela yang terdapat pada tiang balik melintang.
Kegunaan pintu balik malintang biasanya digunakan oleh pemuka-pemuka adat, alim ulama, ninik mamak, dan cerdik pandai. Kurang lebih itulah gambaran dari rumah Kajang Lako.
Bagian Rumah
Jumlah tiang rumah lamo atau Kajang lako, yakni 30 buah yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban.tiang utama dipasang dengan panjang masing-masing 4,25 meter dan berfungsi sebagai kerangka bangunan.
Lantai rumah adat dibuat bertingkat dengan dua tingkatan. Tingkatan pertama disebut lantai utama yang terdapat di ruang balik melintang. Tingkatan selanjutnya ada di runag balik menalam, ruang tamu biasa, ruang gaho, dan pelamban yang disebut dengan lantai biasa.
Tebar layar kajang lako berfungsi sebagai dinsing dan penutup ruang atas. Fungsi lainnya adalah sebagai penahan tampias air hujan yang letaknya di ujung sebelah kanan dan kiri bagian atas bangunan. Kemudian ada panteh yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan.
Pelamban merupakan bagian rumah terdepan dari rumah adat Jambi yang letaknya di ujung sebelah kiri. Pelamban juga merupakan bagian rumah yang mirip dengan teras. Tempat tinggal orang Batin ini mempunyai dua buah tangga. Pertama untuk masuk ke rumah dan satu lagi untuk naik ke penteh.
Ringkasan Mengenai Rumah Kajang Lako
Berbentuk bangsal dengan luas 12×9 meter dan disebut juga dengan rumah lamo. Bubungan mirip perahu, bubungan lipat kajang dengan ujung bubungan melengkung ke atas. Terdapat 30 tiang, yang terdiri dari 6 tiang pelamban dan 24 tiang utama.
Dinding atau masinding terbuat dari papan, atap dari mengkuang atau ijuk, dengan lantai bertingkat. Lantai 1 adalah lantai utama sedangkan lantai 2-3 merupakan lantai biasa.
Terdapat beberapa ruangan dalam rumah adat jambi, setidaknya ada delapan ruangan di dalam sebuah rumah. Ruangan-ruangan tersebut terdiri dari ruang balik melintang, ruang balik menalam, penteh (ruang atas), bauman (ruang bawah), ruang tengah, masinding, gaho (dapur), serta pelamban (teras).
Bagian-bagin bangunan rumah adat Jambi terdiri dari lantai, penteh, tangga, pelamban. Selain itu masih ada tebar layar, pintu atau jendela, dinding, kasau bentuk, dan atap atau gajah mabuk.
Rumah Tuo
Jika sebelumnya kita membahas Rumah Lamo, maka adapula rumah adat Jambi yang bernama Rumah Tuo. Keberadaan rumah tuo terkuak saat Jambi mengalami krisis identitas. Bahkan agar tidak kehilangan identitasnya lagi banyak warga Jambi yang berbondong-bondong membangun hunian tradisional ketimbang rumah Modern.
Disebuah pemukiman tertua di Jambi, tepatnya di Dusun Kampung Baru, Kelurahan Rantau panjang, Tabir, Merangin terdapat sekitar 60 rumah adat berusia sekitar 600 tahun. Salah satu diantara rumah adat tertua disana adalah milik Umar Amra. Hunian miliknya disebut dengan Rumah Tuo karena paling tua.
Pada awalnya rumah tuo memiliki atap daun rumbia, tapi kini telah diganti menjadi seng. Kolong rumah dijadikan tempat menyimpan kayu bakar, tempat memasak, dan menyimpan ternak. Dilihat dari depan bangunan rumah ini tampak lebar dengan tiga jendela besar.
Di dalam rumah terdapat bilik-bilik. Bilik melintang pada sisi dalam paling kiri adalah wilayah khusus bagi tetua kampung maupun tamu kehormatan. Panjang biliknya sekitar empat meter. Bila ada upacara adat atau acara lainnya mereka yang duduk di bilik melintang dapat melihat selruh tamu.
Tamu-tamu yang baru masuk akan masuk melalui tangga. Etika bertamu juga diatur oleh hukum adat. Tamu yang datang akan masuk ke rumah lewat tangga sebelah kanan. Bagi tamu yang masih bujang hanya boleh duduk sampai batas jendela paling kanan atau dekat pintu masuk.
Sedangkan yang boleh masuk ke rumah adalah mereka yang merupakan kerabat atau suami dari para perempuan di dalam rumah. Itulah sedikit gambaran rumah tuo.
Keywords: Rumah Adat Jambi
Originally posted 2020-04-25 01:04:56.