Profil Provinsi Sumatera Selatan | Sejarah, Potensi Alam, Kebudayaan dan Destinasi Wisatanya

Profil Provinsi Sumatera Selatan – Sumatera Selatan secara resmi berdiri pada tanggal 12 September 1950. Namun, awalnya wilayah pemerintahannya mencakup Bengkulu, Jambi, Lampung, serta Kepulauan Bangka Belitung, tapi keempatnya kemudian menjadi wilayah provinsi yang terpisah.

Sumatera Selatan yang beribukotakan Kota Palembang ini yang memiliki luas wilayah sekitar 91.592,43 kilometer persegi ini terbagi menjadi 4 Pemerintah Kota dan 13 Pemerintah Kabupaten.


Sejarah Provinsi Sumatera Selatan


Provinsi yang terletak di Selatan Pulau Sumatera ini memang dikenal sebagai Bumi Sriwijaya. Sebab wilayah Sumatera Selatan pada abad ketujuh hingga kedua belas menjadi pusat kerajaan Sriwijaya yang juga tersohor sebagai kerajaan maritim terbesar serta terkuat di Nusantara.

Namun di abad ketiga belas hingga keempat belas , wilayah ini dikuasai oleh kerajaan Majapahit. Setalah itu wilayah ini menjadi wilayah tak bertuan, sehingga menjadi sarang bajak laut terutama bajak laut asal Cina.

Tapi di awal abad ke-15 wilayah ini dikuasai Kesultanan Palembang, namun hal ini tidak berlangsung lama karena Nusantara kemudian dijajah oleh Kolonialisme Bangsa Eropa dan juga Jepang.


Potensi Alam Provinsi Sumatera Selatan


Seperti wilayah lainnya di Indonesia, Sumatera Selatan juga memiliki potensi alam yang luar biasa, seperti potensi sumber daya energi berupa minyak bumi, gas bumi, batubara dan panas bumi.

Kemudian potensi sumber daya lahannya juga cukup variatif mulai dari sawah irigasi, sawah tadah hujan, rawa pasang surut, lebak serta lahan kering.

Belum lagi, potensial lahan perkebunan, pertanian, dan hortikultura dengan komoditas unggulan yang dimiliki Sumatera Selatan seperti jagung, ubi jalar, ubu kayu, kacang tanah, komoditas sayuran dan juga buah – buahan.


Kondisi Alam Provinsi Sumatera Selatan


Sumatra Selatan memiliki kondisi alam yang terbilang unik karena di bagian pantai Timur, tanahnya berupa rawa-rawa dan payau.

Kemudian semakin ke arah barat, maka ada banyak dataran rendah yang luas, dan jika lebih masuk lagi, maka wilayahnya akan semakin bergunung-gunung.

Sebab wilayah Sumatra termasuk Sumatra Selatan masuk ke dalam jajaran Pegunungan Bukit Barisan dengan gunung tertinggi adalah Gunung Dempo yang berada di ketinggian 3.159 mdpl.

Selain itu Sumatra Selatan juga memiliki beberapa sungai besar, bahkan membuat provinsi ini sering disebut sebagai Daerah Batang Hari Sembilan.

Sebab ada kawasan dimana terdapat sembilan sungai besar yang dapat dijelahi hingga ke hulu, yaitu Sungai Batanghari Leko, Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Kelingi, Sungai Komering, Sungai Lalan, Sungai Lematang, Sungai Rawas, dan puluhan cabang lainnya.


Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan


Kebudayaan di Sumatera Selatan memang muncul dari akar budaya dan bahasa yang sama, yaitu Bangsa Austronesia Proto Melayu, sehingga menghasilkan beberapa suku seperti Bilida, Melayu, Musi, Kikim, Kubu, Komering, Lintang, Lembak, Ogan, Pasemah, Pegagah, Penesek Gumay, Sekak Panukal, Semenda,Rejang, Rambang, Rawas, dan Ranau.

Meski ada beberapa suku di Sumatera Selatan, tapi ada kebudayaan yang menjadi ciri khas di Sumatera Selatan seperti rumah adat, pakaian adat dan tari tradisional.

  • Rumah adat

Rumah Limas merupakan rumah adat dari Sumatera Selatan yang sangat dipengaruhi oleh kebudayan Islam dan Melayu.

Rumah panggung tradisional ini memiliki atap berbentuk limas dan ditopang oleh tiang-tiang kayu yang tertanam di tanah dengan badan rumah yang terbuat dari papan.

Rata-rata luas Rumah Limas sekitar 400 hingga 1.000 meter persegi dengan pembagian ruangan yang sudah standard, yaitu ruang gajah (ruangan utama), pangkeng (ruang tidur), dan pawon (dapur).

  • Pakaian adat

Aessan Gede dan Aesan Paksangkomerupakan pakaian adat asal Sumatera Selatan yang awalnya hanya dikenakan oleh para bangsawan.

