Suku Dayak | Pesona Gadis Menawan dari Pedalaman Hutan Borneo

Suku Dayak – Belakangan ini wacana pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur sudah dipersiapkan, bahkan Presiden Jokowi sendiri sudah mengumumkannya secara resmi. Mungkin beberapa langkah sudah mulai dilakukan dalam rangka pembangunan ibukota baru tersebut.

Wacana pembangunan ibukota baru ini memberikan dampak yang cukup serius terhadap masyarakat lokal, khususnya suku Dayak. Kehadiran ibukota baru tentu membutuhkan lahan yang luas, tidak menutup kemungkinan tanah adat milik suku Dayak harus kembali dikorbankan.

Menanggapi situasi ini, Wakil Bendahara Umum Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) meminta pemerintah untuk menyiapkan lahan pengganti.

Spesifiknya per keluarga yang terkena dampak diberikan lahan 5 Ha, serta 10 Ha lahan untuk hutan adat agar masyarakat suku Dayak tetap bisa menjadi tuan rumah di tanah sendiri.

Berkaca dari pengalaman sebelumnya dimana pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit banyak merugikan masyarakat suku Dayak. Lahan mereka habis dikuasai perusahaan perkebunan kelapa sawit, namun masyarakat sendiri merasa dirugikan karena tidak mendapat pembayaran secara utuh.

Baca Juga : Suku Mante


Berkenalan Dengan Suku Dayak


indonesia.go.id

Kalimantan adalah salah satu pulau yang menyimpan kekayaan sumber daya alam melimpah. Memiliki hutan-hutan yang indah, pulau ini dijadikan sebagai salah satu jantung dunia. Keindahan hutan di Borneo diisi oleh keanekaragaman hayati flora dan fauna langka yang harus dilestarikan.

Selain keanekaragaman hayati yang melimpah, pulau yang dalam bahasa Inggris disebut Borneo ini juga memiliki keberagaman suku daerah. Satu suku terbesar dan sangat terkenal hingga ke mancanegara adalah suku Dayak.

Suku ini merupakan suku asli dari tanah Kalimantan. Meskipun terbilang sudah maju dan peka pada perkembangan dunia luar, namun suku ini tetap tak meninggalkan jati diri yang diwariskan leluhur mereka.

Suku Dayak adalah suku yang terkenal dengan budaya maritim yang kuat. Satu hal yang unik karena suku yang berasal dari pedalaman hutan ini memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini karena pulau Borneo memiliki banyak sungai, sehingga banyak dari orang Dayak mencari penghidupan dari hasil sungai.

Sesuai daerah asal mereka, kehidupan suku Dayak juga sangat menyatu dengan alam dengan keindahan budaya yang mengagumkan. Selain itu pesona kecantikan perempuan Dayak yang memikat juga menjadi daya tarik tersendiri terutama bagi turis asing.

Gadis Dayak dikenal memiliki kulit kuning langsat khas nusantara dengan rambut hitam pekat. Meskipun tinggal di pulau yang sejajar dengan khatulistiwa tak membuat kulit mereka menghitam. Karena memang gen kuning langsat terkenal sudah mendarah daging pada keturunan Dayak.

Kemolekan gadis Dayak semakin terlihat sempurna karena sifat lemah lembut yang mereka miliki. Keanggunan menjadi kunci utama mengapa perempuan dari suku Dayak disukai banyak orang.

Namun sempat beredar kabar bahwa suku Dayak juga ditakuti oleh banyak orang di Indonesia. Hal ini merujuk pada senjata khas yang dimiliki orang Dayak, dimana senjata ini dikenal bisa mematikan. Selain itu seperti suku pedalaman lainnya, suku ini juga masih kental dengan kepercayaan mistis.

Sejarah Suku Dayak

Suku Dayak
boombastis.com

Penamaan suku Dayak menurut sejarah dimulai pada tahun 1600-an oleh seseorang berkebangsaan Melayu. Kata Dayak terbagi dalam beberapa arti, ada yang mengartikan sebagai “manusia” ada pula yang mendefinisikan sebagai “pedalaman”.

Orang-orang Iban menggunakan istilah Dayak merujuk kepada arti manusia. Sedangkan orang-orang Tunjung dan Benuaq mendefinisikan kata Dayak sebagai “hulu sungai”.

Menurut cerita yang beredar nenek moyang orang Dayak berasal dari negeri Yunan di Cina. Mereka berasal dari keluarga kerajaan yang mengalami kekalahan saat terjadi peperangan di Cina. Agar bisa selamat mereka mengamankan diri hingga sampailah di Pulau Borneo.

