Hadits Berkata Baik (Nikmat Lidah dan Keharusan Menjaga Lisan)

Hadits Berkata Baik – Seorang muslim dalam kesehariannya haruslah bertutur kata baik dan membicarakan hal-hal yang baik.

Kita haruslah mencontoh perilaku Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang memiliki tutur kata yang baik.


Hadits Berkata Baik


Islam melarang kita untuk berkata kasar atau bersumpah serapah meskipun itu hanya bercanda atau tidak disengaja.

Sayangnya hal ini sering disepelekan oleh kebanyakan muda-mudi masa kini. Mereka menganggap perkataan kotor diantara teman itu biasa.

Bahkan teman yang tidak berkata kasar dianggap kurang asyik atau tidak gaul.

Padahal semua perkataan adalah doa, termasuk juga perkataan buruk.

Jika saat itu malaikat sedang mengamini perbuatan kita bisa-bisa hal buruk yang kita ucapkan benar-benar terjadi.

Sama halnya dengan Islam melarang kita memakan babi karena selain dagingnya mengandung penyakit, sifat babi yang rakus bisa saja ‘menular’ kepada manusia.

Bayangkan, hanya dengan memakan daging babi saja ada kemungkinan kita bisa ‘tertular’ sifat babi.

Apalagi jika kita dipanggil babi yang mana nama atau panggilan merupakan sebuah doa.

Bisa-bisa kita benar-benar memiliki sifat babi yang rakus dan kotor.

Nikmat Lidah

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan manusia dengan nikmat yang sangat banyak.

Diantara nikmat-nikmat Allah tersebut, tentu selain nikmat Iman dan Islam adalah nikmatnya berbicara karena lidah.

Berkat lidah kita dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan isi hati dan kehendak diri.

Allah Ta’ala berfirman:

الرَّحْمَٰنُ()عَلَّمَ الْقُرْآنَ()خَلَقَ الْإِنْسَانَ()عَلَّمَهُ الْبَيَانَ

Artinya: 1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah,2. Yang telah mengajarkan al Quran.3. Dia menciptakan manusia.4. Mengajarnya pandai berbicara. [QS. Ar-Rahman: 1 – 4]

Penciptaan manusia serta pengajaran berbicara kepada mereka benar-benar merupakan salah satu tanda kekuasan Allah.

Bukti kebesaran Allah ini haruslah kita syukuri dan kita pergunakan dengan baik.

Meskipun lidah merupakan nikmat yang besar, tapi perlu kita ketahui bahwasannya lidah yang kita gunakan untuk berbicara ini seperti pisau bermata dua.

Lidah ini bisa digunakan untuk berkata yang baik dan bisa juga untuk berkata buruk yang dapat menjerumuskan kita.

Jika seorang hamba menggunakan lidahnya untuk hal-hal baik, seperti membaca Qur’an, berdzikir, berdoa, dan hal lain yang berupa bentuk ketaatan kepada Allah, maka inilah wujud syukur atas nikmat lidah yang benar.

Sebaliknya, jika seseorang menggunakan lidahnya untuk berdoa kepada selain Allah, berbohong, berghibah, dan hal-hal maksiat lainnya, maka ini sama saja dengan kufur nikmat.

Perbuatan seperti itu tentu diharamkan dalam Islam.

Sehingga bisa disimpulkan, bahwa lidah manusia itu dapat menjadi faktor yang bisa mengangkat derajat seseorang di sisi Allah, tapi bisa juga mencelakakan dirinya.

Ketika lidah dipakai untuk bertutur kata yang tidak baik, maka bencana baginya.

Hadits yang Berkaitan dengan Lisan

Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.

Berdasarkan hadits diatas, jika ingin menjadi muslim yang baik maka kita harus bisa menjaga lisan dan tangan kita.

Sesungguhnya lisan merupakan hal yang banyak mencelakakan anak Adam sehingga menggiringnya masuk ke dalam neraka Jahannam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

Artinya: Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam. [HR al-Bukhâri, no. 6478].

Hadits diatas menjelaskan jika kita berkata baik walaupun kita tidak menganggapnya penting, tapi Allah sudah mencatat kebaikan kita.

Dari berkata baik pula Allah naikkan derajat kita. Sebaliknya, saat kita berbicara buruk meskipun tanpa disengaja atau tidak dianggap penting, tapi bisa dianggap sebagai sebuah dosa.

Berkata Baik atau Diam

Bila tidak dapat berkata baik maka akan lebih baik bila seseorang diam.

Ini juga yang dimaksud dengan pepatah “diam itu emas”.

Diamnya seseorang akan lebih baik daripada berbicara, tapi pembicaraannya justru membuat dia celaka.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadits

Diriwayatkan dalam Shahîhain, al-Bukhaari (no. 6475) dan Muslim (no. 47), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ia bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.

Begitu juga jika seseorang merasa ragu atas apa yang akan dikatakannya, maka diam itu lebih baik.

Itulah ciri-ciri orang beriman. Dimana ia selalu bisa menjaga lisannya dan berkata yang baik-baik serta manfaat.

Demikian penjelasan kami mengenai Hadits Berkata Baik. Semoga bermanfaat.

Originally posted 2021-08-16 07:39:58.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.