Pakaian ini didominasi oleh benang berwarna ke emasan dan kain songket ini melambangkan kebesaran (Aessan Gede), dan keanggunan (Aesan Paksangko).

  • Tari tradisional

Tari tradisional asal Sumatera Selatan antara lain Tari Gending Sriwijaya untuk menyambut tamu-tamu agung, Tarian Pagar Pengantin Palembang yang biasanya ditampilkan acara resepsi pernikahan, Tari Tanggai untuk menyambut tamu-tamu undangan di acara resmi , dan Tari Madik/Nindai untuk memilih calon menantu.

Kemudian ada tarian khas muda mudi Sumatera Selatan, yaitu Tari Mejeng Besuko lalu tarian tentang kegiatan menenun masyarkat kaum wanita Sumatera Selatan, yaitu Tari Tenun Songket.


Destinasi wisata di Provinsi Sumatera Selatan


Destinasi wisata di Sumatera Selatan sangat beragam mulai dari wisata alam hingga wisata sejarah, hingga wisata belanja dan kuliner.

  • Wisata Alam

Beberapa wisata alam di Sumatera Selatan antara lain Air Terjun Cughup Embun di Kabupaten Pagar Alam, Air Terjun Bedegung di Muara Enim, Air Terjun Temam di Lubuk Linggau, Air Terjun Curup Maung dan Air Terjun Bale di di Kabupaten Lahat. Kemudian ada Gunung Dempo, Sungai Musi, Danau Ranau, dan Danau Teluk Galam.

  • Wisata Sejarah

Untuk wisata sejarah di Kota Palembang sendiri antara lain Taman Bukit Siguntang, Museum Balaputeradewa, Museum Balaputeradewa, Benteng Kuto Besak, Monumen Perjuangan, Rakyat Museum Sultan Mahmud Badaruddin II bahkan ada juga wisata religi di Pelemang seperti Makam Sultan Mahmud Badarudin 1, Masjid Cheng Ho, dan Museum Al Quran Raksasa. Kemudian situs megalitikum di Lahat seperti Megalit Tinggo Hari, Batu Putri Besak, Arca Batu Dingin, dan Arca Baturang.

  • Wisata Belanja

Wisata belanja di Kota Palembang Pasar Cinde, Pasar 16 Ilir kemudian di bawah Jembatan Ampera hingga pusat perbelanjaan sekalas mall.

Belum lagi wisata kulinernnya ada banyak lokasi yang bisa di datangi untuk menikmati beragam makanan asli Sumatera Selatan seperti mie celor, martabak har, pempek panggang , model, tekwan, pindang tulang, pindang patin, berengkes dan tempoyak yang bisa ditemukan jika ke arah Momea di Kota Palembang.

Cerita Rakyat Sumatera Selatan: Raja Empedu

Di daerah Hulu Sungai Nusa, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan dahulu ada sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja muda yang sangat sakti bernama Raja Empedu.

Kerajaan ini berdampingan dengan dua kerajaan lain yang berada di daerah Lesung Batu dan Kampung Suku Kubu. Kerajaan Lesung Batu diperintah oleh Pangeran Mas yang terkenal kaya raya.

Sedangkan Negeri Kampung Suku Kubu diperintah oleh Raja Kubu yang terkenal sebagai seorang sakti mandraguna.

Suatu hari, Raja Lesung Batu (Pangeran Mas) mengalami kesulitan untuk memelihara ternak kerbaunya yang semakin hari semakin bertambah banyak.

Oleh karena itu, ia berniat untuk “meminjamkan” sebagian ternaknya kepada siapa saja yang berminat dengan syarat: (a) ternak masih menjadi milik Pangeran Mas; dan (b) apabila ternak yang dipinjamkan melahirkan, maka hasilnya dibagi bersama secara adil.

Tawaran Pangeran Mas tersebut ternyata menarik minat Raja Kubu. Untuk itu, ia segera mengirim utusannya ke Negeri Lesung Batu menghadap Pangeran Mas.

Sesampai di istana Lesung Batu, sang utusan segera menghadap, “Ampun, Baginda. Hamba adalah utusan Raja Kubu dari Negeri Kampung Suku Kubu. Kedatangan hamba adalah untuk menyampaikan keinginan Raja hamba yang menerima tawaran Tuan dan juga bersedia mentaati segala persyaratannya.”

“Pulang dan sampaikanlah kepada Rajamu bahwa aku menyetujui keinginannya. Besok aku akan mengirimkannya beberapa puluh ekor kerbau.

Apabila nanti mereka telah berkembang biak, maka aku akan mengirimkan utusan untuk mengambil pembagian hasilnya,” jelas Paneran Mas.

“Baik, Baginda,” kata sang utusan seraya mohon diri.

