Profil Provinsi Nusa Tenggara Timur – Pernahkah Anda mengunjungi provinsi Nusa Tenggara Timur dan ingin mengetahui apa saja sebenarnya profil provinsi Nusa Tenggara Timur yang bisa diketahui?
Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi bagian dari Negara Indonesia. Pulau Nusa Tenggara Timur ini berada di wilayah Indonesia bagian tengah.
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki ratusan pulau dan terdapat tiga pulau terbesar yaitu Pulau Flores, Pulau Sumba, dan yang terakhir Pulau Timor Barat.
Provinsi Nusa Tenggara Timur ini memiliki banyak ciri khas yang ada pada profil provinsi Nusa Tenggara Timur itu sendiri.
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Berikut ini ada beberapa isi dalam profil provinsi Nusa Tenggara Timur yang bisa Anda jadikan tambahan pengetahuan :
1. Topografi Nusa Tenggara Timur
Salah satu profil provinsi Nusa Tenggara Timur yang bisa diketahui dari segi topografi. Topografi provinsi Nusa Tenggara Timur dominan wilayahnya bukit dan juga pegunungan.
Namun ada pula yang memiliki wilayah yang datar. Ada pula wilayah di NTT yang merupakan wilayah lembah.
Tanah yang berada di daerah lembah sangat dangkal, sehingga mudah untuk terkena erosi dengan wilayah yang berdekatan dengan pantai.
Pulau yang ada di NTT ini terbentuk berdasarkan aktivitas vulkanik gunung berapi dan juga adanya pulau yang muncul dari dasar laut.
Dengan dominan adanya aktivitas vulkanik gunung berapi, provinsi NTT dikenal memiliki tanah yang subur dan kaya akan bahan tambang dari proses alamiah dari alam.
Hal ini bisa membuat masyarakat NTT mengambil hasil alam seperti batu, emas, pasir, mangan, gamping, dan lain sebagainya.
2. Iklim Nusa Tenggara Timur
Profil provinsi NTT yang selanjutnya adalah dari segi iklim. Iklim yang berada di provinsi NTT ada dua yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai kira-kira bulan Maret. Sedangkan musim kemarau berlangsung antara bulan April hingga bulan Oktober.
Penyinaran sinar matahari di provinsi NTT ini sekitar delapan jam per hari. Kondisi curah hujan setiap wilayah berbeda-beda sesuai dengan fenomena El Nino dan La Nina.
Pada saat El Nino wilayah NTT berada dalam kekeringan karena curah hujan yang sedikit.
Kebalikannya dengan La Nina, curah hujan yang semakin tinggi mengakibatkan terjadinya banjir.
Wilayah di provinsi NTT yang merupakan daerah lereng dan perbukitan menyebabkan rawan bencana alam seperti tanah longsor, banjir, maupun adanya pergeseran tanah pada daerah tersebut.
3. Flora di Nusa Tenggara Timur
Tanaman yang ditanam penduduk sekitar di provinsi NTT ini diantaranya umbi-umbian seperti jagung, ubi, kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan, dan sebagainya.
Jenis flora atau tanaman yang dilindungi di provinsi NTT juga banyak macamnya.
Flora tersebut diantaranya tumbuhan kayu putih, kayu akasia, kayu cendana, kayu lontar, dan kayu gaharu. Semua tanaman tersebut dapat hidup di wilayah yang kering.
Selain itu, daun lontar juga bisa digunakan masyarakat sekitar untuk pembuatan alat musik sasando khas dari pulau Nusa Tenggara Timur.
4. Fauna di Nusa Tenggara Timur
Selain flora atau tumbuhan khas Nusa Tenggara Timur, ada pula fauna atau hewan yang menjadi ciri khas atau hewan yang dilindungi karena hampir punah.
Beberapa jenis fauna yang ada di Nusa Tenggara Timur ini adalah hewan komodo, biawak, kuskus, rusa dari NTT, kura-kura berleher ular, dan masih banyak lagi fauna yang dilindungi lainnya.
Disana juga terdapat banyak hewan yang bisa bertahan hidup di daerah sabana seperti sapi, kuda, kambing, kerbau, dan sebagainya.