Merasa aman tinggal di pedalaman, sisa-sisa keturunan kerajaan ini memutuskan mendirikan pemukinan di pedalaman tersebut. Mereka takut untuk bertemu orang dari kelompok lain karena peristiwa peperangan masih terngiang-ngiang dan menyisakan trauma yang berat.

Sehingga kelompok ini menutup diri dari dunia luar hingga bertahun-tahun lama. Hal ini demi mempertahankan diri agar keberadaan suku mereka tidak punah begitu saja. Maka tak heran jika banyak dari gadis Dayak memiliki kulit kuning langsat dan muka oriental layaknya orang Cina.

Seolah-olah menjadi pantangan, suku ini dahulunya sangat enggan bertemu orang baru. Namun pada akhirnya beberapa orang dari keturunan suku ini mencoba membuka diri pada perkembangan dunia dan mulai menjalin komunikasi dengan masyarakat lain.

Kini di Kalimantan suku Dayak terbagi dalam enam rumpun. Terdiri dari rumpun Klemantan (Kalimantan), rumpun Apokayan (Dayak Kayan, Dayak Kenyah, dan Dayak Bahau), rumpun Iban, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju, dan rumpun Punan.

Setelah mengalami berbagai dinamika kehidupan kini suku Dayak termasuk ke dalam salah satu suku pedalaman di Indonesia yang peka terhadap modernisasi. Meski masih masih primitif dan tetap menjalankan pantangan-pantangan tertentu, sudah banyak dari suku ini yang hidup modern tinggal di dekat pusat kota.

Sebagian juga ada yang mulai memeluk agama mulai dari Kristen, Hindu, Budha, dan Islam. Hal ini merupakan pengaruh dari berdirinya berbagai jenis kerajaan di Indonesia pada masa lalu.

Kebudayaan Suku Dayak

travel.detik.com

Kebudayaan suku Dayak sangat menarik untuk dipelajari, tradisi adat yang masih dipertahankan hingga kini justru menjadi identitas pembeda mereka dari suku lainnya. Tak lepas dari dinamika sejarah yang mempengaruhinya, berikut beberapa kebudayaan yang mencerminkan karakteristik suku Dayak:

Pakaian Adat

Saat membicarakan suku Dayak hal yang pertama kali terlintas di kepala kita adalah bentuk pakaian adatnya yang menarik. Sekilas selayang pandang, pakaian adat suku Dayak ini mirip dengan pakaian suku Indian, namun beda motif dan filosofinya.

Pakaian adat Dayak sangat indah dan tak jarang motifnya kini dijadikan sebagai model desain di dunia fashion. Bagi kaum laki-laki pakaian adatnya disebut ‘sapei sadag’ sedangkan bagi kaum perempuan disebut ‘ta’a.

Perbedaan pakaian adat laki-laki dan perempuan terletak pada bentuk bawahan, laki-laki mengenakan cawat (abet kaoq), dan mandau sebagai ikat pinggang. Sedangkan bawahan perempuan berupa rok, serta seluruh pakaian adat perempuan dihiasi oleh manik-manik.

Bertato

Seolah sudah menjadi kebudayaan, tato memiliki arti yang sangat mendalam bagi suku Dayak. Baik kaum pria dan wanita tubuh mereka dipenuhi tato yang menandakan tingkat pengalaman hidup seseorang.

Semakin banyak tato yang memenuhi sekujur tubuh seseorang maka semakin banyak pula peristiwa hidup yang telah ia lalui. Bahkan terkadang bagi kaum pria tato dapat dijadikan sebagai pengganti baju untuk menutupi tubuh.

Tato adalah penentu status sosial seseorang di tengah-tengah masyarakat, biasanya orang-orang tua tubuhnya akan dipenuhi banyak tato. Selain itu tato adalah bagian dari tradisi keagamaan, penghargaan suku, dan tradisi adat lainnya.

Pembuatan tato tidak dapat dilakukan sembarangan sesuai kehendak. Setiap motif yang diukir harus memiliki makna khusus terkait kebaikan dan keabadian dalam menjalankan hidup. Terdapat aturan-aturan adat yang harus dipatuhi untuk dapat mengukir sebuah tato.

Awal mulanya tato dibuat secara tradisional dibuat menggunakan duri buah jeruk yang panjang. Namun kini sudah mulai menggunakan peralatan jarum. Salah satu tradisi yang tak boleh dihilangkan untuk membuat tato adalah pemakaian peralatan berupa periuk jelaga berwarna hitam.


Tradisi ini masih bertahan hingga kini dan banyak orang yang sengaja datang ke pemukiman suku Dayak hanya untuk melihat secara langsung proses pembuatan tato di tubuh seseorang. Jika penasaran sediakan waktu luangmu untuk segara berkunjung dan menyatu bersama alam di Pulau Kalimantan.

Originally posted 2020-05-03 10:00:19.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.