Sesuai dengan janjinya, keesokan harinya Pangeran Mas mengirimkan puluhan ekor kerbau jantan dan betina kepada Raja Kubu. Raja Kubu pun dengan senang hati menerimanya.

Mulai sejak saat itu ia memelihara dan merawat kerbau-kerbau tersebut dengan baik hingga akhirnya berkembang biak dengan sangat cepat dan daerah Kampung Kubu pun sebagian besar telah menjadi kubangan kerbau.

Sejak saat itu, negeri Kampung Kubu dikenal dengan nama Negeri Kubang dan rajanya disebut Raja Kubang.

Karena merasa telah tiba saatnya untuk mengambil bagian atas ternaknya yang dipelihara oleh Raja Kubang, maka Pangeran Mas lalu mengirimkan utusannya untuk menghadap Raja Kubang.

Namun diluar perkiraan, Raja Kubang mengingkari janjinya dengan menolak untuk berbagi hasil dengan Pangeran Mas. Bahkan, ia telah menganggap bahwa semua kerbau yang telah dipelihara adalah miliknya sendiri.

Sang utusan pun kemudian pulang ke Negeri Lesung Batu dengan tangan hampa. Sesampainya di kerajaan Lesung Batu Sang Utusan langsung melaporkan kejadian tersebut kepada Pangeran Mas.

Mendengar pengingkaran janji Raja Kubang, Pangeran Mas menjadi marah besar dan berniat menyerang Kerajaan Kubang.

Namun karena Raja Kubang terkenal sangat sakti dan mempunyai banyak pengawal tangguh, Pangeran Mas memutuskan untuk meminta bantuan pada Raja Empedu yang juga terkenal sangat sakti.

Keesokan harinya Pangeran Mas bersama para pengawalnya pergi ke Negeri Hulu Sungai Nusa untuk menemui Raja Empedu. Dan, tanpa disangka-sangka ternyata Raja Empedu bersedia membantu Pangeran Mas menyerang Raja Kubu yang telah mengingkari janjinya.

“Tapi, bagaimana caranya? Bukankah Raja Kubang terkenal sangat sakti mandraguna?” tanya Pangeran Mas pada Raja Empedu.

“Kita tidak bisa langsung menyerang Raja Kubu. Kitaharus membagi dua pasukan. Pasukan pertama bertugas membuat Negeri Kubang menjadi ramai dengan mengadakan pertunjukan seni dari tari pedang.

Nah, selagi rakyat Kubang larut dalam suasana kemeriahan, pasukan yang lainnya akan mengepung dan membakar seluruh pemukiman yang ada di sana.” Jelas Raja Empedu dengan tenang.

Singkat cerita, pada hari yang telah ditentukan berangkatlah pasukan pertama untuk mengadakan pertunjukan seni di lapangan Negeri Kubang.

Oleh karena mereka menyanyikan lagu-lagu dengan merdu dan juga tarian pedang dengan sangat tangkas, maka penduduk Negeri Kubang segera berbondong-bondong menyaksikan pertunjukan, tidak terkecuali Raja Kubang beserta para pengawalnya.

Pada saat rakyat Negeri Kubang sedang asyik menyaksikan pertunjukan seni, pasukan kedua yang dipimpin oleh Raja Empedu dan Pangeran Mas segera membakar seluruh rumah yang ada di Negeri Kubang. Setelah itu mereka menuju lapangan untuk mengepung Raja Kubang dan para pengawalnya.

Raja Kubang menjadi terkejut setengah mati ketika menyadari bahwa dirinya telah terkepung. Karena tidak ada persiapan sebelumnya, Raja Kubang tidak berdaya dan langsung menyerah tanpa melakukan perlawanan.

Ia juga tidak melawan ketika pasukan Raja Empedu dan Pangeran Mas menggiring seluruh kerbau yang ada di Negeri Kubang menuju Negeri Lesung Batu.

Sesampainya di Kerajaan Lesung Batu, sebagai tanda ucapan terima kasih Pangeran Mas menyerahkan puteri semata wayangnya bernama Putri Darah Putih yang terkenal cantik jelita kepada Raja Empedu untuk dijadikan isteri.

Setelah mereka menikah, Raja Empedu langsung mengajak isterinya untuk tinggal dan memerintah di Kerajaan Hulu Sungai Nusa.

Sementara Pangeran Mas malah menjadi sedih karena puteri semata wayangnya harus pergi mengikuti suaminya. Untuk melepas kerinduan ia sering pergi ke Tebing Ajam, suatu dataran tinggi yang dapat meninjau Negeri Hulu Sungai dari Kejauhan.

Dan, karena sering sekali ia pergi ke tempat itu untuk “meninjau” puterinya, maka lama-kelamaan tebing itu pun terkenal dengan nama Tebing Peninjauan.

Keyword: Profil Provinsi Sumatera Selatan

Originally posted 2020-08-04 04:10:55.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.