5. Budaya Nusa Tenggara Timur
Budaya yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur sangat beragam. Budaya pertama dilhat dari bahasa daerah yang digunakan.
Bahasa masyarakat NTT yang terkenal diantaranya bahasa Kupang, bahasa Melayu Kupang, bahasa Katola, Bahasa Kolana, dan lain-lain.
Budaya selanjutnya dilihat dari rumah adat khususnya di daerah Flores Timur. Bangunan rumah adat ini biasanya digunakan untuk upacara keagamaan.
Rumah adat ini merupakan bentuk atau wujud yang tertinggi dan empu yang membuat bumi beserta seluruh isinya.
Selain itu juga adanya budaya Sikka. Dimana orang-orang yang tinggal di wilayah Sikka ini dahulunya merupakan perantauan dari seluruh nusantara yang menetap di pulau ini.
Nantinya keturunan dari masyarakat asli Sikka yang menjadi tuan tanah di wilayah tersebut.
Budaya Ende juga bagian dari pulau NTT yang menawarkan tenunan besar khas wilayah tersebut. Dan masih banyak lagi budaya yang ada di provinsi NTT ini.
6. Mata Pencaharian Nusa Tenggara Timur
Mata pencaharian masuk dalam kategori profil provinsi Nusa Tenggara Timur. Kebanyakan masyarakat Nusa Tenggara Timur memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda.
Bagi masyarakat sekitar, pekerjaan yang dilakukan bekerja di ladang.
Selain itu, masyarakat sekitar juga bekerja di pantai untuk mencari siput laut, bekerja di gunung, mengabdi pada negara, dan sekaligus menerima tamu asing dari luar wilayah NTT.
7. Potensi Pariwisata Nusa Tenggara Timur
Tentunya yang tidak kalah penting dalam profil provinsi NTT adalah dari segi pariwisata.
Pariwisata menjadi ciri khas wilayah dan daya tarik para wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke pulau Nusa Tenggara Timur.
Sehingga semakin banyaknya wisatawan, tentu akan menambah pendapatan daerah di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pariwisata terkenal yang ada di NTT adalah Pulau Komodo. Pulau Komodo merupakan pulau sebagai tempat penangkaran hewan komodo.
Kita ketahui bersama bahwa komodo merupakan hewan yang hamper punah dan wajib untuk dilindungi dalam konservasi alam yang sesuai dengan habitat aslinya.
Selain itu juga terdapat danau yang indah yaitu Danau Kelimutu yang sering dilihat di gambar uang kertas.
Pariwisata terkenal lainnya yang ada di wilayah ini adalah Gunung Mutis, Pantai Pink, Pantai Nemberalla, dan sebagainya.
2 Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur
Pada artikel kali ini kami menyajikan 2 cerita rakyat yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Berikut cerita lengkapnya, selamat menikmati.
1. Cerita Rakyat Suri Ikun dan Dua Burung
Alkisah diceritakan, pada zaman dahulu di Pulau Timor hiduplah sepasang suami-isteri petani dengan empat belas orang anaknya yang terdiri dari tujuh orang laki-laki dan tujuh orang perempuan.
Walau mereka memiliki kebun yang luas, namun hasil dari kebun tersebut selalu tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga.
Hal ini bukan karena jumlah anggota keluarga yang terlalu banyak, melainkan karena tanaman ladang mereka sering dirusak oleh seekor babi hutan besar.
Untuk mengatasi gangguan babi hutan yang dianggap sebagai hama, sang petani menugaskan pada anak-anaknya yang laki-laki untuk bergiliran menjaga kebun.
Namun, dari ketujuh orang anak laki-laki tersebut hanya Suri Ikun yang paling berani. Sedangkan saudara-saudaranya yang lain, baru mendengar suara dengusan sang babi hutan saja mereka langsung lari lintang pukang meninggalkan ladang.
Singkat cerita, suatu hari saat mendapat giliran menjaga kebun Suri Ikun berhasil memanah hewan itu hingga mati. Ia lalu membawanya ke rumah untuk dimasak.
Sesampai di rumah, saudaranya yang paling tua diberi tanggung jawab oleh ayahnya untuk membagian daging hewan itu secara merata kepada seluruh anggota keluarga.
