Arti Kaifa Haluk (Penulisan Menurut Dhomir dan Jawabannya)

Arti Kaifa Haluk – Di Indonesia bahasa Arab menjadi salah satu bahasa yang paling banyak dipelajari selain bahasa Inggris. Baik di sekolah, maupun di tempat khusus les bahasa.

Tahukah kenapa? Karena mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, dimana bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an.

Hingga kini penyaduran bahasa Arab banyak dilakukan oleh masyarakat kita dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa keseharian.

Seperti ana, antum, afwan, dan kaifa haluk. Kaifa haluk adalah kalimat tanya dalam bahasa Arab yang artinya “bagaimana kabarmu”.

Tentu saja kalimat ini sudah sengat sering kamu dengar, terutama yang bersekolah di sebuah pesantren atau di sekolah-sekolah agama lainnya seperti MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah), dan MA (Madrasah Aliyah).


Penulisan dan Arti Kaifa Haluk


riuhimaji.com

Kalimat ini paling sering digunakan oleh masyarakat, karena berfungsi menjadi pembuka dan penyambung tali silaturrahmi.

Biasanya digunakan oleh mereka yang baru saja bertemu atau berpapasan di jalan. Atau juga mereka yang bertemu di sebuah acara dan even tertentu.

Intensitas penggunaan kalimat ini cukup tinggi di Indonesia dalam percakapan harian.

Karena kalimat ini menjadi kalimat pertama yang diucapkan saat kamu menghampiri seseorang.

Entah bertemu dengan teman di kampus, bertemu kawan lama, bertemu saudara, dan lain sebagainya.

Salah satu tempat yang paling sering mengaplikasikan kalimat tanya ini yaitu di kelas. Dimana seorang guru baru masuk ke kelas dan akan memulai materi pelajaran.

Sang guru biasanya akan menanyakan kabar murid-muridnya terlebih dahulu dengan mengucapkan “kaifa halulukum, ya talaamidz?”.

Artinya “bagaimana kabar kalian wahai para siswa?”, dalam bahasa Arab berbeda objek yang ditanya berbeda pula pelafalan kalimat tanyanya.

Dimana untuk menanyakan kabar seorang perempuan dan laki-laki berbeda, masing-masing bentuk tunggal dan jamaknya.

Penulisan Menurut Dhomirnya

Dalam bahasa Arab terdapat aturan mengenai penggunaan dhomir (kata pengganti) dalam suatu kalimat.

Tergantung pada siapa kalimat tersebut ditujukan, laik-laki atau perempuan, dan berbentuk subjek tunggal atau jamak. Jadi berbeda subjek berbeda pelafalannya, berikut penjelasannya:

1. “haluka” digunakan untuk subjek kamu laki-laki tunggal (anta “أَنْتَ”)

2. “haluki” digunakan untuk subjek kamu perempuan tunggal (anti “أَنْتِ”)

3. “haluhu” digunakan untuk subjek dia laki-laki tunggal (huwa “هُوَ”)

4. “haluha” digunakan untuk subjek dia perempuan tunggal (hiya “هِيَ”)

5. “halukum” digunakan untuk subjek kalian laki-laki jamak (antum “أَنْتُمْ”)

Namun pada praktiknya jika seseorang ingin menanyakan kabar temannya (subjek tunggal). Secara tidak formal biasanya ia hanya mengucapkan “kaifa haluk”, tanpa memperhatikan laik-laki atau perempuan.

Akan tetapi jika subjek tersebut merupakan dua orang atau lebih (jamak), maka barulah pelafalan kalimatnya harus diucapkan dengan kata pengganti (dhomir) yang jelas.

Jawaban Kaifa Haluk

Lalu apa jawaban untuk kalimat kaifa haluk ini?

Tentu saja jawabannya bergantung pada masing-masing keadaan subjek yang ditanya.

Seperti halnya dalam bahasa Indonesia, kita dapat mengatakan: “saya baik, Alhamdulillah”, “Alhamdulillah, saya sehat”, “Alhamdulillah, namun saya agak kurang sehat”, dan lain sebagainya.

Nah, dalam bahasa Arab sama halnya dengan pertanyaannya, pelafalan jawaban juga disesuaikan dengan dhomir subjek yang ditanya.

Secara umum jawaban kaifa haluk adalah “bikhoir walhamdulillah”, artinya baik, Alhamdulillah, atau:

ana bikhoir” artinya “saya baik”

nahnu bikhoir” artinya “kami baik-baik saja”

huwa bikhoir” artinya “dia (laki-laki) baik”

hiya bikhoir” artinya “dia (perempuan) baik”


Itulah seputar arti kaifa haluk dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kalimat tanya, kaifa haluk adalah kalimat penyambung tali silaturrahmi antar umat manusia.

Dimana Islam menganjurkan umatnya untuk selalu menjaga silaturahmi agar ukhuwah tetap terjalin.

Berbicara tentang silaturahmi, merupakan salah satu amalan yang mulia paling dianjurkan dalam Islam.

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa jika ingin diperpanjang umur dan diperluas rezekinya, maka jangan pernah memutuskan tali silaturahmi.

Bahkan saking utamanya, Islam melarang antar sesama muslim tidak bertegur sapa (marah) lebih dari tiga hari.

Sesama muslim saling memiliki hak untuk diberikan salam, bertegur sapa, saling berbuat baik, dan tidak saling membanggakan diri.

Semoga bermanfaat.

Originally posted 2021-08-12 09:42:22.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.