Kalender Jawa – Kalender Jawa adalah sistem penanggalan yang digunakan pertama kali oleh Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahannya serta yang mendapat pengaruhnya.
Penanggalan pada kelender jawa memiliki keistimewaan karena memadukan sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang merupakan bagian budaya Barat.
Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari yaitu siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari Ahad sampai Sabtu dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran.
Penanggalan jawa digunakan untuk banyak hal di aspek kehidupan ini. Penanggalan jawa juga penuh perhitungan untuk menentukan sesuatu supaya tidak salah rencana dan tidak salah dalam bertindak.
Untuk lebih lanjut mari kita pelajari dan pahami lebih lanjut mengenai kalender jawa.
Kalender Jawa dalam Daftar bulan Jawa Islam
No | Penanggalan Jawa | Lama Hari | Arti |
1 | Sura | 30 | Warana Sura, artinya rijal
|
2 | Sapar | 29 | Wadana Sapar, artinya wiwit
|
3 | Mulud | 30 | Wijangga Mulud, artinya kanda
|
4 | Bakda Mulud | 29 | Wiyana Bakda Mulud, artinya ambuka
|
5 | Jumadilawal | 30 | Widada Jumadi Awal, artinya wiwara
|
6 | Jumadilakir | 29 | Widarpa Jumadi Akhir, artinya rahsa
|
7 | Rejeb | 30 | Wilapa Rejep, artiya purwa |
8 | Ruwah (Arwah, Saban) | 29 | Wahana Ruwah, artinya dumadi |
9 | Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan) | 30 | Wanana Pasa, artinya madya
|
10 | Sawal | 29 | Wurana Sawal, artinya wujud
|
11 | Sela (Dulkangidah, Apit) * | 30 | Wujana Sela, artinya wusana
|
12 | Besar (Dulkahijjah) | 29/30 | Wujala Besar, artinya kosong
|
Tidak berhenti sampai di situ ternyata bulan Dulkangidah memiliki nama alternatif yaitu Sela atau Apit Sela memiliki arti batu yang berhubungan dengan tanah.
Dalam bulan alternatif ini juga memiliki nama, untuk mempermudah kita memahami penjelasannya dikemas dalam tabel di bawah ini:
No | Penanggalan Jawa | Awal | Akhir |
1 | Kasa | 23 Juni | 2 Agustus |
2 | Karo | 3 Agustus | 25 Agustus |
3 | Katiga (Katelu) | 26 Agustus | 18 September |
4 | Kapat | 19 September | 13 Oktober |
5 | Kalima | 14 Oktober | 9 November |
6 | Kanem | 10 November | 22 Desember |
7 | Kapitu | 23 Desember | 3 Februari |
8 | Kawolu | 4 Februari | 1 Maret |
9 | Kasanga | 2 Maret | 26 Maret |
10 | Kadasa | 27 Maret | 19 April |
11 | Dhesta* | 20 April | 12 Mei |
12 | Sadha* | 13 Mei | 22 Juni |
Siklus Windu
Menurut kalender orang jawa tahun-tahun digabung menjadi satu, yang terdiri dari delapan tahun Jawa dan setiap satuan ini terdiri atas 8 tahun Jawa dan disebut windu.Dan 8 tahun itu memiliki nama-nama sendiri dan artinya.
Untuk mempermudah kita memahami nama tahun lengkap dengan artinya dikemas seperti tabel di bawah ini:
No | Nama | Nama suro | Lama Hari | Arti |
1 | Alip | Selasa Pon | 354 | Purwana, Alip, artinya ada-ada (mulai berniat) |
2 | Ehe | Sabtu Pahing | 355 | Karyana, Ehe, artinya tumandang (melakukan) |
3 | Jimawal | Kamis Pahing | 354 | Anama, Jemawal, artinya gawe (pekerjaan) |
4 | Je | Senin Legi | 354 | Lalana, Je, artinya lelakon (proses, nasib) |
5 | Dal | Jumat Kliwon | 355 | Ngawana, Dal, artinya urip (hidup) |
6 | Be | Rabu Kliwon | 354 | Pawaka Be, artinya bola-bali (selalu kembali) |
7 | Wawu | Ahad Wage | 354 | Wasana, Wawu, artinya marang (kearah) |
8 | Jimakir | Kamis Pon | 355 | Swasana, Jimakir, artinya suwung (kosong) |
Total | 2835 |
Pembagian Pekan
Pada mulanya orang mengenal pekan bukan hanya 7 hari seperti sekarang ini namun terdiri dari 7 sampai 10 pekan dan pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara.
Namun seiring berkembangnya zaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan tujuh hari saja yang dipakai.