Tetapi karena si sulung merasa iri dan dengki kepada Suri Ikun, maka ia hanya memberinya bagian kepada dari hewan itu yang sudah tentu tidak banyak dagingnya.
Tidak hanya itu, ia pun menyuruh Suri Ikun bersamanya mencari gerinda milik ayah meraka yang tertinggal di hutan. Waktu itu hari sudah menjelang malam.
Dengan perasaan takut Suri Ikun berjalan mengikuti kakaknya. Di tengah perjalanan secara tidak sadar ia mengambil jalan yang berlainan arah. Makin lama ia pun makin masuk ke tengah hutan.
Dan setelah tersadar, ia lalu memanggil-manggil kakaknya. Tetapi suara panggilan Suri Ikun bukan dijawab kakaknya melainkan oleh para hantu jahat yang berdiam di dalam hutan. Mereka sengaja menyesatkan Suri Ikun.
Tidak lama kemudian, mereka menangkap Suri Ikun. Ia lalu di kurung dalam sebuah gua yang gelap gulita. Hanya ada sebuah celah sempit tempat sinar matahari dapat masuk.
Dari celah tersebut Suri Ikun melihat ada dua ekor anak burung yang sedang kelaparan. Ia lalu melemparkan makanannya ke arah mereka. Lama-kelamaan kedua burung itu tumbuh menjadi burung dewasa yang sangat besar dan kuat.
Dan sebagai ungkapan rasa terima kasih, kedua burung itu lalu membebaskan Suri Ikun dari sekapan para hantu.
Tidak itu saja, secara gaib mereka lantas membuatkan sebuah istana yang lengkap dengan para pengawal dan pelayannya. Disanalah untuk selanjutnya Suri Ikun hidup berbahagia.
2. Cerita Rakyat Legenda Bukit Fafinesu
Di sebelah utara Kota Famenanu, Kabupaten Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat sebuah bukit bernama Fafinesu yang berarti Bukit Babi Gemuk. Ada suatu kisah menarik yang melatarbelakangi penamaan bukit itu. Kisahnya adalah sebagai berikut.
Pada zaman dahulu kala di pedalaman Pulau Timor ada tiga orang adik-beradik bernama Saku, Abatan, dan Seko. Mereka hidup dan tinggal bersama dengan kerabat ibunya, sebab Ayah dan ibu mereka telah tiada.
Ayah ketiga orang ini meninggal dunia karena terjatuh ke jurang ketika sedang berburu babi hutan. Tujuh bulan kemudian Sang Ibu juga meninggal dunia karena kehabisan darah ketika sedang melahirkan Si Bungsu, Seko.
Hal ini diperparah lagi ketika nenek yang mengasuh mereka juga ikut meninggal dunia karena dimakan usia ketka Si Bungsu baru berumur dua tahun.
Waktu pun berlalu. Walau hidup serba kekurangan, mereka senantasa rukun dan bahagia. Abatan tumbuh menjadi seorang remaja yang rajin dan cerdas.
Ia sering menanam jagung dan ketela di ladang, mencari kayu bakar di hutan, dan memasak untuk kakak dan adiknya. Si Bungsu pun yang telah berumur lima tahun dan menjadi seorang anak yang penurut. Ia sudah dapat membedakan mana yang baik dan buruk sehingga kakak-kakaknya semakin bahagia.
Namun di tengah suasana yang rukun dan damai tersebut, suatu malam Si Bungsu tidak dapat memejamkan matanya. Tiba-tiba saja hatinya merasa rindu kepada kedua orang tuanya, sebab sejak bayi tidak pernah merasakan belaian kasih sayang dari ayah ibunya.
Ia lalu menghampiri kakak sulungnya dan bertanya, “Kak Saku, ke manakah ayah dan ibu pergi? Kenapa mereka tidak pernah datang kemari?”
Karena tidak ingin membuat Si Bungsu bersedih, maka Saku menjawab, “Ayah dan ibu sedang pergi jauh, Adikku!. Suatu saat mereka akan pulang membawa makanan yang lezat-lezat untuk kita.”
Dongengan Saku ternyata membuat hati Si Bungsu menjadi tenteram kembali. Ia akhirnya tertidur pulas di samping kakaknya.
Tetapi kini giliran Si Saku yang tidak dapat memejamkan mata karena sedih melihat Si Bungsu yang tidak pernah sekalipun bertemu orang tuanya. Ia lalu mengambil serulingnya dan berjalan ke arah bukit yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
Sesampai di atas bukit, sambil menangis dan memandang langit ia pun berkata, “Ayah, Ibu! Kami sangat merindukan kalian. Mengapa begitu cepat kalian meninggalkan kami.”
Kemudian, ia mulai meniup seluring sambil sambil menyanyikan lagu kesukaannya.
Ama ma aim honi (Ayah dan Ibu)
Kios man ho an honi (Lihatlah anakmu yang datang)
Nem nek han a amnaut (Membawa setumpuk kerinduan)
Masi ho mu lo’o (Walau kamu jauh)
Au fe toit nek amanekat (Aku butuh sentuhan kasihmu)
Masi hom naoben me au toit (Walau kalian teah tiada, aku minta)
Ha ho mumaof kau ma hanik kau (Supaya Ayah dan Ibu melindungi dan memberi rezeki)
Saat sedang menghayat lagu tersebut, tanpa sepengetahuannya kedua roh orang tuanya turun dari langit. Melalui angin malam, roh Sang Ayah berkata, “Anakku, aku dan ibumu mendengarmu. Meskipun kta berada di dunia yang berbeda, kami akan selalu bersama kalian.”
Saku menjadi terperangah. Ia tidak tahu dari mana datangnya suara itu. Namun, sebelum sempat pulih dari keterkejutannya, tiba-tiba suara gaib itu terdengar lagi.
“Anakku, esok hari sebelum ayam berkokok ajaklah adik-adikmu menemui kami di tempat ini. Selain itu, engkau juga harus membawa seekor ayam jantan merah untuk dijadikan kurban!”
Singkat cerita, keesokan harinya ia pun menceritakan kejadian yang dialaminya semalam kepada adik-adiknya. Betapa gembiranya hati Si Bungsu mendengar cerita Si Saku. Ia sudah tidak sabar lagi ingin segera bertemu dengan kedua orangtuanya yang selama ini dirindukan.
Tepat tengah malam Saku bersama kedua adiknya berangkat menuju ke puncak bukit sambil membawa seekor ayam jantan merah pesanan kedua orang tua mereka. Setelah mereka tiba di puncak bukit, tiba-tiba angin bertiup kencang yang membuat pepohonan di sekitarnya meliuk-liuk seperti sedang menari.
Begitu tiupan angin berhenti, tiba-tba terlihat dua sosok bayangan berjalan menghampiri mereka.
“Ayah, Ibu!” seru Saku dan Abatan saat melihat bayangan itu.
Mengerti bahwa kedua sosok itu adalah orangtuanya, Si Bungsu segera berlari ke salah satu sosok dan memeluknya erat-erat sambil berkata, “Ibu, saya sangat merindukanmu.”
“Kami juga sangat merindukanmu,” jawab Sang Ibu singkat.
Kemudian Sang Ayah membawa isteri dan ketiga anaknya menuju ke dasar jurang. Sesampainya di sana, ia lalu menyuruh Si Seko untuk segera menyembelih ayam jantan merah yang dibawanya.
Saat darah ayam itu menyentuh bumi, tiba-tiba ada dua ekor babi yang gemuk muncul di tengah-tengah mereka. Mereka segera mendekati kedua ekor babi tersebut dan mengelus-elusnya.
Selang beberapa menit kemudian ayam jantan mulai berkokok yang menandai datangnya pagi. Pada saat yang bersamaan bayangan kedua orang tua mereka tiba-tiba memudar dan akhirnya lenyap.
Menyadari bahwa hari telah pagi ketiga bersaudara tersebut segera mengiring babi pemberian orang tua mereka menuruni bukit menuju ke rumah. Dan, mulai sejak saat itu mereka pun mulai memelihara babi untuk diternakkan.
Selain itu, untuk mengenang peristiwa pertemuan tersebut mereka kemudan menamakan bukit itu dengan nama Bukit Fafinesu yang berarti Bukit Babi Gemuk.
Keyword: Profil Provinsi Nusa Tenggara Timur
Originally posted 2020-04-29 03:53:15.