Pekan yang terdiri atas tujuh hari dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan dari bulan terhadap bumi berikut adalah nama dari ke tujuh nama hari tersebut :
Radite = Minggu, melambangkan meneng (diam)
Soma = Senin, melambangkan maju
Hanggara = Selasa, melambangkan mundur
Budha = Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
Respati = Kamis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)
Sukra = Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)
Tumpak = Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)
Pekan yang terdiri atas lima hari ini disebut sebagai pasar oleh orang Jawa dan terdiri dari hari-hari pasaran yang merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan sebagai berikut :
Kliwon = Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)
Legi = Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah kebelakang)
Pahing = Pahit, melambangkan madep (menghadap)
Pon = Petak, melambangkan sare (tidur)
Wage = Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)
Penampakan Bulan dalam Penanggalan Jawa
Pada penanggalan jawa juga dilihat dari bentuk bulan dimana ynag sering kita sebut bulan penuh, separuh sabit dan sebagainya. Ternyata memiliki arti sendiri dalam kalender jawa. Berikut ini penjelasannya.
Tanggal 1 bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis, ini dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih besar dan lebih terang.
Hari ke (tanggal) 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh melambangkan dewasa yang telah bersuami istri.
Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tetapi sudah ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.
Hari ke (tanggal) 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan daya ingatannya.
Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain kembali seperti bayi layaknya.
Hari ke (tanggal) 26 bulan Jawa dinamakan manjing, dimana hidup manusia kembali ke tempat asalnya menjadi rijal lagi.
Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat dimana rijal akan mulai dilahirkan kembali ke kehidupan dunia yang baru.
Menghitung Jodoh
Perlu kita ketahui pada tradisi Jawa sepasang kekasih yang akan menikah harus dihitung tingkat kecocokannya dengan perhitungan weton atau hari lahir.
Untuk mengetahui tingkat kecocokan pasangan pada tradisi Jawa masih begitu kental dalam hal mencari jodoh.
Hal ini dikarenakan orang Jawa meyakini bahwa kecocokan weton antara pria dan wanita yang akan menikah sangat menentukan bagaimana jalannya rumah tangga mereka ke depannya.
Kecocokan pasangan bisa dihitung dari weton kelahiran masing-masing karena weton mengandung watak dan nasib seseorang.
Untuk menghitung weton jodoh adalah dengan menggunakan pedoman Neptu atau nilai nama pasaran. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari dan pahami cara menghitung weton jodoh dalam penjelasan berikutnya.
Namun sebelumnya untuk mempermudah kita memahami pasaran dan nilai di kemas dalam tabel, sehingga membantu kita lebih cepat memahami dan mengitung nantinya. Tabel ini bisa dijadikan referensi, mari kita lanjut ke pembahasannya.
Neptu Berdasarkan Hari Kelahiran
Neptu Berdasarkan Nama Pasaran :
Hari | Nilai |
Minggu | 5 |
Senin | 4 |
Selasa | 3 |
Rebu | 7 |
Kamis | 8 |
Jumat | 6 |
Sabtu | 9 |
Pasaran | Nilai |
Wage | 4 |
Kliwon | 8 |
Legi | 5 |
Pahing | 9 |
Pon | 7 |
Cara Menghitung Weton Jodoh dengan Neptu
Sampai ke pembahasan perhitungan jodoh ini langkah awal yang harus dipersiapkan adalah menentukan hari kelahiran dan pasaran weton masing-masing pasangan baik pria maupun wanita.
Tidak perlu bingung kita lihat saja tabel referensi yang telah disediakan setelah ditentukan neptu masing-masing, kemudian kita jumlahkan.
Contohnya wanita lahir di hari Jumat dengan pasaran wage , atau memiliki weton Jumat wage. Pria lahir di hari Sabtu dengan pasaran Kliwon, atau weton kelahirannya Sabtu Kliwon.
Maka Jumlah Neptu wanita = 10 dan Pria jumlah neptunya 17. Jumlah neptu pria dan wanita adalah 27. Selanjutnya bagi keduanya dengan angka 7 dan sisanya dijadikan pedoman dalam primbon Jodoh.
Misalnya 27 : 7 = 3. Karena tidak ada sisanya atau pas dibagi 7 maka bisa dikatakan sisanya adalah 7.
Untuk mengetahui hasil nya bisa kita lihat dari tabel di bawah ini:
Sisa perhitungan | Nama Ramalan Weton | Arti |
1 | Wasesa segara | Sabar, pemaaf, berbudi luhur, berwibawa |
2 | Tunggak semi | Memiliki rezeki yang lancar |
3 | Satria wibawa | Memperoleh kemuliaan dan keluhuran |
4 | Sumur seneba | Banyak yang berguru |
5 | Satria wirang | Banyak mengalami duka cita |
6 | Bumi kepethak | Tabah, banyak kesedihan, pekerja keras |
7 | Lebu katiyup angin | Tidak pernah mencapai cita-cita, mengalami duka nestapa |
Itulah pembahasan mengenai kalender Jawa beserta penjelasan pelengkapnya. Kalender Jawa memang menarik untuk dipelajari di dunia modern ini.
Dengan mempelajari dan memahami ini wawasan kita semakin bertambah dan semakin menjadi bangga menjadi orang Indonesia yang memiliki keunikan dan keragaman yang melimpah.
Originally posted 2020-12-27 22:54:19.